Bagian°40 ✔

69.9K 4.9K 324
                                    

*****

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔

Ayara duduk termenung di kamarnya sendiri, hari ini hari minggu dimana sekolah di liburkan. Bukannya merasa senang Ayara sangat bosan dalam situasi seperti ini. Biasanya ia akan berbincang bersama Elina. Namun Elina telah pulang dua hari yang lalu.

Elina terpaksa pulang kerumahnya karna abangnya yang memaksanya. Ya mungkin sudah saatnya Elina keluar dan menyelesaikan masalah keluarganya.

Ayara menatap balkon kamarnya yang sudah dua minggu ini selalu di lalui Rangga untuk menemuinya. Setiap malam cowok itu akan selalu datang di balkon kamar Ayara. Sesekali Rangga akan masuk untuk membujuk Ayara ataupun hanya sekedar duduk disana menatap Ayara dari luar hingga gadis itu tertidur.

"Dari semalam Rangga gak dateng, Rangga udah capek ya?" Ujar Ayara menatap balkon kamarnya.

Perut Ayara berbunyi menandakan bahwa perutnya sedang kosong dan meminta untuk di isi. Ayara turun dari kasurnya berjalan keluar dari kamar menuju dapur.

Saat berada di tangga, samar-samar Ayara mendengar suara benda jatuh. Tidak mungkin ada seseorang lain di rumahnya selain dirinya sendiri, Elina telah pulang, pembantu rumahnya pun meminta izin untuk tidak bekerja karna anaknya sedang sakit. Lalu siapa yang berada di dapurnya saat ini?

Ayara berjalan dengan pelan-pelan menuruni tangga. Mengambil sebuah sapu yang berada tak jauh dari tangga, mengantisipasi jika itu adalah maling. Ayara berjalan pelan lebih dekat ke dapur.

Dapat Ayara lihat dengan jelas seseorang yang sedang membelakanginya. Ayara yakin jika itu dalah Rangga. Ayara bernafas lega, Ayara menyimpan kembali sapunya dan berjalan mendekat ke arah Rangga.

"Rangga, ngapain disini?" Tanya Ayara saat berada tepat di belakang Rangga.

Rangga yang memang sejak tadi menyadari keberadaan Ayara tersenyum lalu berbalik menatap Ayara.

"Buat sarapan," jawab Rangga kembali berbalik menyusun makan yang telah ia buat.

Dalam hati Ayara tertawa bahagia untuk kesekian kalinya Rangga tersenyum kepada dirinya. Ayara terus menatap Rangga yang masih fokus pada jejeran piring di hadapannya.

"Ayo sarapan," ajak Rangga menarik lengan Ayara menuju meja makan.

Rangga mendudukkan Ayara di kursi lalu menyimpan satu piring di meja tepat di hadapan Ayara.

Ayara menatap Rangga lalu menatap nasi goreng yang tersedia di hadapannya. Karna perutnya yang sedang tadi berdemo untuk diisi Ayara memakan masakan Rangga dengan tenang.

"Enak?" Tanya Rangga.

Ayara menganggukkan kepalanya, lalu kembali fokus memakan masakan Rangga. Ayara tak bohong, masakan Rangga memang sangat enak.

"Habisin," ujar Rangga terdengar seperti perintah.

Ayara dengan senang hati menghabiskan masakan Rangga. Setelah selesai makan, Ayara membawa piringnya untuk di cuci sekalian juga mencuci peralatan yang kotor saat Rangga memakainya.

"Aku aja," ujar Rangga ingin mengambil alih. Namun Ayara terus saja mencucinya tanpa menghiraukan Rangga.

Rangga pasrah, tak ingin lagi memaksa Ayara. Jika ia memaksa semua usahanya bisa saja terbuang sia-sia. Ia harus bisa mendapatkan hati Ayara kembali.

Setelah selesai mencuci peralatan yang kotor, Ayara berjalan menuju ruang santai. Rangga terus mengikuti kemana pun Ayara pergi hingga gadis itu duduk di sofa dan menyalakann televisi menonton siaran film kesukaannya.

Rangga cruel boy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang