Arfin, I Love You

2.5K 71 38
                                    

Marsha menutup sebuah buku yang sampulnya bertuliskan "Puisi Rahasia untuk Arfin" di meja belajarnya, lalu meraih smartphone yang tergolek di dekat lampu. Sudah 2 jam berlalu tapi Arfin belum juga datang. Sudah berkali-kali juga dia mencoba menghubungi Arfin tapi tidak ada yang diangkat. Marsha memikirkan kemungkinan Arfin sedang berada dalam perjalanan kesini jadi tidak bisa mengangkat teleponnya.

Tapi ini sudah lama sekali sejak Arfin berjanji akan menjemputnya. Padahal jarak dari rumah Arfin ke rumahnya tidak akan sampai 1 jam.

Marsha menatap layar smartphonenya, nelangsa, karena Arfin juga tidak kunjung balas menghubunginya. Think positive, Sha! Dia berkali-kali memberitahu dirinya sendiri bahwa semua baik-baik saja. Arfin akan segera datang menjemputnya.

Marsha mencoba menghubungi Arfin sekali lagi. Kali ini dia memilih untuk menulis pesan chat.

A', kamu dimana?

Jantung Marsha mencelos karena dia melihat pesan itu hanya mendapat satu centang. Itu berarti nomor Arfin sedang tidak aktif. Kemungkinannya ada 3 : Smartphone Arfin mati, sedang tidak ada sinyal di tempat Arfin berada sekarang, atau kuotanya habis. Karena Marsha baru saja beli kuota jadi tidak mungkin punya Marsha yang habis dan sinyal internetnya sekarang juga stabil.

Mulai panik, Marsha mencoba menghubungi Arfin kembali lewat video call. Dan... nihil. Nomor Arfin tetap tidak bisa dihubungi. Marsha menarik napas panjang berulang kali sambil memijit kepalanya yang mendadak pening.

Nggak, nggak... Marsha harus terus berpikir positif dan menunggu sampai Arfin menghubunginya atau bahkan sampai datang. Marsha harus meyakinkan dirinya.

Satu jam berlalu lagi... Arfin masih belum menghubunginya. Marsha memilin jemarinya yang mulai mendingin. Tatapannya nggak bisa beralih dari layar smartphone.

Dua jam berlalu.... Masih memandang layar smartphone, ujung-ujung jemarinya mengetuk-ngetuk meja.

Tiga jam....

Dengan perasaan gelisah dan campur aduk, Marsha keluar kamar. Menggenggam smartphonenya sambil berjalan mondar-mandir dari pintu kamar ke ruang tamu, berulang kali. Melewati ayah yang sedang lembur memberi nilai ulangan milik anak-anak didiknya. Ayah mengerling pada Marsha lewat atas kacamatanya dengan heran.

Saat ada notifikasi chat yang masuk, tangannya bergetar saat membuka smartphonenya. Dia hampir menangis saat tahu bahwa itu bukan chat dari Arfin, melainkan Mona. Dan chat untuk Arfin masih tetap centang satu.

"Kenapa, Sha?" Ayah yang akhirnya terganggu oleh kegelisahan putrinya, menghentikan sejenak aktivitasnya lalu bertanya.

Tapi Marsha memilih tidak akan memberi tahu ayahnya. Dia memaksakan bibirnya untuk mengulas senyum lalu menggeleng. "Nggak papa, Yah."

Ayah melepas kacamatanya, memberikan tatapan memaksa untuk Marsha. Marsha yang menyerah akhirnya mengaku. "Arfin nggak ada kabarnya dari pagi, Yah. Nggak bisa dihubungi."

"Oh." Kecemasan ayah tiba-tiba menguap. Kembali ditenggerkannya kacamata di atas hidung, lalu berspekulasi sambil lalu. "Jangan-jangan... dia lagi selingkuh?"

Marsha manyun. Ayah ini! Sungguh tidak bisa membaca suasana hati. Ucapan Ayah barusan membuatnya semakin kalut.

Sampai hari sudah sore, Marsha sudah putus asa, berulang kali melongok ke jendela ketika terdengar suara motor mendekat. Dan berulang kali juga dia kecewa saat mengetahui bahwa itu bukanlah motor Arfin. Marsha sudah bertekad, memutuskan untuk pergi ke rumah Arfin ketika tiba-tiba smartphonenya berdering. Nomor tidak dikenal. Marsha mengernyit dan dengan ragu mengangkatnya. Toh siapa tahu yang punya nomor ini ingin memberitahu sesuatu hal tentang Arfin.

The Prince's Escape [Season#2 END✅]Where stories live. Discover now