Bidadari dan Kurcaci

2.7K 60 34
                                    

Begitu membuka pintu rumah, Arfin dan Marsha langsung berpapasan dengan Hermawan bersama sahabat sekaligus rekan bisnisnya, Freddy, yang tak lain dan tak bukan adalah Papa Viona. Mereka sedang asik berdiskusi dan melangkah menuju pintu rumah tempat Arfin dan Marsha masuk. Melihat kedatangan dua anak itu, sontak perhatian mereka teralih. Pembicaraan seru mereka terhenti.

Sebenarnya Arfin ingin mengabaikan mereka dan menyelonong masuk saja. Tapi Marsha menahan lengannya untuk berhenti. Marsha menyapa papa Arfin sambil mengulurkan tangan ingin menyalimi, tapi tangan pria itu tidak balas terulur. Meski kecewa, Marsha tetap berpendapat harus tetap menghormati orang tua meskipun dia tahu papa Arfin tidak menyukainya. Tatapan mata Hermawan terus menyoroti Marsha dengan tidak suka.

Melihat itu, Arfin meraih tangan Marsha yang terulur lalu menggenggamnya, membawanya pergi melewati Hermawan dan Freddy begitu saja. Meski masih tidak enak dengan lapa Arfin, Marsha tetap mengikuti langkah Arfin dan masuk ke dalam perpustakaan.

"Kan nggak sopan, A', kalau papa kamu ditinggal pergi gitu aja..." protes Marsha setelah pintu di belakangnya tertutup.

"Dia juga nggak peduli, kan?"

Perdebatan itu berhenti ketika mereka sadar bahwa mereka tidak sendiri di ruangan itu. Diana yang awalnya sedang membaca di salah satu meja, kini melemparkan tatapan heran ke arah mereka.

"Tante, gimana kabarnya?" sapa Marsha yang langsung menyalimi Diana.

"Sehat. Kamu gimana, Sha? Cie, bajunya kembaran nih?"

Marsha tertawa mendengar ledekan itu. "Alhamdulillah sehat juga, Tante."

"Tumben udah di rumah semua?" Arfin duduk di kursi depan mamanya sebelum ikut menyalimi tangan beliau. Ini kebetulan yang sangat langka. Biasanya, kedua orang tuanya itu pulang larut malam setelah dia tidur.

Mengetahui maksud Arfin, Diana tersenyum. "Bagus dong.... Mulai sekarang Mama akan sering ada di rumah sih," ujarnya.

"Kenapa, Ma?" tanya Arfin.

"Ya ingin cari kesenangan di rumah. Pengen punya hobi baru."

Arfin mengangguk mendukung apapun keputusan mamanya. Dan Marsha yang menyadari bahwa yang mama Arfin buka bukanlah buku, mengernyit. Karena ternyata itu adalah album foto.

"Foto siapa tuh, Tante?" tanya Marsha. Penasaran, Marsha menunduk untuk melihat lebih dekat foto berisi anak kecil berusia sekitar 1 tahunan yang seolah sedang asik dengan board booknya.

"Ini?" Diana menunjuk foto yang dimaksud Marsha. "Ini anak Tante dong. Pacar kamu."

Marsha tersenyum melihat wajah Arfin kecil yang lucu dan terlihat bandel. Seketika dia teringat percakapannya dengan Arfin saat pertama kali dia masuk ke tempat ini, lalu bertanya pada Diana, "Emang bener Tante, kalau Arfin udah bisa baca umur 1 tahun?"

Diana tersenyum pada Arfin lalu mengangguk. "Dia ngomong umur 6 bulan dan bisa baca umur 1 tahun."

"Kamu belum percaya?" tanya Arfin pada Marsha.

Marsha nyengir. "Percaya deh."

"Ya udah Mama tinggal ke dapur dulu ya, mau bantuin Bibi masak. Marsha kalau haus langsung ke dapur aja ambil minum sendiri."

Setelah Marsha mengiyakan, Diana pun beranjak dari mejanya dan keluar ruangan. Marsha pun mengambil alih kursi yang baru saja ditinggalkan, membolak-balik album foto yang masih tergeletak di meja.

"A', foto ini buat aku, ya?" pinta Marsha ketika melihat foto Arfin kecil yang memakai kostum tentara dengan background dekorasi ulang tahun yang ke dua. Menurut Marsha, foto itu menampilkan wajah Arfin yang paling menggemaskan diantara foto yang lainnya.

The Prince's Escape [Season#2 END✅]Where stories live. Discover now