18. The mess that I made.

752 46 0
                                    

Dahlia masih menangis tergugu di ranjangnya. Samuel sudah pergi sejam lalu, dengan senyum puas tersungging di bibirnya. Ia mencium rambut gadis itu sebelum akhirnya keluar dari kamar.

"Ketemu lagi hari Kamis ya, aku mau ke Jakarta dulu. Nggak nyesel aku, ketinggalan pesawat." Demikian katanya sebelum meninggalkan Dahlia.

Ia menangis meratapi jalan hidupnya, mengutuk nasibnya. Kenapa ia harus gagal menikah dengan lelaki kaya, kenapa ia harus terlahir miskin. Kenapa Ratih selalu merongrongnya untuk mencari uang, uang dan uang. Kenapa ia harus menuruti Sandra. Tanpa Dahlia sadari, bahwa sebenarnya ia punya pilihan lain, selain menuruti Sandra.

Jika cerita-cerita yang ia baca, mengatakan bahwa kehilangan keperawanan, kemudian sang tokoh merasa menjadi wanita sesungguhnya. Dahlia merasa sebaliknya. Ia merasa kotor, berdosa dan jijik terhadap dirinya sendiri.

Samar-samar, ia mendengar adzan subuh berkumandang di masjid yang letaknya beberapa blok dari tempatnya. Tangisnya makin menjadi. Apa yang sudah ia lakukan pada hidupnya? Apa yang sudah ia lakukan pada dirinya?

Gadis itu menangis meraung-raung sambil memukuli dadanya yang sesak.

*
Dahlia baru saja selesai mandi, tetapi ia masih saja merasa kotor, walaupun sudah menggosok badannya berkali-kali.

Untungnya hari ini hari libur, sehingga Dahlia bisa berdiam diri di rumah. Ia tidak perlu menjelaskan matanya yang bengkak karena terlalu banyak menangis dan wajahnya yang kuyu akibat kurang tidur.

Samuel bilang ia akan menghadiri pernikahan seorang Saudara di Jakarta dan baru bisa bertemu dengannya hari kamis. Dahlia malah berharap tidak usah bertemu dengan lelaki itu lagi. Seandainya saja ia tidak memilih mengikuti saran Sandra, tentu hal ini tidak akan terjadi.

Bagaimana dengan Sandra? Apakah sepupunya itu juga merasakan hal yang sama?

Ia mendengar pintunya diketuk dan beranjak untuk membukanya. Ternyata Sandra sudah di depan pintu.

"Hei, baru mandi? Kamu kenapa?" Sandra terkejut melihat wajah Dahlia.

Dahlia hanya menggeleng, ia hanya mempersilakan Sandra masuk ke dalam. Ia malas dan malu menjelaskan apa yang sudah terjadi padanya.

"Semalem Pak Samuel ke sini ya?" Sandra memperhatikan wajah dan penampilan Dahlia.  "Ah, dia minta jatah, ya?"

Dahlia hanya diam.

"Jangan bilang kamu nggak tahu, kalau Pak Samuel bakal ngasi semua uang dan barang itu karena benar-benar kasian sama kita? Pak Samuel nggak sedermawan itu dan aku yakin, kamu juga nggak sepolos itu."

Dahlia masih diam dan memeluk dirinya sendiri. Ia terlalu lelah untuk mendebat dan berbicara pada Sandra. Karena sejujurnya Dahlia tahu, walaupun Sandra yang mempengaruhinya, keputusan tetap ada di tangannya.

"Suatu hari kamu bakal berterima kasih sama aku, Lia. Jangan sampai kamu hamil." Sandra berkata. "Selalu pakai pengaman, kamu nggak tahu Samuel udah jajan apa aja di luar. Lagian kalau sampe punya anak, ribet!"

Sandra kemudian keluar dari kamar dan meninggalkannya sendiri. Sudah jelas Dahlia tidak dalam suasana hati yang baik untuk menemaninya bicara.

Dahlia kemudian melepas jubah mandinya dan berkaca. Ia bisa melihat Samuel meninggalkan jejak-jejak merah di tubuhnya yang sekarang sudah berubah warna menjadi agak kebiruan.

Lelaki itu bisa menemuinya dengan bebas, karena ternyata istri dan anak-anaknya sudah lebih dulu pergi ke Jakarta. Sekilas Dahlia melihat wajah istri dan anak-anak Samuel di ponsel satunya. Ia sekarang tahu kalau lelaki berkacamata itu sengaja menyimpan dua ponsel yang berbeda. Ponsel satunya memiliki wallpaper standar, sedangkan yang lain terdapat gambar istri dan ketiga orang anaknya yang kesemuanya perempuan.

PLAY WITH FIRE (Tayang Di CABACA)Onde histórias criam vida. Descubra agora