Persahabatan

16 5 2
                                    

"Katak bersahabat dengan luwing ,si kaki seribu, dan siput," Noni, memulai ceritanya.

"Apaan sih! Lagi makan nasi goreng malah ngomongin katak, siput, luwing . Geli, tau!" Iput sewot.

Iput tahu banget, pasti sahabatnya itu pasti sedang galau. Biasanya kalau gitu, Ia suka bikin cerita gak jelas.

"Iih...bawel deh! Dengerin aja napa," rengeknya.

Iput melengos sambil mengunyah pete yang ada di nasi gorengnya. Sedangkan Noni tetap nyerocos sendiri.

"Mereka mau mengadakan pesta. Terus diputuskan masaknya di rumah katak saja. Eeh...nggak tahunya si katak kehabisan korek api. Gak enak dong nyuruh katak beli. Masa tuan rumah di suruh-suruh. Siapa dong yang harus beli korek?" tanyanya.

"Mana Gue tahu?" Iput makin sewot.

Noni melanjutkan ceritanya tanpa peduli sahabatnya mau mendengarkan atau tidak.

"Siput minta maaf tidak bisa membeli korek api. Karena jalannya sangat lambat, Ia takut akan memakan waktu lama. Bisa-bisa pestanya bubar, Ia baru datang dengan korek apinya."

"Terus? Gue gitu yang harus beli?"

"Iiihh...dengerin dulu!"

"Akhirnya si luwing menawarkan diri untuk membeli korek api. Setengah jam berlalu, luwing tak kunjung kembali. Katak dan siput mulai gelisah."

"Di patok ayam kali si luwing," Iput menimpali. Rupanya Ia akhirnya terbawa cerita Noni.

"Dua jam berlalu, Luwing belum datang juga. Katak akhirnya tidak sabar lagi. Ia hendak menyusul sahabatnya. Betapa terkejutnya saat Ia membuka pintu...," Noni mencoba membuat Iput penasaran.

"Luwingnya ketiduran?" Iput penasaran.

"Enggak! Ia masih sibuk memakai sepatu yang ke lima ratus dua puluh tujuh."

Dua gadis itu tertawa terbahak-bahak, tak peduli semua orang sedang memandangi mereka.

Tentang RasaWhere stories live. Discover now