06

62 2 0
                                    


Akhirnya aku akan pergi ke ibu kota, aku ingin tau apakah dia yang ingin membunuhku senang atau marah. Aku pikir dia akan mencari cara lain untuk membunuhku setelah ini. Tapi kenapa nenek belum datang mengantarkan kepergianku? Ini sudah tidak pagi lagi.

"Nyonya tidak akan mengantarkan kepergian nona, tolong berhati-hati dijalan dan jaga kesehatan nona muda." Ucap salah seorang pelayan yang tiba-tiba datang menghampiriku sebelum dia masuk kembali ke dalam.

Nenek tidak ingin mengantarkan kepergianku, hum, kutatap hamparan langit sebelum memutuskan untuk naik kereta. Namun sebelum naik, sebuah senyuman terukir di wajahku. Aku tidak bisa pergi seperti ini bukan? Kugelengkan pelan kepalaku dan berbalik masuk kembali ke rumah diiringi dengan tataoan bingung pasukan merah.

Aku tau dengan jelas, nenek tak akan sanggup mengantarkan kepergianku. Aku juga tau dengan jelas, wanita tua itu memendam kesedihannya seorang diri.

"Apakah Feng-er sudah pergi?" lihat, nenek sangat menyayangiku. Ku hentikan langkahku di luar ruangan nenek dan mendengarkan percakapannya.

"Nyonya, nona muda hamba rasa sudah memulai perjalanannya."

"Ah, litte Feng-erku, kenapa kau harus pergi meninggalkan nenek hum? Kenapa kau tidak tinggal disini dan tidak melibatkan dirimu dalam urusan ibu kota hum. Litte Feng-erku sayang." Ucapnya begitu pelan namun masih mampu kudengar.

"Karena Feng-er ingin tahu orang seperti apa yang tidak ingin Feng-er hidup dengan nyaman. Setelah Feng-er mengetahuinya, Feng-er akan kembali kemari menemani nenek. Nenek tau, Feng-er juga tidak ingin meninggalkan nenek, tapi ini apa yang harus Feng-er lalui bukankah begitu nek?" tanyaku sambil memasuki ruangan nenek dan menghampirinya, menggenggam kedua tangannya dengan lembut.

"Nek, saat Feng-er tidak disini, nenek harus menjaga kesehatn, makan dengan teratur. Pastikan tidak terkena udara dingin, Feng-er janji akan segera pulang jika feng-er sudah menyelesaikan semuanya. Saat Feng-er kembali, maukah nenek menerima Feng-er disini?"tanyaku sambil mengusap kedua tangan keriput nenekku dan tak berani menatapnya.

Aku tau, perpisahan adalah awal yang baru. Tapi dia adalah nenekku yang mengawasiku selama 17 tahun ini. Dikehidupan sebelumnya aku tidak memiliki seorang nenek, dan dikehidupan ini aku ingin mengabadikannya.

"Baik, nenek akan menunggu little Feng-er pulang ke rumah." Jawab nenek dengan suara paraunya.

Kuberanikan menatapnya, wajah itu, tatapan itu akan ku ukir dalam ingatanku. Perlahan kuulurkan tanganku menangkup wajah nenek dan tersenyum padanya.

"Hu'um, Feng-er akan segera pulang. Fengjiu berangkat, jaga diri nenek." Ucapku kemudian kuberikan sebuah kecupan di keningnya dan pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.'tunggu Fengjiu menyelesaikan masalah ini dan kita akan hidup bersama lagi.'

"Berangkat!!" seruku setelah naik ke kereta.

Ini adalah perjalan pertamaku, jarak kota Jin An ke ibu kota sekitar 2 sampai 3 hari jika beralan dengan lancar. Tak ada yang bisa kulakukan dalam perjanan ini, hanya menikmatinya di dalam kereta. Diam dan memperhatikan proyeksi kecil dalam pikiran, sebuah array proyeksi zaipon yang kutinggalkan untuk memastikan kemanan nenek.

Perjanan berlanjut, saat hari mulai gelap romongan sudah mendirikan kemah. Kulanglahkan kaki keluar dan mengamati mereka. "Li Yizing." Gumamku saat mendapati seorang yang tak asing dalam jarak pandangku.

Kuputuskan menghampirinya. Dia terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya, menggunakan pakaian layaknya penjaga persedian yang mengikuti. Bukankah dia bilang ingin melakukan sesuatu, jadi kenapa dia mengikutiku ke ibu kota?

The New LifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant