Impression.

959 72 6
                                    

Boby dan Gery sedang berpacu dengan jalanan Jakarta, mereka diperjalanan menjemput Shani dan Gracia.

"For fucking sake! Lama-lama gue beneran Tua dijalan."

Gerutu Gery, Boby membiarkan itu, masih sibuk dengan iPad-nya.

"Tapi Bob, gue jadi inget masa-masa lo bucin banget sama Shania, hahaha. Dulu tuh, Shania minta jemput, lo berangkat. Shania minta anter, lo anterin. Meskipun lo lagi sakit, kesel, banyak urusan, Shania tetep nomor satu. Alias udah lama banget, gue nggak lihat lo kayak gini. Alive!"

Oceh Gery panjang lebar, tanpa melepaskan pandangan dari jalanan.

"Shani hebat, bisa bikin lo balik jadi bucin lagi. Yaa, meskipun belom pacaran. Lagian, kenapa sih lo nggak nembak dia?"

Lagi, Gery masih penasaran tentunya.

"Nggak kenapa-kenapa, gue cuman nggak mau buru-buru. Gue sama Shani baru kenal."

Jawab Boby datar.

As simple as that, Boby nyesel pernah buru-buru jadian sama Shania, dan buru-buru putus juga.

Si Buru-buru ini yang menyebabkan Boby salah langkah.

"Bagus. Lo emang pinter introspeksi diri. Dikit-dikit udah lupa kan sama Shania?"

"Hmm."

Gery diam, terkadang sikap Boby memang sulit diartikan.

"Ger, emang gue kelihatan tua banget ya kalau sama Shani? Kayak pedofil gitu."

"Pfft, dapet pikiran darimana lo ngomong gitu? Beda berapa tahun sih sama Shani?"

"Hm, empat tahun deh. Shani seumuran Gracia." Boby mendengus diakhir kalimatnya.

"Nggak lah. Pedofil tuh kalau lo beda lima belas tahun."

"Anjir! Jangan gila lo!"

Gery terbahak mendengar respon Boby.

Sedan hitam itu mulai memasuki pelataran kampus Shani, yang dicari juga tampak sudah menunggu di lobby fakultasnya.

"Ger, Shani cantik banget ya."

Gumam Boby sambil tersenyum, melihat Shani yang melambaikan tangan padanya.

"Udah kedelapan belas kalinya lo ngomong 'Shani cantik banget' hari ini."

Boby menghiraukan ucapan Gery, ia turun dan membukakan pintu mobil untuk Nona tercintanya.

"Hai Kak Gery!"

Sapa Shani, begitu masuk kedalam mobil.

"Hai Shan, mau lanjut kemana kita?"

Boby masuk dari pintu sebelah Shani.

"Aku kayaknya harus langsung pulang deh, mau ke Jogja sama Papa."

Gery mengangguk, Boby kemudian mengintruksikan untuk segera meninggalkan kampus Shani.

Perjalanan diisi dengan obrolan ringan yang didominasi oleh Boby dan Shani. Gadis itu tampak manja, kepalanya setia bersandar pada bahu milik Boby.

Shani sedang mengadu,ia harus latihan dance untuk kompetisi berikutnya, tapi tiba-tiba saja Papanya ngotot mengajaknya ke Jogja untuk bertemu sang Mama.

"Aku bukan kesel karena lebih pengen latihan ketimbang ketemu Mama, aku juga kangen banget sama Mama. Cuman aku nggak suka Papa ngajak dadakan."

Boby mengusap puncak kepala gadis itu, setia mendengar keluhannya.

Eyes, Nose, Lips.Where stories live. Discover now