02

192 3 0
                                    


7 tahun kemudian di Jin An

Bughh. .. . . Bughh. . . .Bughh. . . . Terdengar suara pemukulan saat aku baru saja menginjakkan kakiku di depan gerbang.

"Kemana perginya nona muda? Bukannya sudah kukatakan tidak boleh membiarkannya keluar kediaman tanpa sepengetahuanku?" teriak seseorang dari dalam disertai suara pukulan.

Aiya, aku baru saja keluar beberapa saat yang lalu, mungkin hanya satu atau dua jam. Kenapa malah ada pemukulan? Haaaaa. Ini pasti si pelayan tua, rasa-rasanya dia selalu berada dalam garis kehidupanku dan selalu mencari masalah bukan?

Kriiieettt. . . . kubuka pintu gerbang dan mendapati pemandangan pelayan halamanku tengah berlutut dan menerima pemukulan darinya. Dalam zaman ini yang lemah selalu ditindas oleh mereka yang berkuasa, tidak jauh beda dengan kehidupan sebelumnya.

"Pelayan Zan, apa yang anda lakukan?" tanyaku tanpa melangkah masuk dan menatapnya dengan bingung.

"Aiya, nona muda, anda akhirnya kembali. Para pelayan ini pantas menerima pemukulan karena telah membiarkan nona muda keluar tanpa sepengetahuan hamba yang rendah ini." Sahutnya sambil memukul salah satu pelayan terdekat.

Hnnnn jika ingin menghukum, hukum saja, kenapa harus menghukumnya di dekat pintu gerbang mension?

"Mereka pelayan halamanku, mengapa anda yang menghukumnya? Mereka tanggung jawabku bukan?"

"Aiya, nona muda masih terlalu muda untuk mengerti senioritas dan juga kedudukan. Hamba pelayan rendahan ini adalah pelayan kepala yang bertanggung jawab atas seluruh pelayan, jadi sudah sepantasnya hamba yang menghukum mereka." Sahutnya tak mau kalah dengan tampang penjilatnya.

Senioritas? Orang ini membiacarakan senioritas di hadapanku? Hnnnnnnnn kupejamkan mataku sejenak sebelum berlalu meninggalkan mereka dan masuk ke dalam dan kembali ke hadapan mereka dengan membawa cambuk di tangan kananku.

"Pelayan Zan, Pelayan Zan lebih senior daripada diriku bukan?" tanyaku sambil memainkan cambukku dengan wajah polosku.

"Ya, tentu saja. Nona muda masih terlalu muda, lambat laun nona akan mengerti." Balasnya.

"Baik, sungguh sangat baik." Bbalasku sambil mengangguk beberapa kali dan tersenyum padanya.

Ctaaarrrr. . . . kulayangkan cambukku padanya dan tepat membungkusnya setelah itu mengayunkannya ke samping dan pelayan Zan terlepar mengenai sebuah batu yang ada disamping halaman. Batu itu hancur menjadi beberapa bagian karena terlalu keras hantamannya. Dapat kulihat darah mengalir dari pelipisnya, selain itu dia juga memuntahkan beberapa suap darah. Aiyoo aku belum menggunakan seluruh kekuatanku Ok.

"Lain kali, masalah di halamanku, pelayan Zan tidak perlu ikut campur, bagaimana dengan itu?" ucapku pelan sambil berjalan menghampirinya.

"Aiya, pelayan Zan anda terluka. Ada baiknya anda mengurus urusan anda dengan begitu pelayan Zan tidak akan terluka."

"Ah, dan satu lagi, berikan kompensasi pada pelayan dihalamanku,pastikan mereka menerima kompensasi yang layak jika tidak, pelayan Zan yang akan menangngung kompensasinya." Lanjutku sebelum meninggalkan mereka dan kembali ke halamanku sendiri.

Tujuh tahun sudah aku hidup dalam dunia baru ini. Sebuah dunia yang benar-benar berbeda dengan dunia tempatku dulu berasal. Dunia tanpa kekuatan untuk memanipulasi perasaan dan emosi seseorang menjadi sebuah senjata yang disebuut zaipon. Zaipon dapat digunakan tergantung dari emosi dan perasaan dari setiap individu, ada zaipon yang dapat digunakan untuk pengobatan, ada juga yang dapat digunakan untuk pertempuran.

Di dunia ini hanya ada kekuatan internal dari seorang yang mempraktikkan beladiri. Tingkatan beladiri terbagi menjadi 9 tingkat dan diatas tingkat itu adalah tingkatan master dan diatasnya lagi adalah grandmaster. Dan saat ini aku sedang mempelajari teknik beladiri dengan bimbingan paman Zhu. Ya, paman Zhu, dia adalah pria berpenutup mata kain hitam yang dulu membawaku ke tempat ini.

The New LifeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora