4

294 31 1
                                    

Rencana untuk masuk kantor di hari kedua terpaksa kubatalkan. Begitupun rencana untuk melakukan aksi balas dendam atas keisengan Rozi dan Seno yang telah berhasil memeloncoku pada hari pertama kerja. Mendadak Bunda jatuh sakit. Beliau tidak sadarkan diri di kamar mandi. Bapak yang menemukan ketika bangun hendak sholat subuh. Tubuh Bunda tergeletak begitu saja di lantai. Entah berapa lama, Bapak juga tidak paham betul. Segera Bunda kami larikan ke rumah sakit terdekat. Tidak ada orang di rumah. Cuma aku dan Bapak. Kedua adikku sedang sekolah di luar kota. Sementara kakak tertua sudah menikah dan punya rumah sendiri. Aku hanya bisa menelepon kakak dan adik-adikku untuk memberitahukan perihal kejadian yang menimpa Ibu.

Aku juga segera menelepon Seno untuk mengajukan permohonan izin tidak masuk kerja. Sebenarnya aku tidak enak karena baru satu hari kerja sudah bolos masuk kantor. Tetapi mau diapakan, Bapak tidak bisa sendirian mengurusi Bunda. Bapak tidak pernah menyelesaikan sekolah tingkat dasar, hal itu membuat Bapak tidak terlalu percaya diri mengurusi segala macam bentuk administrasi. Bapak selalu mengandalkan kami, anak-anaknya.

Aku termenung menyusuri koridor rumah sakit setelah menyelesaikan segala macam tetek bengek administrasi berkaitan dengan rawat inap pasien. Ingatanku kembali kuputar ke masa sebelum aku menggunakan mesin waktu. Seingatku, tidak pernah ada kejadian Bunda jatuh pingsan di kamar mandi. Bunda sangat sehat. Beliau selalu tampak bugar dan tidak pernah berkeluh kesah tentang mengidap suatu jenis penyakit berat apapun.

Akan tetapi kali ini, aku harus bisa menerima kenyataan bahwa Bunda dirawat di ruang ICU. Beliau koma. Kena serangan jantung kata dokter. Aku tiba di depan ruangan rawat Bunda. Di balik jendela kaca lebar, terlihat monitor yang menunjukkan grafis detak jantung, kadar oksigen di dalam darah, dan tekanan darah Bunda. Garis-garis tersebut naik turun beraturan dan menunjukkan kondisi Bunda masih cukup stabil. Karena tidak mampu bernapas sendiri, ventilator pun dipasang di tubuh Bunda melalui selang yang dimasukkan lewat hidung, mulut, dan tenggorokan. Wajah Bunda terlihat begitu pucat.

Tiba-tiba sekujur tubuhku langsung menggigil. Ada rasa takut dan cemas yang menyeruak di dada. Bunda belum pernah koma selama ini. Setahuku, Bunda tidak menderita penyakit jantung atau penyakit serius. Kenapa kini Bunda bisa tiba-tiba terserang penyakit jantung? Kenapa ada kejadian yang terjadi seperti itu sementara di masa lalu sebelum aku menggunakan mesin waktu, kejadian itu tidak pernah ada?

Aku menarik napas dalam-dalam. Aku merasa ketakutan atas sesuatu yang aku sendiri jadi tidak memahami apa yang seharusnya aku takutkan. Aku sungguh-sungguh merasa cemas hingga membuat lambungku langsung terasa nyeri. Kupandangi Bapak yang duduk di kursi tunggu di luar ruang ICU. Bapak memandang kosong ke dinding rumah sakit. Entah apa yang sedang dipikirkan Bapak. Kuyakin, pasti Bapak sangat shock karena istrinya selama ini selalu sehat tanpa masalah apapun.

Dua hari aku bolos kerja.

Hari ketiga kuminta kakak untuk merawat Bunda karena aku tidak mungkin bolos lagi. Kembali kutelusuri perjalanan satu jam menuju Muara Bulian. Di dalam kendaraan umum L300 tersebut kurasakan setiap liku-liku jalan beraspal yang kulalui terasa berbeda dan baru. Aku tidak mempunyai keberanian lagi untuk meramalkan masa depan. Aku merasa bahwa masa depan setelah melewati mesin waktu sama kaburnya dengan masa depan sebenarnya.

Setibanya di ruko, di mana kantorku yang masih bergabung dengan dealer berada, aku langsung memasuki ruangan Pak Taufik. Seno mengatakan bahwa aku sudah lama ditunggu. Aku memejamkan mata cemas. Dadaku berdetak sangat kencang.

Pak Taufik sudah di kursinya. Menyilangkan tangan di dada. Dia bukan Rozi yang menyamar. Dia benar-benar Pak Taufik Nurrahman. Atasanku.

"Dua hari tidak masuk kerja tanpa kabar? Bukannya Anda karyawan baru?"

Aku menunduk.

"Saya menelepon Seno, Pak."

"Sudah cukup dengan hanya menelepon Seno? Anda kan tahu, Anda ini masih dalam masa percobaan. Masa percobaan Anda itu 6 bulan. Sekarang baru hitungan 1 hari, Anda sudah berani tidak masuk kantor?"

Perempuan Dalam Kurungan Waktu (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin