15 • Dorongan Jurang

1.4K 337 112
                                    

Dilarang keras untuk melakukan plagiasi pada cerita ini. ⚠️

> OED <
> 15 — Dorongan Jurang <

> OED <> 15 — Dorongan Jurang <

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat ini Kara tengah merajuk.

Tak apa pelaku yang membuatnya merajuk itu tak merasa ataupun tak peduli, yang penting Kara merajuk!

"Tarianku buruk dia bilang!? Huh! Aku sudah menari dari kecil, dasar iblis jahat!" Sungut Kara dengan nada merajuk seraya tangannya yang melingkar memeluk bantal.

Wajahnya yang mengerut sambil berceloteh itu tak sadar membuatnya mendumel sambil memajukan bibirnya.

"Asal dia tau, ya! Semua akan memuji ketika aku menari setelah mereka yang menggunjingku! Huh! Dasar iblis buruk!" Gunjingan yang juga ia lakukan pada seorang iblis itu pun tak luput pada subjeknya.

Jauh dari tempatnya berada, Daimon tengah memegang dahinya yang tengah mengeryit sambil menutup mata setiap kali rungunya mendengar umpatan dari seorang wolf Omega itu.

Jika Omega kecil itu tau sang iblis bisa mendengarnya, mungkin ia akan lebih memilih mendumel didalam benaknya.

Lama menguping yang tak sengaja ia lakukan, buangan nafas jengah pun terdengar dari iblis itu. Ia berdiri dari singgasannya, wajahnya menoleh pada arah asal suara yang masih terdengar terus menyerocos.

Lantas kakinya mengambil langkah yang berlawanan arah. Beranjaklah ia dari sana demi mendapatkan tempat yang damai dari celotehan yang keluar dari seorang werewolf itu.

Kembali pada sisi Kara, tangan kecilnya tengah mengepal sehabis meninju bantal habis-habisan.

"Coba saja dia yang menari, pasti akan lebih buruk! Dasar nyamuk yang suka minum darah!"

Begitulah cercah akhirnya setelah sekian banyak makian yang ia lontarkan. Tapi ia masih belum puas, wajahnya mengerut memandangi pintu.

"Aku akan pergi dari kandang nyamuk ini!" Tekadnya bulat sempurna, berdiri dengan semangat membara untuk beranjak darisana.

Sesaat setelah ia membuka pintu, kepalanya lebih dulu muncul untuk mengintip keadaan. Kepalanya timbul celingak-celinguk berharap tak menemukan seseorang pun.

Setelah ia merasa yakin, kaki kecilnya itu pun mulai mengambil langkah amat pelan agar tak menimbulan suara. Seakan ia tau, dirinya akan ketauan jika menciptakan suara.

Langkahnya berjinjit dan hati-hati, mengambil jalan yang berlawana arah dari jalan menuju aula dimana Daimon sering berada. Ia tak bodoh untuk memilih jalan itu.

Pajangan lilin yang terlihat disetiap jarak 10 langkah serta ditemani lampu gantung yang kecil terus terlewat diatas kepalanya. Kara mengeluh dibenaknya karena merasa tersesat,

Odd El DestíWhere stories live. Discover now