Calon Mertua

15 5 0
                                    

Wajahmu nampak gugup. Bulir keringat berkilat-kilat di keningmu. Kamu menyalami seluruh anggota keluarga calon istrimu yang antusias menyambutmu.

Semua orang duduk lesehan di atas tikar pandan yang terhampar di ruang tamu. Kamu salah tingkah saat calon iparmu berbisik-bisik sambil memandangimu. Dan kau mulai bingung saat mereka mulai menanyaimu.

"Panjenengan asli pundhi?"

Kamu menatap calon istrimu dan menjawab.

"Nggih,lelaki asli."

Semua orang tertawa geli. Kamu senang karena mengira mereka senang bahwa kamu adalah lelaki tulen.

"Sampun nate tindhak daerah mriki nopo dereng?"

Kamu mengelap peluh. Kosakata yang barusan, belum pernah Ia ajarkan.

"Wes ojo ngobrol wae. Mesakke. Ayo gek maem wae."

Kau bernapas lega. Calon mertuamu menyelamatkanmu dari cecaran bahasa planet yang tidak kamu mengerti.

"Yuk...Yayuk! Ndang ditokke masakan ning mburi," Camermu memberi komando untuk menghidangkan makanan.

"Nak Glen, ayo silakan dicoba. Ini semua masakan wong ndeso. Iki jangan lodeh, iki jangan kare, iki gimbal tempe, iki sambel terasi."

Kau menelan ludah. Kok semuanya "jangan". Kau ambil piring dan menyendok nasi. Kau ambil beberapa potong tempe dan sambel terasi.

"Loh, kok cuma makan nasi sama sambal to?"

"Katanya tadi "jangan" bu," jawabmu malu-malu.

Sekali lagi seisi ruangan tertawa terpingkal-pingkal. Dan kau mengangkat alis, kebingungan.

Tentang RasaWhere stories live. Discover now