HOME

7 1 0
                                    

HOME
Created by Imay Ertiana
#Grim

Aku merapatkan jaket rajutan berwarna abu-abu muda yang ku kenakan saat ini. Angin dingin yang menerpa di tengah musim gugur membuatku sedikit bergidik. Aku tengah berjalan kaki ke rumah yang menjadi tempat tinggalku namun saat aku sampai disana yang terlihat hanyalah lahan kosong tanpa bangunan.

Aku terkejut bukan main. Kemana perginya bangunan yang menjadi tempat tinggalku? Ku lirik bangunan di sekitarnya, tak banyak yang berubah. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak pergi terlalu lama bukan?

Saat aku tengah kebingungan dengan hilangnya tempat tinggalku, seseorang menyentuh pundakku dan lantas menyadarkanku.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya sedikit terkejut melihat keberadaan ku.

"A... Aku... Rumahku..." jawab ku terbata-bata.

Pria dihadapanku memandang ku dengan tatapan tak biasa dari ujung kaki hingga ujung kepala. Iya, mungkin dia bingung dengan penampilanku yang hanya mengenakan piayama berwarna putih polos dibalut dengan jaket rajutan saja sementara alas kaki yang ku kenakan hanyalah sepasang sandal berwarna putih dan itu ku kenakan di luar ruangan saat musim gugur dimana udara amatlah dingin.

"Pokoknya sekarang kau harus masuk dulu." ucapnya sambil menarik tanganku pergi.

"Tidak mau! Dimana rumahku? Aku... Aku harus pulang... Tapi dimana rumahku? Aku pergi ketempat yang benar tapi kenapa tidak ada??" tolakku seraya menepis tangannya.

"Ugh diluar dingin, masuklah dulu. Aku akan memberitahukannya. Ya?" bujuknya lagi seraya kembali menarik tanganku.

Kali ini aku pasrah. Pria itu membawaku menuju rumahnya yang tepat berada di seberang rumahku.

"Duduklah, akan ku buatkan teh." katanya mempersilakanku masuk.

Aku duduk disebuah sofa berwarna krem sambil menanti dia kembali. Pria itu adalah temanku sejak kecil. Namanya Ferdi dan dia kenal betul dengan ku juga keluargaku.

"Ini tehnya," Ferdi menyodorkan secangkir teh hangat kepadaku.

"Terima kasih," balasku memegang erat cangkir itu seraya menghangatkan diri.

"Apa yang kau lakukan disini??" tanya membuka obrolan.

"Pulang, aku hanya ingin pulang. Tapi rumahku tidak ada. Kemana? Apa yang terjadi?" cecarku.

Ferdi menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya seolah-olah ia akan menceritakan sesuatu yang buruk padaku.

"Apa kau tidak ingat? Kau dan ibu mu sudah pindah dari sini setahun yang lalu. Dan ibumu memutuskan untuk menjual rumah kalian. Apa kau ingat??" jelas Ferdi.

"Haha kau bercanda?! Aku pindah?! Kemana??" kataku tak percaya.

"Ermmm... Yang jelas kau sudah tak tinggal disini lagi. Kau harus kembali ke tempatmu, May." penjelasan Ferdi kali ini tak membuatku puas.

"Kemana?! Aku mau pulang! Dan ini rumahku! Ini rumahku! Aku harus pulang kembali kesini!" balasku sedikit emosi dan mencoba bangkit dari tempatku duduk.

"Tenang May, tenang oke? Biar aku menghubungi ayahmu, ya? Dia akan menjelaskan kepadamu, kau tunggu di sini," bujuk Ferdi lagi.

Saat aku mendengar Ferdi menyebutkan kata ayahku, sesuatu dalam diriku membuat tubuhku gemetaran. Itu sebuah rasa takut.

"Jangan!" ucapku seketika membuat cangkir teh ditanganku terjatuh.

"A-aku ambilkan lap," ucap Ferdi kemudian pergi.

Aku meremas tubuhku yang menggigil. Bukan karena dingin tapi ketakutan menjalar keseluruh tubuhku. Ingatanku seolah diputar ulang seperti kaset yang sedang replay isinya. Seorang pria yang tak jelas wajahnya muncul di ingatanku. Kata-katanya yang samar dan juga suaranya yang tak dapat aku ingat jelas membuatku meremas kepalaku.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang