Ego.

2.6K 107 10
                                    

"Food tastes better, when you eat it with your family."

That's true.

Sekembalinya dari Cambridge, laki-laki itu baru bisa merayakan ulang tahunnya yang ke 25 hari ini, lewat tiga bulan dari tanggal lahirnya.

Perayaan kecil-kecilan, hanya makan malam spesial bersama keluarganya.

When you travel around the world, and you found something, that home was always a better place.

Study Sarjana tiga tahun di Jepang, lanjut Study empat tahun di UK, membuat Boby rindu suasana rumahnya.

Ya, Boby.
Anak tunggal dari pasangan Veranda dan Deva.

Cool, good-listener, punya senyuman memikat, punya beribu cara memperlakukan pasangannya dengan gemas, dan juga lesung pipi yang jarang terlihat.

"Bob, kok malah bengong? Sini, Mami udah masakin makanan kesukaan kamu."

Suara yang sangat Boby rindukan, Ibunya tercinta.

Boby tersenyum, lalu duduk disebelah Veranda. Dihadapannya tersaji beberapa jenis Pasta, Boby terharu. Bertahun-tahun pergi, tidak membuat Veranda lupa pada dirinya.

"Masih jetlag? Apa gimana? Diem terus."

Kali ini, Papinya yang bersuara, Deva. Suara baritone yang jarang ia dengar selama dia di Cambridge.

Sekilas, kehidupan milik Boby terlihat sempurna kan?
Bak pemeran utama dalam sebuah kisah percintaan berujung bahagia.

Tidak.

Boby lahir dari istri pertama Deva, sementara ada satu anak lagi dari istri kedua Deva, yang sialnya mereka sekarang sudah bergabung.

"Bang? Kayak lagi bingung gitu? Nggak suka sama sambutannya? Ini ide nya Adek loh."

Seakan tersihir mendengar suara perempuan lain diruangan ini, Yona. Isteri kedua Deva, disampingnya duduk Gracia, anak Deva dan Yona.

Boby dan Gracia hanya terpaut empat tahun saja.

"Nggak apa, Ma."

Jawab Boby singkat, tanpa menatap perempuan itu.

Hubungan Boby dan Yona tidak terlalu baik, begitu juga dengan Gracia.

Boby masih berpendapat, harusnya mereka tidak ada diruangan ini.

When you born into this world, you can't choose what kind of family you have.

Boby merasa pasangan hidup itu hanya ada dua orang yang saling menicintai, bukan tiga.

Masih mengenakan jeans serta kemeja maroon yang lengannya digulung sampai siku, Boby duduk disebelah Veranda.

"Hari ini Boby kembali dalam keadaan sehat, nggak kurang apapun. Boby sudah menyelesaikan sekolahnya tepat waktu, dan hasil yang memuaskan."

Deva memimpin acara makan malam.

"Ge, kamu harus contoh Abang Boby ya? Rajin dan tenang, nggak banyak main atau kegiatan nggak jelas."

Gracia menatap Deva sebentar, lalu mengangguk. Ia tau, Deva tidak pernah menyukai kegiatannya, untuk Deva menjadi Dancer bukan hal yang membanggakan.

Istilahnya, pelaku seni di Indonesia, mau makan apa?
Dancer bukan sebuah profesi yang menjanjikan.

Gracia lalu menatap Boby, yang malah mengalihkan pandangannya.

Ia tau, Boby tidak pernah suka kehadiran dirinya serta Mamanya di rumah ini.

Gracia bisa merasakan, Boby membencinya, sejak mereka kecil.

Eyes, Nose, Lips.Where stories live. Discover now