- Malam yang Berbahagia -

20 4 0
                                    

Ada beberapa hal yang membuat malam ini istimewa. Yah, tidak sespesial itu, sih. Namun rentetan kejadian menyenangkan pada malam ini membuat gadis kita.

1. Ibu

Nina bukan tipe gadis yang ekspresif. Kalimat-kalimat yang ia sampaikan pasti singkat. Senyum yang ia pasang tidak pernah 100% tulus, pasti ada unsur paksaan. Tawanya hanya dengusan lewat hidung. Namun itu semua tidak berlaku jika ibunya ada di sisinya.

Malam itu ibunya menelepon. Terdapat kabar baik: bulan ini ibu mendapatkan uang arisan dan belia meracau apa saja yang hendak ia beli selain kebutuhan sehari-hari. Sepanjang ibu bercerita, sebuah senyum tulus terpatri pada wajah gadis kita. Oh, kabar baik itu juga menjadi poin selanjutnya.

2. Ibu bahagia

Ibu bahagia ketika Nina memberi beberapa referensi pakaian yang kini sedang tren. Sebenarnya cukup mudah untuk mengetahuinya, tinggal lihat saja apa yang Ellie---sahabatnya---kenakan tiap harinya. Terkadang pula gadis itu mengirimkan beberapa post Instagram ataupun Twitter yang berkaitan dengan fashion, biasanya dibareng caption, "Kamu pake ini lucu. Ayo coba, cobaa!"

Setelah menutup telepon, gadis itu mengecek catatan yang terdapat pada ponselnya. Rasanya malam ini tidak ada tenggat waktu tugas kampus, tetapi ia tetap ingin memastikan.

Benar saja, hanya ada satu tugas yang tenggat waktunya sekitar satu minggu lagi. Gadis itu tersenyum lebar.

3. Game

Nina merebahkan tubuhnya di atas kasur. Badannya terasa dingin setelah mandi, memaksa dirinya meraih selimut di ujung kasur. Setelah membungkus dirinya sendiri, ia menyalakan ponselnya dan membuka salah satu game yang tiap harinya ia mainkan.

Alunan musik memenuhi ruangan kosnya. Jenis game apa yang biasa Nina mainkan? Untuk mengetahuinya, mungkin ada suatu hal yang harus diberitahukan ....

Gadis itu suka "taruhan."

4. Game gacha

Ya, game yang sudah memeras banyak sekali uang dari pemainnya hanya untuk mendapatkan karakter, senjata, ataupun barang yang langka, superlangka, atau apapun istilah yang biasa digunakan.

Hal ini berawal karena kemampuan ganjilnya. Bukan, kemampuan itu tidak membuatnya terkorupsi. Gadis itu menganggap semua manusia yang ada di sekelilingnya sebagai potensi.

Potensi yang akan berakhir dengan kebahagiaan atau kesengsaraan.

Sebelum melakukan itu, ia akan memerhatikan sosok yang akan ia intip masa lalunya. Seperti apa ia dalam kesehariannya? Apakah ada yang ganjil dari reaksinya terdapat beberapa hal?

Sejak gadis kita berada di bangku SMA, rasa penasaran sudah mengalahkan rasa takutnya walau terkadang rasa takutnya kembali.

Tidak ada yang pernah menyangka ayah di kehidupan sebelumnya merupakan ....

5. Permen karet

Memikirkan ayah membuat gadis itu agak ... ganjil. Sebelum air matanya turun, iamelangkah cepat menuju kotak tempat ia menyimpan camilan. Diambilnya sebungkus permen karet kesukaannya. Ia merobeknya, memasukkan salah satu strip panjang itu ke mulutnya.

Setidaknya rasa manis permen karet itu dapat membuat lidahnya lupa akan rasa besi itu.

Gadis itu kembali ke kasurnya selagi mulutnya sibuk mengulum permen karet. Diceknya lagi permainan di ponselnya. Kedua alisnya bertaut.

Haruskah ia melakukannya sekarang?

6. Gacha bintang lima

Manik mata gadis itu mengerjap entah berapa kali.

"... Hah? Aku baru pull 40 kali, loh?"

Tatapan herannya perlahan berubah menjadi sorot penuh akan kegembiraan. Namun belum sempat ia berteriak, ketukan pintu terdengar.

7. Tidak ada interaksi yang tidak berarti

"Nin!" Teriak gadis yang terdengar familiar di luar kamar. "Ini makanan kamu baru nyampe! Tadi aku sekalian ambil aja di bawah. Kutaro depan pintu yaa, aku ada kerjaan!"

Pasti Bita. Gadis kita berjalan lambat dari kasur. Ia membuka pintu kamarnya perlahan, melongokkan kepalanya dan menoleh kekanan dan kiri. Benar-benar kosing. Ia tersenyum tipis. "Thanks," lirihnya. Ia pun mengambil sebungkus plastik di depan pintunya dan kembali masuk.

Baru saat itu ia sadar. "Aku ... mesen makanan, ya?"

8. Kejutan ...?

Ponsel Nina bergetar di atas kasur. Gadis kita langsung meraihnya, mengangkat telepon.

"Nin, Nin, udah kamu ambil?"

"Hah? Apaan dah?" Nina menjepit ponselnya pada pipi dan bahu kanannya. "El, jangan bilang ini kamu ya yang ngirim?"

"Buka dulu coba, kali aja yang itu bukan aku yang kirim."  Ellie tertawa kecil.

Kedua tangan Nina yang sedari tadi sibuk membuka ikatan kantung plastik akhirnya berhasil. Ia meraih benda yang ternyata dingin di dalamnya.

"... Serius, El? Es krim?"

"Bilang makasih doong!"

"Kamu lagi streaming, ya?"

"... Hehe, kapan lagi aku bisa jajanin kamu."

"Ini di-speaker?"

"They can hear you loud and clear, Baby."

Nina berdeham. "Thank you for the donation, sickos."

"Ih, jangan gitu dong!" rengek Ellie. "Met makan cantik~!"

"El, ini Magnum anjir, mahal."

"Biarin. Asalkan kau bahagia~!"

Sambungan diputus. Nina tertawa hambar. Ia langsung membuka bungkus es krim magnum berlapiskan cokelat putih itu. Secara tak sadar ia tersenyum tipis. Gadis kita belum pernah memakan es krim yang satu ini.

9. Cek beliau

Setelah jarum jam pendek menunjuk angka dua belas, Nina menggosok giginya, menggunakan skin care sebelum ia lupa, kemudian mematikan lampu. Di gelapnya malam, gadis itu masih menyalakan ponselnya.

Telunjuknya menekan search bar aplikasi Instagram, kemudian mengetikkan username yang sangat ia hafal. Langsung saja akun yang ia cari langsung muncul. Ia pun mengaksesnya.

Ayah belum memblokirnya. Ia tersenyum puas. Kini ia bisa ....

10. Tertidur mengetahui semua akan baik-baik saja

Tatkalaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें