Kunang-Kunang

1.3K 68 136
                                    

Malam ini adalah malam terakhir acara kemah pelantikan Bantara. Dan malam inilah malam diadakannya jurit malam. Lani yang paling bersemangat mengikuti panitia yang berjaga di salah satu pos untuk pengambilan foto-foto kegiatan para peserta. Sementara itu, Marsha membantu para panitia senior yang sibuk menyiapkan kayu bakar api unggun untuk kegiatan renungan malam yang akan dilaksanakan setelah jurit malam selesai.

"Sini, sini Sha, istirahat dulu," panggil Mei, mengajaknya ikut bergabung bersama panitia lain yang telah selesai melaksanakan tugas masing-masing. Mereka duduk membentuk lingkaran dan bernyanyi. Doni sang ketua Bantara yang terkenal memiliki social butterfly, asik mengiringi mereka dengan petikan gitarnya.

"Iya, Kak." Marsha ikut menempatkan diri di sana, di sebelah kayu bakar yang belum dinyalakan. Mereka menyanyikan lagu "Ya Sudahlah" milik Bondan Prakoso feat Fade2black dan bergembira seolah tak punya beban hidup. Marsha pun terbawa ikut bernyanyi bersama mereka.

"Apapun yang terjadi, ku 'kan s'lalu ada untukmu.... Janganlah kau bersedih, 'cause everything's gonna be okay...."

Entah kenapa suasana yang ramai itu mendadak jadi haru, seolah mereka adalah satu kesatuan yang solid dan sedang saling menguatkan satu sama lain untuk mewujudkan mimpi masing-masing. Marsha terenyuh melihat pemandangan ini. Dia yakin, kegiatan ini kelak akan menjadi salah satu kenangan paling indah di masa SMAnya.

Tanpa sengaja, mata Marsha berada pandang dengan mata Rian yang duduk menyendiri di dekat tendanya. Tidak ikut bergabung, hanya memperhatikan mereka yang sedang bersenang-senang. Hanya beberapa detik, Marsha mengalihkan pandangannya kambali ke Doni lalu ikut bernyanyi lagi.

"Sha."

Marsha menoleh dan terkejut karena tahu-tahu ada yang menoel pundaknya. Ternyata Rian sudah ada di belakangnya, dia berbisik, "Ikut yuk."

"Kemana, Kak?"

"Ke suatu tempat yang lo pasti suka."

Marsha menatap Rian lekat-lekat. Bukannya kepedean atau apa, tapi Marsha mencurigai Rian hanya sedang mencari alasan untuk berduaan dengannya. Marsha sudah akan menggeleng untuk menolak tapi kalah cepat dengan tangan Rian yang meraih tangannya dan membawanya untuk bangkit.

"Ayo, ah. Nyesel nanti kalau nggak mau."

Marsha tidak bisa mengelak lagi saat tangan Rian menarik lengannya dan membawanya berlari kecil, menerobos gelapnya malam dan satu-satunya sumber cahaya yang ada hanyalah senter di tangan Rian, dan cahaya bulan.

"Kita mau kemana sih, Kak?" tanya Marsha saat mereka menerobos hutan kecil, membuat Marsha sedikit bergidik. Takut kalau tahu-tahu dia melihat makhluk yang....

"Nggak usah takut," ujar Rian seakan tahu pikiran Marsha. "Ini jalur yang biasa dilewatin anak-anak buat jurit malam. Aman kok. Paling-paling sih cuman dengar suara ketawa atau nangis."

"Ih, Kak Rian!" Bulu kuduk Marsha langsung berdiri dan dia refleks mencengkeram lengan Rian karena takut. Tidak tahu Rian becanda atau tidak, tapi kalau beneran kan... Hiiiy... Tapi Marsha yang akhirnya sadar sedang mengamit lengan Rian, cepat-cepat melepaskannya lalu meminta maaf.

"Sebentar, kita udah hampir sampai." Rian menoleh padanya lalu tersenyum. Marsha sampai tercenung karena tak percaya, bahwa Ketua OSIS yang selama ini dia kira berhati dingin ini memang selalu tersenyum padanya.

Pandangan mereka segera teralihkan oleh cahaya kecil yang tiba-tiba datang dari arah depan. Cahaya kecil itu berpendar-pendar indah. Mereka muncul satu persatu. Sontak Marsha takjub saat menyadari bahwa yang dilihatnya itu, ternyata kunang-kunang. Baru kali ini dia melihat hewan berpendar itu, dalam jarak sedekat ini pula.

The Prince's Escape [Season#2 END✅]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant