Chapter 8.

13.1K 904 40
                                    

Aska dan Nete sedang menunggu Rachel bangun, Aska yang merasa urusannya sudah selesai ingin pergi tapi Nete menghentikannya.

"Mau kemana Lo?" Tanya Nete, tapi Aska tidak menggubrisnya ia malah melanjutkan jalannya.

"Ini... inti Geng Silent Boom yang katanya semua anggotanya bertanggung jawab." Langkah Aska terhenti mendengar sindiran dari Nete, Aska membalikkan badannya menghadap Nete.

"Mau Lo apa?" Entah kenapa Nete merinding mendengar suara Aska.

"Tanggung jawablah, karena Lo udah bikin Rachel pingsan maka Lo juga yang harus jagain dia sampai dia bangun." Ucap Nete, saat Aska ingin menjawab Nete menghentikannya lagi.

"Karena Lo ada disini, gue ke kantin dulu lapar." Tanpa mendengar ucapan Aska, Nete menyelonong keluar dengan senyum merekah.

"Pendekatan pertama berhasil." Gumam Nete, dengan riang ia pergi ke toilet bukan ke kantin.

Aska sudah menunggu sekitar 15 menit tapi Rachel tak kunjung sadar, Aska mendengus ia ingin keluar tapi suara lenguhan Rachel menghentikannya lagi.

Eungggh

"Gue dimana?" Gumam Rachel, kepalanya terasa ingin pecah karena pusing.

"UKS." Rachel menoleh kearah orang yang berbicara, mata keduanya bertemu. Rachel ingat dia adalah Aska salah satu sahabat Nathan yang sifatnya dingin seperti Nathan, bahkan Rachel tidak pernah saling tatap seperti ini karena auranya menakutkan.

"Sorry." Ucap Aska datar.

"Maaf buat apa?" Tanya Rachel, dirinya tidak tahu kenapa Aska minta maaf kepadanya.

"Gue yang buat Lo pingsan."

"Oohh bola ya, gapapa ko gue gapapa." Sungguh Rachel sangat takut dengan suara dan aura Aska seperti membencinya, padahal semenjak dirinya mengejar Nathan Aska tidak pernah berbicara apapun kepadanya dan dirinya juga tidak membenci Aska karena Aska tidak pernah mengolok dirinya yang mengejar Nathan tidak seperti Bastian dan Bobby yang sering mengolok-oloknya. Ah berbicara tentang Nathan apakah sang pujaan hati yang menggendong dirinya, senyum Rachel merekah membayangkannya.

"Ngomong-ngomong siapa yang bawa gue kesini, apakah Nathan?" Rachel berharap Nathan yang membawanya kesini, agar ia semangat berjuang mengejar cinta Nathan.

"Tidak, gue."

Deg

Senyum Rachel meredup, Nathan tidak akan peduli kepadanya padahal tadi dirinya terluka. Apakah dirinya harus menyerah? Dirinya tidak ingin terlalu berharap kepada orang yang tidak mengharapkannya, ya mungkin dirinya harus berhenti mencintai Nathan.

"Terimakasih." Lirih Rachel menatap Aska dengan tulus, andai saja ada seseorang yang peduli padanya mungkin dirinya akan sangat bahagia. Apakah orang tuanya peduli padanya? Jawabannya mereka sibuk bekerja, Rachel sengaja berbuat onar agar dirinya bisa menarik perhatian orangtuanya tapi semuanya sia-sia mereka malah menyalahkannya karena pembuat onar dan menyesal melahirkannya bahkan selalu membandingkan dirinya dengan Kakaknya.

Keduanya terdiam hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. "Lain kali jangan ganggu Eve." Ujar Aska dingin, Rachel mengerti sekarang kenapa Aska membencinya? Semua itu karena cewek drama itu lagi, kenapa semua orang selalu berpihak kepada cewek drama itu. Kenapa semua orang selalu menyalahkannya tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu. Apakah salah jika dirinya ingin menggapai Nathan yang dulu pernah peduli padanya, tiba-tiba hati Rachel merasa marah dan kesal dengan semuanya.

Aska akan pergi dan lagi-lagi gumaman Rachel menghentikannya.

"Memangnya kenapa? Gue ga akan ganggu dia kalo dia ga ngusik hidup gue dan gue yakin Lo juga tahu dia bersalah secara Lo yang nutupin kebusukannya tapi Lo nutupin segalanya karena cinta Lo yang buta." Entah keberanian darimana Rachel berucap seperti itu, tapi yang jelas dirinya tidak terima jika ia yang disalahkan padahal Eve yang selalu mencari gara-gara duluan.

Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Where stories live. Discover now