Bagian°18 ✔

41.7K 3.6K 147
                                    

******

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔

"Mami," sapa Ayara tersenyum. Di belakang Ayara ada Elina yang baru saja turun dari tangga.

"Baru aja mami mau ngajak, kalian udah turun," ujar Liana tersenyum lalu mengecup kening Ayara.

"Aya tuh aunty semangat banget mau sekolah, padahal baru aja dua hari gak masuk sekolah," ujar Elina.

"Hari ini kan olahraga dan kelas Rangga juga lagi olahraga," ujar Ayara senang.

"Rangga lagi Rangga lagi, Aya bucin banget aunty," keluh Elina.

"Tapi Aya gak boleh olahraga," ujar Liana membuat Ayara cemberut.

"Aya kan baru sembuh sayang, kalau Aya tetap mau olahraga, papi larang Aya buat ke sekolah hari ini," ujar Damar turun dari tangga dengan memperbaiki letak dasinya.

Elina kini tersenyum senang, "Aya gak usah ke sekolah aja uncle," kompor Elina.

"Ih gak mau, Aya mau ke sekolah. Iya deh gak olahraga asal pergi sekolah," ujar Ayara pasrah.

"Demi kebaikan kamu sayang," ujar Liana mengelus kepala Ayara dengan lembut. Ayara mengangguk paham.

"Kalian sarapan dulu baru pergi sekolah," ujar Liana.

Keduanya mengangguk dan berjalan menuju ruang makan, Damar mengikuti langkah ketiganya dengan santai.

"Elina, mama sama papa kamu sampai kapan di Kanada?" Tanya Damar ketika sedang sarapan.

"Gak tau uncle," ujar Elina terlihat sedih.

"Mereka kan kerja sayang, buat Elina juga kan?" Ujar Liana lembut.

"Iya aunty, tapi Elina juga masih pengen sama mereka, tapi kalau mereka sibuk Elina bisa apa?" Ujar Elina tersenyum.

"Nanti uncle yang bicara sama kedua orang tua kamu kalau kamu kesepian," ujar Damar mendapat gelengan dari Elina.

"Gak usah uncle, nanti malah nambah beban fikiran mama sama papa," ujat Elina.

"Itu wajar sayang, Aunty dan uncle kenal baik kedua orang tua kamu Elina, kalau mereka tau kamu kesepian papa kamu akan lakuin cara untuk menetap disini," ujar Liana.

"Elina gak pernah ngeluh kesepian?" Kini Ayara ikut bicara.

Elina menggelengkan kepalanya. "Nanti takut jadi beban fikiran mama papa," ujar Liana menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Sesekali kamu harus terus terang Elina, kalau kamu diam aja orang tua kamu akan berfikir kamu baik-baik tanpa adanya mereka, dan nyatanya gak seperti yang mereka fikirin." Ujar Damar lembut.

"Gak akan ganggu mereka uncle?" Tanya Elina pelan.

"Gak akan sayang, kamu itu anak mereka perempuan satu-satunya, wajar kalau kamu mengeluh sama mereka kalau kamu gak mau di tinggal terus." Ujar Liana.

Elina tersenyum. "Elina akan coba aunty," ujar Elina.

"Aya udah selesai," ujar Ayara meminum susu coklat yang ada di hadapannya. Begitupun Elina yang telah menyelesaikan sarapannya.

Rangga cruel boy [Completed]Where stories live. Discover now