Verlangen.

741 69 19
                                    

"Iya, taruh aja disitu. Tolong panggilkan Pak Madi."

Boby berbicara kepada anak buahnya, ia sedang berada disalah satu proyek Deva, di Lampung.
Karena Deva harus mengurus yang lain, akhirnya ia mengirim Boby.

"Sibuk banget kayaknya."

Wajah cemberut Shani yang terlihat melalui layar ponselnya itu sangat menggemaskan.
Boby tersenyum manis, memperlihatkan lesung pipinya.

"Maaf ya, video call juga harus sambil kerja."

Boby nyengir diakhir kalimatnya.

"Kapan pulangnya? Aku sendirian disini."

Lagi, ekspresi cemberut menghiasi wajah Shani.

"Lusa saya pulang ya, sabar sedikit lagi."

"Aku kurang sabar gimana? Udah seminggu nggak ketemu."

Kali ini wajah Shani sedikit ditekuk, sepertinya gadis itu benar-benar rindu pada Boby.

"Maafin saya ya, Shani? Kamu mau dibawain apa nanti?"

Shani menggeleng, lagi-lagi percakapan mereka terpotong karena pegawai yang Boby panggil tadi sudah datang.
Sedikit berbincang, dan memberikan beberapa berkas, lalu pegawai itu keluar ruangan Boby.

"Biasanya kamu semangat kalau ditanya oleh-oleh. Kenapa, hm?"

"Aku maunya kamu, bukan oleh-oleh."

Wajahnya berubah judes, Boby panik.

"Iya, kita ketemu nanti. Gimana kuliah sama dance-nya?"

Boby mengalihkan pembicaraan, berusaha membangun kehangatan lagi.

"Kuliah gitu aja, dance juga gitu aja."

Ketus Shani.

"Gracia apa kabar? Dia nggak nakal kan sama kamu?"

"Tanya aja sendiri, ngapain nanya ke aku. Kamu kan Abangnya!"

Kali ini jauh lebih ketus.

Boby melepas kacamatanya, membuka sedikit kancing kemejanya, lalu menggulung bagian lengan.
Jika sudah seperti ini, Shani berarti benar-benar sedang butuh diprioritaskan.

"Shan, maafin saya ya? Saya disini berusaha beresin kerja lebih cepat, supaya bisa buru-buru balik karena kangen kamu. Sebentar lagi ya? Kamu jangan badmood, saya lagi jauh, nggak bisa peluk."

Saat itu juga airmata Shani menetes, ia mengusapnya cepat-cepat.

"Jangan nangis, sayang."

Boby ikut sedih melihat gadisnya seperti itu.

"You lie to me."

"Lie about what?"

Shani mengusap wajahnya secara kasar.

"You told me, that you will be there, when I need you the most. But now?"

Shani terkekeh meremehkan disana, Boby memijat pangkal hidungnya. Mulai kehabisan akal untuk membujuk Shani.

"Iya saya tau, maafin saya ya? Kali ini kamu kalah sama pekerjaan saya, sekali lagi saya minta maaf."

"Papa sibuk, kamu sibuk, terus aku sama siapa?"

Boby diam sebentar, kembali berpikir.

"Saya usahakan pulang besok malam, ya?"

Shani mengangguk antusias, senyum indah itu terukir kembali.

"Jemput aku di studio ya? Aku ada latihan sampai malam, terus tiga hari lagi kompetisi di Penang. Kak Boby temenin aku ya?"

Senyum itu menular pada Boby, if you happy and so am I.

Eyes, Nose, Lips.Where stories live. Discover now