26| The Truth Untold

325 54 8
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

"Aduh. Kok gue dijitak, sih?"

Agam mengelus kepalanya sambil menatap Kaila. Usai termenung beberapa saat, sepertinya kesadaran gadis itu telah kembali.

"Kali aja otak lo lagi no connection. Makanya gue jitak biar jalan lagi tu isi kepala."

Sorot datar itu masih setia di manik mata Kaila. Mengamati laki-laki yang kini masih mengaduh kesakitan. Tanpa sadar, batinnya malah meringis sendiri.

Apa tadi jitaknya terlalu keras, ya?

"Tapi gue serius, Kai."

Bagai terhempas ke masa lampau. Kaila  merasakan sensasi kuat bahwa yang saat ini barusan ia dengar sudah pernah terjadi di masa lalu. Kelopak matanya berkedip seiring mendengar pantulan suara Agam belasan tahun yang lalu di dalam kepalanya. Saat berusaha meyakinkan gadis berseragam putih biru yang menolaknya mentah-mentah.

Sangat jelas, persis seperti yang barusan laki-laki itu lontarkan kembali.

Gadis itu membuang pandangan ke sembarang arah. Mengusap wajah yang mulai terasa kaku akibat cuaca yang terasa dingin. Mungkin suhunya sudah masuk minus derajat. Terbukti dengan udara semakin dirasa berat. Bahkan pasokan oksigen juga terasa menipis dalam dirinya.

Lalu sekarang, Agam mendadak diselimuti perasaan canggung kala gadis di hadapannya kembali diam. Saat ingin melirik ke arah Kaila, matanya menangkap kegelisahan dari gadis itu. Mulai melepas syal. Dipasangkan ke leher Kaila.

"Udaranya makin dingin. Tuh liat pipi lo sampe merah. Dipake aja. Timbang sakit, kagak ada yang ngurusin ntar." jelas Agam.

Refleks, Kaila langsung menutup kedua pipi. Ada apa dengan dirinya saat ini. Sedari tadi, untuk mengeluarkan suara saja terasa sulit.

"Thanks." ucap Kaila kikuk sambil menggenggam syal Agam. "Gue pinjem dulu." katanya tanpa melirik Agam.

Kepala Agam tergerak untuk mengangguk pelan. "Ngomong-ngomong lo dari mana mau kemana?" tanya Agam.

"Just, walking around. Manfaatin waktu, soalnya besok gue udah harus balik ke Prancis." terang Kaila.

Agam bersungut. "Besok? Kok cepet banget?"

Mulanya, Kaila kaget melihat respon hiperbola Agam. Sudut bibir itu berkedut. Tak mampu di tahan. "Gue di sini buat kerja. Bukan liburan."

"Tetep aja terlalu cepat." gumam Agam sangat pelan.

Samar-samar mendengar. Kaila mengangkat kedua alisnya. "Lo ngomong apa?"

"Gak ngomong apa-apa." elak Agam.

Mata hazel itu menyipit. Seolah mengintrogasi gelagat Agam yang selalu mencurigakan. Mengingat bahwa sosok ini memang selalu penuh plot twist. Hendak membuka mulut, suara berat milik Agam lebih dulu terdengar.

The Apple of My EyeWhere stories live. Discover now