Bab 5

11 5 0
                                    

If we wait until we're ready, we'll be waiting for the rest of our lives.

[Saya sudah menerima lukisan yang Pak Firdaus kirimkan untuk dilelang pada acara penggalangan dana yang akan datang. Terima kasih banyak untuk partisipasi dan perhatiannya dua tahun belakangan ini. Kalau Pak Firdaus berkenan, bisakah kita berjumpa? Ada seorang seniman muda berbakat yang ingin saya perkenalkan pada Pak Firdaus. Untuk waktunya saya serahkan sepenuhnya pada Pak Firdaus. Saya tunggu infonya. Sekali lagi terima kasih atas perhatiannya selama ini. Salam, Laksmi.]

Surat elektronik itu membuatku mengerutkan dahi. Laksmi ingin bertemu denganku. Apakah aku siap bertemu dengannya? Apakah waktunya sudah tepat? Pertanyaan-pertanyan itu berputar di kepalaku. Dari dulu aku memang ingin bertemu dengan wanita itu sebagai rekan bisnis. Laksmi adalah pelanggan yang sering menggunakan jasaku sebagai perantara sekaligus penyedia berbagai karya seni dan ornamen untuk interior ruangan beberapa jaringan hotel milik keluarga Adhyatsa.

Selama ini kami hanya berhubungan melalui surat elektronik, kalau pun terpaksa, ada salah satu stafku yang akan mewakili dan bertindak atas namaku. Semua itu kulakukan, karena jauh di dasar hatiku sana masih belum siap menghadapi kenyataan jika Laksmi sudah hidup berbahagia dengan laki-laki lain.

Namun, dengan kondisi kesehatanku yang tidak bisa diprediksi belakangan ini, bertemu dengan seseorang dari masa lalu dan menuntaskan urusan yang belum selesai sepertinya bukanlah ide buruk. Mau tidak mau, siap tidak siap pada akhirnya aku memang harus bertemu dengannya. Apalagi aku sudah melibatkannya dalam rencana pembukaan galeri seni milikku beberapa minggu mendatang.

Ada sepercik kelegaan dalam benakku setelah mengambil keputusan untuk bertemu dengan Laksmi. Soal waktu, aku harus mempertimbangkan beberapa hal menyesuaikan dengan jadwal kegiatan yang sudah aku susun minggu ini. Ada persoalan yang lebih penting yang harus segera aku tindak lanjuti sehubungan dengan informasi dari Marianna, pengacara yang akan membantuku menelusuri jejak anak biologisku.

Kembali suara ketukan pintu sedikit mengangetkanku. Makan malam! Astaghfirullah, aku sudah membiarkan makanan yang sudah disiapkan istri Darto menjadi dingin di meja makan. Aku segera berdiri sambil meraih ponsel yang ada di samping notebook.

"Maaf, Pak. Apa masakannya perlu dihangatkan?" ucapan itu keluar dari bibir Darto yang sudah berdiri di samping meja makan.

"Nggak usah. Aku yang salah, membiarkan masakan istrimu dingin."

"Baik, Pak. Kalau begitu selamat makan. Sebelum saya tinggal, apa perlu saya ambilkan obat yang harus Bapak minum?"

"Iya, di tempat yang biasa, ya. Makasih,"

Dengan anggukan kepala Darto menjawab instruksiku sambil berlalu ke kamar kerjaku. Sementara, aku segera duduk di meja makan yang ditata untuk dua orang. Kebiasaan Tinung, istri Darto, selalu menyiapkan dua piring untuk tamuku yang terkadang datang saat makan malam atau mereka belum pulang ketika kami belum selesai mendiskusikan masalah pekerjaan.

Tidak butuh waktu lama untuk menikmati masakan rumahan yang dihidangkan Tinung di meja makan. Ada capcay, sambal goreng kentang campur udang, juga filet ikan kakap saus asam manis menemani nasi putih pulen beraroma pandan. Ada apel, pisang, jeruk dan lengkeng di keranjang buah, juga semangkuk kecil puding caramel sebagai hidangan penutup.

Setelah minum obat, aku ingin segera melanjutkan pekerjaanku memeriksa beberapa berkas dan surat-surat yang berhubungan dengan transaksi jual beli beberapa karya seni. Tapi, ponsel yang kuletakkan di meja makan tiba-tiba berbunyi. Aku segera mengangkatnya saat melihat nama yang tertera di layar, Marianna.

"Halo, Bastian. Maaf aku baru sempat menelponmu." Suara Marianna yang serak itu menyapa telingaku.

"It's OK. Aku paham kok kalau kamu sibuk. Banyak klien dan kasus yang harus kamu urusi. Bagaimana, sudah ada kabar dari klinik yang di Singapura itu?" tanyaku langsung sebab aku tahu Marianna tidak suka basa-basi.

LUKISAN TERAKHIR जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें