3| Tampan, Mapan, Beriman

823 75 16
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

Jika manusia diberi satu kesempatan untuk melakukan apapun yang dia mau kemudian langsung terwujud. Maka Kaila akan memilih untuk memutar waktu saat itu juga. Kelewat malu karena mengingat insiden ia pingsan akibat mengelilingi lapangan tadi siang.

Kaila keluar UKS saat bel pulang sekolah terdengar, beberapa anak-anak yang masih berada di sekitaran sekolah menatapnya dengan tatapan penasaran.

Gadis itu menunduk dengan bergumam tak jelas, baru juga masuk sekolah. Sudah jadi bahan omongan saja.

"Oi."

Teriakan tidak asing tersebut membuatnya menoleh ke sumber suara. Agam berlari kecil ke arahnya. "Masih kuat, Bu Haji?" tanyanya saat kaki jenjang itu telah berhenti tepat di depan Kaila.

"Gue gak mood buat berantem." ucap Kaila lesu.

"Etdah bocah soudzon mulu, siapa juga yang mau ngajakin berantem."

Karena energinya yang belum 100% kembali, Kaila berjalan menuju gerbang tanpa harus repot-repot meladeni Agam. Di tengah perjalanan ia merasa beban di pundaknya terasa sedikit lebih ringan, Kaila menoleh dan mendapati tangan Agam membantu untuk menenteng tasnya dari belakang.

"Kagak usah protes, jalan aja udah." ujar Agam saat melihat alis Kaila terangkat menatapnya.

Tampak Rizal, Ilham dan Sekar telah menunggu mereka di halte depan sekolah. "Udah enakan lo?" tanya Ilham yang diberi anggukan oleh Kaila.

Rizal menggeleng kepalanya dramatis. "Lagian jadi bocah bader bangat! Kata gue juga apa."

"Lah, apa? Lo gak ngomong apa-apa seinget gue."

Sebuah motor Yamaha XRS 155 berhenti di hadapan mereka, kelimanya saling pandang saat sosok yang mengenakan helm full face tersebut berjalan kearah mereka.

"Kaila?" panggilnya.

"Munaroh."

Celetukan dari Agam membuat Kaila mendelik. Kaca helm full face tersebut terbuka dan Kaila langsung mengenali siapa sosok di balik kaca helm tersebut.

Sosok yang sempat membuat heboh akibat aksi heroiknya menolong Kaila tadi. Bahkan Sekar pun kini dalam diam terkesima mengamati Fadlan yang tampak 1000 kali lebih menawan dengan jaket kulit hitam.

Kaila meringis dalam hati. Sekelebat bayangan tentang kejadian memalukan tadi siang kembali terputar. Gadis ini sungguh ingin menghilang sekarang juga.

"Pulang naik angkot?"

"Iya, Kak."

"Bareng gue aja gimana? Muka lo masih pucet gitu, biar cepet sampai rumah?"

Sekar langsung menyenggol bahu Kaila. "Iyain cepet, kapan lagi lo dianter balik sama cogan." bisiknya.

The Apple of My EyeWhere stories live. Discover now