03

126 2 0
                                    


"Paman,?" panggilku sambil mencengkram baju bagian belakangnya.

"dia salah satu dari kita." Jawabnya.

"HAH?" sungguh aku benar-benar ingin tahu bagaimana cara paman Zhu melihat. Apa dia benar-benar tidak bisa melihat atau hanya pura-pura saja. Tapi dia tampak tidak betpura-pura, jadi bagaimana caranya melihat? Setelah itu, kami memmbawanya ke tempat paman Zhu dan mengobati orang itu.

Orang itu terlihat sudah berumur 40 tahun, wajah tak terawat begitu juga dengan ramput ikalnya yang panjang yang mencuat sana-sini. Aiya, apakah orang ini benar-benar salah satu dari kita? Tidak terawat sekali dirinya, ini meragukan.

Tak berapa lama orang itu sadar, dia menatap paman Zhu yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Zhu Tian?" panggil orang itu. Tak ada respon dari paman Zhu, masih mempertahankan kebisuannya.

"Ah, ternyata itu kau, baik sungguh baik. Kau yang membuatku pingsan bukan?" tanyanya sambil mengusap kelapanya yang berdenyut-denyut.

"Tidak, bukan aku. Tapi dia." Jawab paman Zhu sambil menunjuk ke arahku.

Aku hanya bisa tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Ah, itu yang pertama bukan?"

"Tidak, tiga kali."

Aiya, paman, jangan membuka kesalahanku di depannya. Bagaimana jika nanti dia membalas dendam padaku? Batinku sambil menatap paman penuh arti.

"Aiya, kau gadis kecil yakin punya kemampuan. Benar-benar baik sekali." Ucapnya yang bisa kuberikan hanya senyum tanpa rasa bersalahku saja.

Esok paginya, pria itu datang bersamaku menghadap nenek.

"Yang Fei?" tanya nenek memastikan.

"Ya nyonya."

Owh, jadi orang ini bernama Yang Fei. Baik, aku sudah mengingatnya.

"Jadi dia yang mengirimmu, apa yang akan kau ajarkan padanya? Sastra? Beladiri? Literatur? Musik atau yang lainnya?" tanya nenek lagi.

Owh, nenek bisa yakin dia tidak akan mengajarkan itu, jika aku diajarkan tentang itu kupastikan dia akan pulang besok. Bagaimana nasibnya pendiri sekolah sepertiku diajarkan materi-materi itu? Ah, aku memang belum mendirikan sekolah, tapi tunggu saat umurku ertambah sedikit lagi, aku akan membangun sekolah di tempat ini.

"Nyonya tidak perlu khawatir, saya tidak akan mengajarinya hal-hal tersebut. Saya akan mengajarinya mengenai obat-obatan dan kedokteran, aku rasa nyonya tidak akan keberatan." Jawabnya penuh percaya diri.

"Siapa yang menghajarmu? Apakah itu Fengjiu?" tanya nenek sambil menyesap tehnya.

Ups, ini tidak akan pernah lepas dari perhatian nenek. Dia pasti tau jika aku berbuat ulah. Ingatkan aku untuk bertindak layaknya anak berusia 7tahun ok.

"Bagaimana mungkin little Fengjiu bisa melukaiku nyonya, nyonya terlalu memandang tinggi little Jiu." Sahutnya sambil tersenyum memandangku.

Dia memanggilku apa? Little Fengjiu? Little Jiu? Orang ini tidakkah terlalu belebihan saat memanggil nama orang? Sungguh kekanak-kanakan.

"Owh, baiklah. Kau bisa mulai mengajarnya."

"Baik nyonya." Ucapnya sambil membawaku pergi.

Mari lihat apa yang akan orang ini ajarkan. Obat-obatan juga kedokteran, aku berharap ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diajarkan Zei Yan padaku. Berharap obat-obatan disini tergolong obat normal.

The New LifeWhere stories live. Discover now