Bab 10 - Yang Sebenarnya

426 19 0
                                    




Lebih baik dipendam daripada menyatakan namun kehilangan dua status sekaligus; sebagai teman dan juga gebetan

-Baryan Pratama-

[]

Minggu. Masih merupakan hari malasnya para anak sekolah, termasuk Satria. Cowok itu bangun dan membuka gorden kamarnya yang tertutup rapat. Nampaklah sinar mentari yang langsung menusuk tembus jendela Satria.

"Biasanya, Mama yang bukain gorden Satria," ucapnya lirih sambil membuka gordennya dengan lemas. Satria melihat kalendernya dan berpikir sesuatu.

"Oh ya, mereka mau main PS di rumah gue,"

*

Setelah berbincang dengan Rahma melalui telepon. Sela pun mengambil tas ranselnya yang biasa ia pakai untuk sekolah. Satu per satu buku cetak dikeluarkannya, hingga ada secarik kertas yang ikut terjatuh. Sela mengambil kertas itu dan membaca tulisan yang berada dibaliknya.

Untung lo amnesia, Sel. Makasih ya.

Sela bingung membaca tulisan di kertas itu, ia menggaruk-garuk kepalanya dengan bingung. Lalu dengan sigap ia keluar dari kamar langsung menuju ke depan pintu kamar Sandi. Sela menggedor-gedor pintu kamar Sandi dengan keras, setelah sekian lama Sela menggedor dengan kesal, Sandi pun membukakan pintunya.

Terlihatlah wajah kesal Sandi yang menatap adiknya tajam. "Kalo pintunya rusak gimana! Pelan-pelan kan bisa!"

Sela dengan cepat menyerahkan kertas itu kepada Sandi, ia membaca tulisan yang terdapat di kertas itu. Setelah itu, yang Sela dapatkan hanyalah ekspresi diam nan kaku nya Sandi, yang saat ini berdiri didepannya dengan tatapan kosong.

"Kak, emang gue lupa ingatan ya?" tanya Sela kepada kakaknya yang sedari tadi masih terlihat kaku sambil memegang secarik kertas itu.

Sandi yang sadar dari lamunanmya itu pun menatap adiknya heran. "Gue gak tau mau jawab apa, Sel. Lo tanya Mama aja deh."

Sela mengambil secara paksa kertas itu dan berlari masuk ke kamarnya lagi. "Sebenarnya ada apa sih," ucap Sela lirih sambil menjambak rambutnya kesal.

*

Satria yang sibuk membuat minuman di dapur pun menempatkan minuman buatannya dalam beberapa gelas. Ia sempat menyapu rumahnya agar terlihat bersih dimata seorang tamu. Terdengarlah mesin motor yang bermai-ramai masuk ke halaman rumah Satria.

Satria membuka pintu rumahnya dan mendapati teman-temannya yang masih merapikan diri. "Buruan masuk, gue dah buat minuman tuh."

"Wanjir! Tumben baik lo, eh gue main PS di kamar lo ya!" kata salah satu teman Satria yang terkenal berisik, Haikal.

Diikuti dengan Ben, teman akrab Satria juga yang dikenal akan sifat playboy dan mesumnya. "Gue juga Sat! Ada majalah itu sekalian gak?"

Satria terkekeh dan menjitak kepala Ben. "Gue gak semesum lo anjir!"

Ryan yang masih menaruh helmnya pun ikut masuk kedalam. "Gue mau cerita sama lo, Sat."

Mereka berdua pun duduk di sofa ruang tamu. Satria menyandarkan kepalanya di bantalan sofa. Sedangkan Ryan masih memainkan jemari-jemarinya.

"Jadi, cerita lo ini menyangkut apa?" tanya Satria yang penuh penasaran.

Ryan spontan menjawab. "Menyangkut Sela. Kehidupan dia yang lo belum tau, itu yang mau gue ceritain ke lo."

Satria melebarkan matanya menatap Ryan. "Jadi gimana?"

Ryan menghela nafas panjang, dan mulai bercerita. "Dua tahun lalu, Sela itu kecelakaan. Ceritanya dia itu main bareng sama Nicole dan Rahma. Lalu waktu mau pulang gitu, mereka agak ada perbedaan pendapat yang bikin mereka jadi berantem. Si Nicole lah yang lari duluan ngejauhin temennya itu. Tapi lari gak liat-liat, langsung ke jalan raya gitu nyebrang seenak jidat."

"Nah lo tau kan kalo gue itu temen masa kecilnya, mau gakmau kan ortunya mesti bakal hubungin gue. Dikiranya gue lagi sama Sela, ya gue diserbu-serbu mulu sama ortunya. Ya gue gak tau orang Sela pamit ke gue juga bilang mau main doang, gak ada destinasinya kemana." Tambah Ryan.

Satria yang menyimak pun mengangguk-angukkan kepalanya. "Terus gimana itu?"

"Nah, terus Sela nyusul si Nicole. Waktu mau sampe di trotoar seberang, ada mobil sedan item ngebut langsung nabrak Sela gitu. Intinya kecelakaan itu disengaja. Makanya Nicole itu sampe sekarang merasa bersalah banget sama Sela, jadi Nicole kaya pengen jaga baik-baik si Sela. Ibaratnya nebus kesalahan gitu."

Satria menegakkan tubuhnya dan menatap Ryan lagi. "Terus waktu dibawa ke rumah sakit, kondisinya gimana?"

"Koma." Satu kata yang Ryan ucapkan berhasil membuat Satria membelalakkan matanya lebar-lebar.

Tiba-tiba saat Satria ingin bicara, Haikal dan Ben pun memotongnya dari kamar Satria. "Woi! Main PS sini lo! Gosip mulu kaya emak-emak anjir!"

Ben ikut terkekeh dan menambahkan ucapan Haikal. "Nah iya! Cepetan sini, kalo jadi emak-emak beneran tau rasa lo!"

Ryan dan Satria menanggapinya dengan tertawa yang meledak. Mereka tidak mengira bahwa tawanya akan semeledak itu. Menanggapi dua temannya yang konyol itu.

"Lanjut. Jadi, koma nya berapa lama, Yan?"

"Tiga bulan." Ryan kembali menunduk dan menaruh lipatan tangannya dibelakang kepalanya. "Ini salah gue, coba aja gue nganterin dia main. Kenapa gue malah nurutin ego gue buat nge-gym, bukannya nganterin dia."

Kali ini bukan hanya suara berat Ryan yang Satria dengar. Air matanya pun ikut bergabung dalam pembicaraan itu. Suara isakan Ryan terdengar jelas di telinga Satria. Ia mengetahui bahwa Ryan sangat terpukul akan hal itu. Bagaimana tidak, seseorang yang sudah menyukai- bahkan mencintai seorang perempuan selama 13 tahun mendapatkan kabar bahwa perempuan yang ia cintai itu tertimpa malapetaka.

"Gue.. gue nemenin Sela sampe dia bangun dari koma, Sat. Tapi dia gak inget gue. Gue udah coba bikin dia inget, nihil." Lanjut Ryan dengan lirih.

Satria memandangi temannya itu dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. "Yan.. gue merasa bersalah udah jatuh cinta sama Sel-"

"Lo gak bersalah, Satria. Gue tau lo itu cowok baik-baik. Gue yakin lo bisa bahagiain Sela, daripada gue. Sela gak kenal gue juga, Sat. Gue gak ada dendam sama lo, gue ikhlas kalo lo jadi sumber kebahagiaannya Sela. Gue yakin Sela juga ada perasaan sama lo."

Satria terdiam mendengarkan Ryan, yang menyatakan sesuatu yang bermaksud mengalah demi dirinya. "Gue gak seperti yang lo kira."

"Gue disuruh Sela buat jadian," tukas Satria sambil menghela napas.

Ryan mengangkat kepalanya dan bertanya, "Sama siapa yang dimaksud Sela?"

"Rahma. Temen kelas, kalo ga salah." Jawab Satria datar. Namun Ryan dengan sigap menarik kerah baju Satria dan menatapnya tajam.

"Asal lo tau ya Sat. Rahma itu cewe bajingan!"

Satria melebarkan matanya melihat Ryan yang tiba-tiba marah padanya. "Santai dong, maksud lo?"

"Rahma terlibat dalam kecelakaan Sela, dia kongkalikong sama sepupunya buat celakain Sela."

Satria menatap Ryan tidak percaya. "Serius lo?"

Ryan menghela nafas berat. "Ya. Rahma yang ngerencanain itu semua, Sat. Intinya, Rahma berusaha membunuh Sela."

DEG!

"Apa maksudnya?"

[]

*

Maaf telat banget, pending2 mulu update nya >:( maaf yg udah nungguin cerita ini, tapi makasi juga yg udah sabar nunggu Satria dkk :""> semoga senang ya sama ceritanya. Share ke teman kamu yang doyan kisah cinta remaja~


Regards,

MomentsWhere stories live. Discover now