4| Chitato ; Life is Never Flat

648 64 6
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

Memasuki hari ketiga sekaligus hari terakhir Masa Orientasi Siswa. Kaila duduk di pinggir lapangan bersama beberapa anggota kelompoknya.

"Tanda tangan lo udah lengkap?" tanya seorang laki-laki yang akrab dipanggil Ben, padahal nama aslinya Sabeni.

"Belom nih, masih ada 7 lagi. Kak Gisel yang mana dah?" Kaila menggaruk kepalanya bingung. Masalahnya mereka harus mengumpulkan kurang lebih 35 tanda tangan panitia MOS.

Lagian, apa faedahnya sih. Kalau untuk mengenal lebih dekat kan ada banyak cara, begitu pikir Kaila.

Ben menunjuk sosok perempuan dengan tubuh tegap. "Noh, yang mukanya ganteng. Aneh, cewek kok bisa mukanya ganteng begitu."

Mata Kaila tertuju ke arah yang ditunjuk oleh Ben. "Lah iya ya, dominan ganteng gitu mukanya. Kok bisa? Tapi cantik, manis juga."

"Anak paskibra juga setau gue. Gak heran sih."

"Demen gak lo sama cewek ganteng?"

Ben tertawa. "Apadah tiba-tiba banget. Tapi, ya demen aja gue mah selama dia cewek, harusnya yang perlu lo pertanyakan itu, dia mau kagak sama cowok modelan gue."

"Widih, jangan merendah buat ditendang gitu lah. Lo cakep kok, Ben. Kalo diliat sambil merem." Kaila berucap sambil mempraktekkan.

Ia tergelak saat Ben menjitak kepalanya. "Sono, mintain tanda tangan. Waktu tinggal 10 menit lagi." Ben mengingatkan.

Kaila berdiri dari duduknya, mengibas-ngibas roknya saat melihat rumput kering yang menempel. "Duluan Ben, thank you loh infonya." ucapnya kemudian berjalan menuju wanita yang diketahui bernama Gisel tersebut.

"Permisi Kak, dengan Kak Gisel Lutfia, ya? Perkenalkan aku Kaila dari Kelompok 7 mau minta tanda tangannya, Kak." Kaila menyerahkan buku yang diberikan oleh panitia MOS di hari pertama.

Gisel menerima buku tersebut. "Tau nama gue dari mana?"

Kaila berdehem pelan saat suara Gisel terdengar, ternyata tidak hanya memiliki wajah yang dominan ganteng, suara milik Gisel pun terdengar serak-serak berserakan— maksudnya, serak-serak basah.

"Kebetulan kemarin waktu pengenalan struktur jajaran aku ngeliat Kakak." Kaila tidak bohong, ya walaupun hanya melihat sekilas.

"Kalo gitu. Coba tebak gue kelas berapa?"

"... kelas 12 IPS 4?" katanya penuh keraguan.

Gisel mengangguk. "Yaudah lanjutin sampai akhir, oh iya. Gue mau minta lo kasih ini ke Fadlan. Lo tau Fadlan kan? Tau dong harusnya. Waktu lo kasih ini, jangan lupa bilang "semangat ya ganteng" oke? Jangan bilang ini dari gue."

Mata Kaila mengerjap beberapa kali. Yang bener aja? Masa dia harus ngasih bunga ke Fadlan sambil ngomong gitu. Mana bunga nya bunga kantil lagi. Matanya melihat sekitar. Barangkali ada kamera CCTV yang mengawasi mereka. Kaila ingin mengibarkan bendera putih saat ini juga.

The Apple of My EyeWhere stories live. Discover now