Melted Love

19 5 5
                                    

"Tik, makan es krim yuk," ajak Mara.

"Tapi di tempat langganan Gue ya," jawab Tika.

"Di mana aja deh. Yang penting es krim," ujar Mara lagi.

Dua gadis itu segera meluncur ke kedai es krim Golden Ice Cream langganan Tika.

"Oishi!"  Seru Mara.

"Lu tahu aja sih tempat makan enak," tambahnya.

"Tempat ini favorit keluarga Gue. Bahkan Bokap ma nyokap Gue ketemu pertama kali di sini," jelas Tika.

"Pantesan orang tua Lu so sweet banget," ujar gadis cantik berkacamata, sahabat karib Tika itu.

Mango spark sphagetti ice cream and chili caramel sauce di depan Tika sudah hampir tandas. Rasa segar mangga dipadu saus pedas manis membuatnya teringat sang ayah yang sedang dinas di luar kota selama sebulan.

Mamanya selalu menolak di ajak ke sini tanpa Sang Papa. Terakhir kali keluarganya berkumpul di sini dua bulan lalu, saat merayakan ulang tahun pernikahan Mama dan Papa yang ke dua puluh lima. Tika senyum-senyum sendiri mengingat Papanya berlutut di depan Mamanya dan melamar mamanya seperti dua puluh lima tahun silam.

"Wooii...bengong aja. Ntar kesambet baru tahu rasa," Mara menepuk pundak sahabatnya.

"Ih...apaan sih. Iseng banget," Tika sewot.

"Gue nambah lagi ya es krimnya. Itu mix berries rolled ice cream kayaknya enak juga. Lu, mau juga?" Mara kalap karena kelezatan es krim di kedai itu.

Tika menikmati es krimnya sambil memperhatikan lalu lalang orang keluar masuk kedai. Tiba-tiba seluruh tubuhnya terasa seperti kesetrum listrik ribuan volt. Di pintu masuk terlihat Pak Indra memasuki kedai bersama seorang perempuan yang jauh lebih muda dari mamanya. Perempuan itu menggandeng mesra tangan papanya yang sedang mendorong stroller bayi berwarna merah.

Tika menepuk pipinya sendiri. Berharap apa yang barusan Ia lihat tidak nyata. Ia menoleh ke arah pintu. Dan merasa hatinya sakit tiada tara.

Tentang RasaWhere stories live. Discover now