THEY SLEEP IN DARKNESS

2 1 0
                                    

Created by Imay Ertiana
#Grim

"Masih jauh engga?" tanyaku pada sesosok hantu anak kecil yang melayang tak jauh didepanku. Dia berhenti dan memalingkan wajahnya, menungguku yang berjalan sedikit tertatih karena lelah menembus semak belukar. Wajahnya yang pucat dan sudah tak utuh lagi itu menatapku datar.

"Sial!" umpatku dalam hati,"dimana sih dia kehilangan barangnya? Ini pasti sudah nyaris ke tengah hutan."

Aku melihat matahari sudah tak terlalu terik lagi. Sinar berwarna oranye mulai meredup menembus daun-daun pepohonan yang menjulang tinggi. Sebentar lagi malam dan tampaknya kami berdua belum juga sampai ditempat tujuan.

"Aku capek, mau istirahat dulu sebentar. Tempatnya masih jauh engga?" aku bertanya ulang padanya yang kini melayang disampingku. Dia mengangguk cepat dan menunjuk ke arah depan dengan tangannya yang kurus.

Aku memutuskan duduk sejenak bersandar pada sebuah pohon besar dan meneguk bekal air minum yang aku bawa. Hantu anak kecil itu berdiri menunggu didepanku, wajahnya yang sudah tak utuh karena sebelah matanya pun sudah hilang menatapku dengan sedih. Mungkin karena aku memutuskan untuk beristirahat sejenak, tapi kami lebih tepatnya aku, sudah berjalan selama berjam-jam untuk membantunya. Menerobos hutan dan semak belukar juga berbohong kepada orang tua ku. Tidakkah dia bisa sedikit lebih pengertian?

Jujur aku merasa akan pingsan karena kelelahan tapi mungkin bagi orang awam kalian akan lebih dahulu pingsan melihat sosok hantu anak kecil yang meminta tolong padaku. Mereka yang disebut hantu terkadang bisa sangat merepotkan seperti ini. Jika keinginannya tidak dipenuhi dia akan mengganggu selayaknya parasit yang tak mau pergi. Aku sendiri memang bisa mengabaikannya tapi bila mereka mulai mengganggu keluarga dan temanku disanalah aku mulai bertanya-tanya, apa mereka bisa sedikit lebih pengertian? Kami yang dimintai tolong pun pasti memiliki batas. Oh ayolah tidak mungkinkan kalian menelan mentah-mentah perkataan mereka? Terkadang mereka bisa menjadi makhluk yang amat manipulatif dan kalian tahu itu.

Matahari sudah menghilang diufuk barat. "Bagus, ini akan lebih merepotkan lagi." eluhku dalam hati.

Aku mengambil sebuah senter kecil yang ku bawa untuk berjaga-jaga dan menyalakannya. "Sudah tidak jauh kan? Kalau lebih jauh dari ini aku tidak bisa membantumu, paham?" ujarku. Hantu anak kecil itu mengangguk dan tersenyum senang. Mungkin semasa hidupnya dia adalah gadis yang manis entah apa yang menimpanya sampai seperti ini, aku berharap setelah aku membantunya dia bisa pergi dengan tenang.

Aku berjalan ke arah yang dia tunjukkan, menginjak daun-daun kering yang sudah berguguran dan menghalau beberapa tanaman yang menghalangi. Suara binatang malam mulai bersahutan dan bulan yang menggantung pucat tertutup awan menemaniku kala itu. Hantu anak kecil itu berhenti di depan semak belukar yang cukup lebat, tangannya menunjuk ke arah semak-semak itu.

"Disana?" tanyaku agak sedikit tidak yakin. Sejujurnya yang aku takutkan adalah adanya ular didalam semak belukar itu yang bisa menyerangku kapan saja karena merasa terancam sarangnya diusik. "Semoga tidak ada ular," doaku sambil menutup mata.

Aku mengambil sebuah pisau lipat kecil yang memang aku persiapkan sebelumnya, mengingat aku akan menerobos hutan membantu hantu anak kecil ini maka aku pun mempersiapkan perlengkapan yang cukup memadai bahkan aku sengaja mengenakan pakaian dan celana panjang untuk hal ini. Aku mulai menerobos semak itu perlahan sedangkan hantu anak kecil itu membimbingku didepan. Dia berhenti beberapa langkah didepanku, menunjuk sesuatu dan kemudian hilang begitu saja. Aku berlari kecil menghampiri tempat yang ia tunjuk, menyinarinya dengan senterku tapi nihil. Aku menyinari sekitarku panik, malam hari ditengah hutan dan sendirian adalah kombinasi yang buruk untuk orang sepertiku.

"Hey, dimana kamu??" kataku setengah berteriak, "sial! Apa yang bisa lebih buruk dari ini?!" batinku kesal.

Tiba-tiba saja kakiku menginjak pinggir sebuah lubang yang membuatku jatuh terperosok ke dalamnya. Kepalaku sakit karena membentur sesuatu, sekujur tubuhku pun begitu. Aku jatuh cukup dalam dan sebelum pandanganku berubah gelap, aku bisa mendengar suara tawa dari hantu anak kecil itu. Sialan! Dia sengaja rupanya!

Short StoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora