Hari 7 - Let Us Go

29 6 1
                                    


Tema Hari ke-7

Buatlah songfic dari lagu terakhir yang kalian dengar.

>>>0<<<

Saya suka muter playlist random di Spotify.

Ternyata lagu yang saya dengarkan terakhir kali adalah Hard To Take dari shXdow featuring MIMI OCEAN

>>>0<<<

Akhirnya aku mendapat kesempatan mengunjungi masa lalu setelah meraih nilai tertinggi di kelas Merajut Kesabaran. Dari beribu kenangan yang bisa dikunjungi kembali entah kenapa aku memilih hari ini.

Vina mengulang kembali liburan terakhir bersama keluarganya pada musim panas delapan tahun lalu untuk menghapus memori menyedihkan tentang adiknya yang hilang diculik orang. Carlos tidak bercerita secara detail, tetapi kurasa aku dapat menebaknya. Pasti salah satu kenangan yang melibatkan teman-temannya di Kartel Teluk. Pemuda itu memang sering bersikap sok dingin padahal aslinya melankolis.Sifat melankolis itulah yang kurasa membuat Carlos mendapatkan kesempatan kedua. Dia terlalu pengasih kepada musuh-musuhnya.

Sementara aku ... aku justru memilih kembali untuk menemuinya, lelaki yang harusnya kubenci dengan segenap jiwa dan ragaku.

Begitu melintasi gerbang, tubuhku seakan terisap ke bumi. Dalam satu kedipan mata, aku sudah menjejak jalanan berlapis es di Maple Grove. Dari sekian banyak hari yang bisa kupilih, aku justru memilih hari ketika aku melihatnya untuk terakhir kali.

Dalam linimasa ini, perjanjian antara aku dan lelaki itu sudah berakhir. Untuk alasan yang sampai sekarang tidak kumengerti, dia melepaskanku.

Aku tidak bisa melindungimu lagi. Begitu katanya waktu itu. Lalu, dia menghilang begitu saja, meninggalkanku menyalahkan diri sendiri selama beberapa waktu.

Perlu waktu setidaknya tiga bulan bagiku untuk kembali dapat berfungsi normal. Untungnya dia meninggalkanku cukup uang untuk bertahan hidup tanpa bekerja selama itu, seakan sudah bisa memperkirakan akibat kelakukannya terhadapku.

Aku sendiri heran, kenapa aku bisa merasa kehilangan orang yang kerap menyakitiku dengan kata-kata maupun perbuatan. Suaranya yang berat dan sedikit parau kerap bergaung di telingaku. Senyuman miringnya sering membayang di benakku. Aku terlihat gila kerja bukan karena suka bekerja, tetapi karena itulah satu-satunya cara untuk menghapusnya dari memoriku. Namun sekarang, aku justru kembali ke linimasa ini untuk merekam kembali ingatan terakhirku tentangnya.

Saw you last night standin there

Felt like I need to share

Seperti yang kuingat, aku menemukan dia merokok di depan sebuah bar yang terletak di sudut jalan 93rd Avenue. Tingginya masih menjulang dan mengintimidasi. Orang-orang yang berjalan di trotoar memilih turun untuk membuat jarak darinya.

Seperti waktu itu, aku merasakan sebuah dorongan untuk berlari menghampirinya. Kupikir aku mengulang kembali kejadian ini untuk membuat suatu perbedaan dengan benar-benar melakukan niat yang terlintas di benakku. Namun ternyata, kedua kakiku sama bekunya dengan waktu itu.

Kuingat waktu itu ada ban yang meletus. Suaranya cukup keras dan membuatku berpaling sejenak darinya. Begitu aku menoleh kembali, sosoknya tak lagi kutemukan di mana-mana. Kali ini, kupastikan tatapanku tetap terpaku kepadanya.

Suara letusan terdengar dari arah Deerwood Lane. Saat itulah, aku akhirnya menangkap momen yang berbeda dari apa yang terpatri dalam ingatanku. Lelaki itu menoleh ke arahku.

Feel you lookin at me

Seems like we're lost at sea

Aku dapat merasakan sekujur tubuhku merinding, seperti yang terjadi setiap kali dia memandangiku. Kami seperti dua orang nakhoda yang tersesat di tengah lautan. Terombang-ambing oleh ombak kenangan yang mengempas kami dari kenyataan.

Setelah memutus kontak mata denganku, dia membuang puntung rokoknya ke jalan, lantas berjalan ke arah sebaliknya.

Aku akan menyia-nyiakan kesempatan ini jika tidak membuat perubahan, maka kuberanikan diri untuk membuntutinya.

I can't stop thinkin bout

The moments we made our own

The flashback's just too loud

Di tengah hujan salju, kereta memori melaju di benakku. Anehnya, yang teringat olehku justru hal-hal manis yang dia lakukan untukku. Boneka-boneka hewan yang entah dia curi dari mana. Kulit ayam goreng yang selalu dia sisihkan untukku. Sikap lembutnya saat mengobati luka yang ditimbulkannya di kulitku. Suara tawanya yang renyah lantang terdengar di telingaku, mengalahkan suara bentakan dan makiannya saat kami bertengkar seperti orang gila.

Saat jarak kami kian dekat, aku merasakan pergelangan tanganku memanas. Kulihat deretan angka yang tertoreh di sana. Waktuku tidak banyak lagi. Aku pun berlari ke arahnya.

"Rob!" Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, aku menyebut namanya lagi.

Dia berhenti melangkah, tetapi tetap membelakangiku.

Aku melirik kembali pergelangan tangan. Waktuku kian menipis. Tanpa pikir panjang, aku berlari memeluknya dari belakang. Aku ingin mengubah momen ini menjadi suatu hal yang dapat kukenang sambil tersenyum.

"I forgive you, Rob," ucapku selantang mungkin.

Kurasakan beberapa tetes salju membasahi punggung tanganku. Tapi, salju itu terasa hangat di kulitku. Tapi, tidak mungkin kan lelaki seperti Rob menangis? Aku tidak bisa memastikan hal itu karena sepersekian detik berikutnya tanah di bawah kakiku kembali merekah.

Waktuku sudah habis.

I should have known

Nothing that good would last

Kepala sekolah pernah berkata takdir yang sudah terjadi tidak bisa berubah. Kalaupun ada hal-hal yang berbeda dalam peristiwa yang kami ulang, itu hanyalah suatu bentuk kemurahan bagi hati kami yang terluka. Aku sadar, momen ketika aku memeluk punggung Rob untuk terakhir kalinya tidak pernah terjadi dalam dunia nyata. Namun setidaknya, dalam ingatanku, aku sudah memberikan penyelesaian yang pantas dalam hubungan kami.

Hate living in the past

But I just let it flow

I let it go

Sampai kapan pun, tampaknya aku tidak akan benar-benar bisa menghapus Rob dari ingatan. Aku masih akan menjadi Aster yang bodoh dan hidup dalam masa lalu.

Memang sulit untuk menerima kenyataan bahwa aku mencintai orang yang tidak seharusnya aku cintai. Tapi sekarang, aku akan belajar melepaskan hal-hal yang mengikatku dengan Rob, seperti Rob yang melepaskanku waktu itu.

Untuk pertama kalinya sejak aku tiba di Alam Persinggahan ini, aku dapat tersenyum dari dalam hati.


[856 kata]

Under The Same SunWhere stories live. Discover now