Bagian°23 ✔

43.2K 3.8K 334
                                    

******

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 ☬

Sejak dua jam lalu bertemu dengan Tisha,
Kini Ayara berada dalam dekapan Elina. Ayara tak hentinya menangis sejak dua jam lalu mereka sampai di apartemen milik Sinta. Memilih untuk tidak pulang kerumah karna mereka yakin kedua orang tua mereka pasti akan tau.

"Shtt, udah ya. Kasian air matanya terbuang sia-sia cuman untuk mereka," ujar Elina terus mengelus rambut panjang Ayara.

Elina pun tadi menangis saat mengetahui orang yang selama ini ia rindukan dan sayangi menghianati sahabatnya sendiri. Namun Elina harus berusaha tegar untuk Ayara. Ayara posisi yang paling tersakiti saat ini dan Elina tak suka saat sahabatnya menangis selama ini.

"Aya, ini udah dua jam loh. Aya gak capek? Aya harus kuat gak boleh terus-terusan nangis kayak gini," Sinta ikut membujuk dengan duduk di samping Ayara dengan mengelus pelan lengan Ayara.

"S-sa-sakit," lirih Ayara.

Hanya itu yang dapat Ayara keluarkan, lidahnya keluh untuk berbicara, tak sanggup untuk berkata-kata selain kata sakit. Ayara bukan sosok kuat yang dapat menerima semuanya dengan cepat.

Elina melepas paksa pelukannya lalu menatap mata sebam Ayara, menghapus dengan lembut air mata yang turun membasahi pipi chuby milik Ayara.

"Aya gak harus nangis kayak gini untuk mereka, Aya harus kuat," ujar Elina mengelus lembut pipi Ayara.

Ayara menggelengkan kepalanya. "Aya salah apa sama mereka? Salah hiks.. Aya besar ya hiks..." kata yang begitu menyakitkan terdengar jelas di telinga Elina dan Sinta.

"Ngak, Aya gak salah apa-apa, mereka yang gak tau setulus apa Aya sama mereka," ujar Sinta tersenyum. Walau dalam hati ia harus menahan agar tak menangis melihat sahabatnya begitu kacau.

"AYARA, YAAMPUN SAHABAT GUE," Teriak seseorang yang baru saja masuk.

Rusmi dengan tergesa-gesa masuk kedalam apartemen Sinta di ikuti oleh Rusmi, Lusi dan Meli. Keempat gadis itu segera datang saat Sinta menghubungi mereka semua. Menurutnya Ayara membutuhkan dukungan para sahabatnya untuk saat ini.

"Ayara kenapa nangis kayak gini? Plis jelasin sama gue apa yang terjadi, dan siapa yang udah buat sahabat gue nangis? Sinta jelasin ke kita sekarang," ujar Rusmi bertubi-tubi.

Elina membawa Ayara untuk duduk di bawah agar tempat mereka sedikit luas, dengan setia gadis itu pun selalu mengelus rambut Ayara. Sementara Sinta mulai menceritakan kejadian beberapa jam lalu yang membuat Ayara begitu terluka.

Rusmi mengepalkan kedua tangannya, "Cowok brengsek," umpat Rusmi, gadis itu mengeluarkan ponselnya dari tas lalu menghubungi seseorang.

"Hallo sayang."

"Rey bilang sama sahabat kamu itu, kalau emang gak punya perasaan sama sahabat aku lepasin sahabat aku, dan gak usah mainin drama di depan orang tua dia kalau dia emang tulus sama Ayara."

"Sayan--"

"Gak usah manggil sayang, sahabat kamu itu udah keterlaluan Rey, salah Ayara apa sama sahabat kamu itu? Kalau emang udah ada cewek sejak awal gak usah bawa sahabat aku kedalam ikatan itu, lepasin sahabat aku kalau emang sahabat kamu itu cuman mau nyakitin sahabat aku,"

Rangga cruel boy [Completed]Where stories live. Discover now