Hari 19 - Janji

10 3 1
                                    

Buatlah tokoh cerita hari ke-3 kalian bertemu dengan tokoh cerita hari ke-15

-0-

"Ivy! Tunggu!" Aku memanggil gadis berkulit cokelat yang rambutnya berupa sulur-sulur tanaman berbunga. Ivy Noratana memang bukan berasal dari ras manusia. Dia satu-satunya murid Sekolah Persiapan Masuk Surga yang berasal dari Planet Folium, tempat para ras manusia pohon hidup.

Ivy menghentikan langkahnya. "Ada apa, Vina?"

"Apa kau lihat Carlos?" tanyaku di sela napas yang terengah-engah. Sejak kembali dari simulasi kehidupan yang diadakan di kelas Hikmah dan Pembelajaran, kawanku yang satu itu menghilang.

"Aku tadi melihatnya pergi ke arah hutan. Mungkin dia menuju ke Warung." Ivy menunjuk ke belakang sekolah.

"Oke, deh. Terima kasih, Ivy." Aku melambaikan tangan sekilas sebelum kembali berlari. Kali ini, tujuanku adalah Warung Kenangan.

Aku sedikit khawatir. Semenjak kembali dari simulasi, wajah Carlos murung. Pemuda berkulit kecokelatan itu memang tidak banyak bicara, berkebalikan dengan Leo yang kadang tidak tahu kapan saatnya mengatupkan mulut. Akan tetapi, tadi Carlos jadi jauh lebih pendiam dari biasanya.

Kakiku mulai terasa pegal karena terlalu banyak berlari. Aku nyaris menabrak beberapa murid yang berpapasan denganku di jalan setapak menuju Warung Kenangan.

"Kenapa buru-buru, Vin? Mau ke mana?" Sudah tahu aku sedang buru-buru, Leo malah mencegatku.

"Kamu lihat Carlos, nggak?"

"Oh. Iya, tadi dia lagi jalan ke arah danau kayaknya."

Aku mengucapkan terima kasih, lantas kembali berlari. Warung Kenangan tengah ramai, tetapi bukan tempat itulah yang kutuju. Aku terus menyusuri jalan setapak dan makin dalam masuk ke hutan. Setelah melewati sebuah jembatan, aku sampai di Danau Madu. Perasaanku jadi sedikit lebih lega saat kulihat Carlos tengah duduk di bawah pohon dedalu sambil melemparkan kerikil-kerikil kecil ke danau.

Kuhampiri Carlos perlahan-lahan. Dia terlihat kaget saat aku menyapanya.

"Apakah simulasi yang kau datangi membuatmu teringat hal menyeramkan di masa lalu?" tanyaku sambil menyelonjorkan kaki di sebelahnya.

Carlos menggeleng. "Justru aku merasa masa laluku lebih baik daripada orang yang kuintip ingatannya."

"Lalu, kenapa kamu begitu memikirkannya?"

Carlos tidak segera menjawab. Dia kembali menatap air danau yang berwarna cokelat keemasan.

"Aku hanya berpikir. Apakah orang-orang yang dulu menjadi sasaran gengku merasakan ketakutan yang sama? Perang dan pertikaian memang merugikan semua pihak yang terlibat, tapi pihak yang lebih lemah ternyata merasakan dampak yang lebih besar. Selama ini, aku selalu berada di pihak yang jadi pemenang, jadi tidak pernah benar-benar memikirkannya."

"Tapi, semua sudah berlalu, Carl. Dan sekarang, kamu sudah bisa mengambil hikmah dan pembelajaran dari simulasi yang kamu jalani. Dengan begitu, kamu juga jadi lebih mengerti kesalahan-kesalahan apa yang kamu perbuat semasa hidup. Bukankah memang itu tujuan kita disuruh belajar di sekolah ini? Kita sudah diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki diri, jadi jangan disia-siakan."

"Iya. Memang itu yang sedang kupikirkan." Carlos kembali menoleh kepadaku. "Kamu mencariku karena khawatir aku akan mengundurkan diri dari sekolah?"

Mukaku langsung memanas. Apakah isi hatiku terlihat sebegitu jelas?

"Tenang saja, Vin. Kan, kamu yang bilang, bahwa aku tidak perlu takut sendirian jika masuk surga karena kamu juga akan menjadi temanku di sana. Kalau aku mengundurkan diri, aku takut kamu yang kesepian."

=0=


Ceritamela:

Tokoh aku di hari-3 adalah Vina. Tokoh di hari-15 Leo dan Ivy. 

Walau Leo dan Ivy cuma cameo doang di sini karena lebih fokus ke Vina dan Carlos, tetap sesuai tema kan ya?

Ceritanya makin absurd karena saya beneran nulisnya ga pakai mikir wkkwkw. Jadi ngikut aja ke mana arah ketikannya.

Under The Same SunWhere stories live. Discover now