Words.

1K 69 21
                                    

Selayaknya pasangan pengantin baru, dua insan dimabuk asmara itu menghabiskan weekend mereka dengan kegiatan yang hanya dilakukan berdua. 

Misalnya, sarapan roti bakar telur ditaburi kornet di kedai Roti Gempol yang terkenal itu, karena roti gandum-nya yang diproduksi sendiri. Lalu berjalan kaki menyusuri Jalan Braga, memanjakan mata indah mereka dengan melihat sisa-sisa gedung peninggalan Sejarah, sampai akhirnya istirahat dan mampir di coffee shop, yang lucunya lagi mereka baru mengetahui menu favorit masing-masing. Yaitu, Flat White.

Ketika mereka menyantap Roti Gempol, Viny membuka topik obrolan dengan awal mula adanya tempat ini. 

"Kamu tahu nggak, Mas? Roti Gempol ini mulai dibuka tahun 1958, sekarang dikelola sama keturunannya. Kamu ngerasa nggak,Roti gandum ini beda sama yang biasanya?" Kata viny panjang lebar, Boby langsung menyuapkan satu bagian Roti Gempol miliknya. 

Selagi mulutnya mengunyah, Boby menggunakan lidahnya dengan baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selagi mulutnya mengunyah, Boby menggunakan lidahnya dengan baik. "Iya, biasanya Roti gandum itu teksturnya sedikit kasar, dan rasanya hambar. Saya bukan penyuka Roti gandum sih, tapi yang in teksturnya lembut, lebih tebal juga."

Viny mengangguk bagai setuju. 

"Kamu suka banget ya? Sampai ngajak sarapan disini, dan nggak boleh telat sama sekali." Tanya Boby lagi. 

"Iya. Selain karena tempat ini bakalan rame, kalau kita datang pagi-pagi, aku ngincer donat fresh from the oven yang ditaburi gula halus. Siapa sih yang nolak makanan enak?" Jelas Viny sambil tersenyum gemas. 

Gadis itu lalu berdiri kemudian menuju kasir, ia menambah dua donat gula halus tadi ke dalam menu sarapannya pagi ini. Lalu duduk kembali ditempatnya bersama Boby, membawa dua piring kecil berisi donat dan gula halus yang terpisah. 

"Kamu yakin bisa ngabisin itu semua?" Tanya Boby heran melihat porsi makan Viny. 

Gadis itu tersenyum sabil berkata "You know what, Mas? Girls always have a room for dessert.

Senyum itu menular pada Boby, entahlah. Melihat Viny tersenyum, rasanya lega. "Tadi kamu bilang, tempat ini berdiri sejak 1958. And the best thing is, mereka mempertahankan desain tempat yang sama. Kayak kita lagi makan dengan suasana jaman  dulu. Rak kayu, etalase kayu, dan dominasi ruangan berwarna coklat yang eyecatching. Belum lagi wangi Roti yang tercium, I guess." Viny mengangguk lagi sambil tersenyum senang. 

"Itu karena pabrik Rotinya persis disebelah rumah ini. Terus, bangunan ini setahu aku cuman direnovasi sedikit karena kerusakan kecil. Yang lebih sederhana lagi, meskipun sangat maju dan terkenal, toko ini areanya nggak terlalu besar dibanding rumah-rumah yang lain. Pengelola bener-bener mempertahankan keaslian bangunannya." Celoteh Viny panjang lebar, membuat Boby tidak bisa berhenti menatap kagum akan kesederhanaannya. You make me crazy, Vin.

Boby baru memiliki perasaan ini, senang dan terhibur bisa menghabiskan waktu bersama Viny. Gadis yang baru dikenalnya dalam waktu singkat, namun begitu mencuri perhatian. Sejak melihat Viny yang hidungnya dijejali tisu, ketika itu Boby merasa aneh pada perasaan dan pikirannya. Meski saat itu ada Shani yang menjadi prioritasnya, dengan mudah fokus Boby teralihkan. Kemudian berlanjut menemani gadis itu ngobrol sambil ngopi bersama Gery, semakin membuat Boby penasaran lebih dalam seperti apa sosok Viny. Hingga saat ini, ketika mereka hanya berdua.

Eyes, Nose, Lips.Where stories live. Discover now