Bab 6

8 5 0
                                    

A family doesn't have to be perfect; it just needs to be united.


Hari ini aku putuskan untuk bertindak. Tapi, aku tidak bermaksud melakukan sesuatu yang ekstrim. Hanya melanjutkan langkah yang sudah kuambil beberapa hari belakangan ini. Mencoba mengikuti jejak yang sudah ditinggalkan Marianna, menggali lebih jauh tentang keluarga Notokusumo. Aku tidak bermaksud mengorek sejarah kelam keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan bangsawan kraton Solo itu. Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentang lingkungan dan orang-orang yang sudah membesarkan anak biologisku.

Sebuah keluarga yang rupanya baru saja diterjang prahara. Aku berempati pada mereka, apapun permasalahan yang sedang mereka hadapi. Lalu bagaimana dengan anak-anaknya? Apa reaksi mereka atas perceraian kedua orang tuanya? Walaupun anak-anak itu kini sudah dewasa, tetap saja perceraian akan membawa dampak bagi mereka. Kekhawatiran itu membuatku ingin tahu, sebab ada anakku di antara mereka, meskipun kami hanya terikat secara biologis saja.

Agak sulit menemukan berita bersifat personal yang melibatkan nama Notokusumo selain berita yang berhubungan dengan bisnis dan perusahaan garment milik mereka. Aku sedikit heran dari mana Marianna mendapatkan informasi-informasi konfidensial yang disampaikan wanita itu kepadaku beberapa hari yang lalu. Kesimpulanku, pasti dia memiliki jaringan yang luas terkait dengan profesinya sebagai pengacara dan benar-benar memanfaatkannya.

Makanya aku tidak mencari informasi tentang keluarga Notokusumo di kolom gosip, melainkan di berita dan artikel tentang bisnis. Ada satu artikel pendek yang menarik perhatianku. Artikel berjudul "Keluarga Notokusumo Mulai Mengincar Bisnis Kuliner". Tulisan itu menyebutkan kalau Hadiningrat Notokusumo membeli sebuah bakery dan cafe kecil yang terletak di lingkungan sebuah kampus terkenal di kawasan Jakarta Barat. Dari artikel itulah aku memperoleh informasi kalau kedai kopi sekaligus bakery yang diberi nama Cozy and Delight Café itu adalah hadiah perkawinan untuk anak perempuannya. Aku semakin penasaran, apakah anak biologisku seorang pastry chef sekaligus pengelola café dan toko kue?

Demi membunuh rasa penasaran itu, siang ini sebelum aku melihat perkembangan renovasi gedung yang akan kujadikan galeri seni di kawasan Kota Tua, aku sempatkan mampir ke Cozy and Delight Café. Melihat lebih dekat sepak terjang salah satu anak keluarga Notokusumo. Tidak menutup kemungkinan kalau dia adalah anak biologisku.

Café dan bakery itu ada di tepi jalan yang tidak jauh dari lokasi sebuah kampus bergengsi. Sudah bisa dibayangkan bagaimana ramainya jalanan ini pada jam-jam tertentu saat para mahasiswa memulai perkuliahan di pagi dan siang hari. Atau menjelang jam-jam kuliah berakhir di petang dan malam hari. Satu pemikiran cerdas tentang pemilihan lokasi untuk berbisnis kuliner, pujiku dalam hati.

Memang kenyataan, kalau bisnis kuliner tidak akan pernah mati. Semua orang dari berbagai kalangan pastilah butuh makan. Mau makan dengan menu dan cara sederhana, atau makan dengan menu mewah dan bergaya. Peluang inilah yang dimanfaatkan para pebisnis kuliner untuk membuka café atau restoran yang menyediakan berbagai jenis menu, yang intinya hanyalah pemenuhan salah satu kebutuhan pokok manusia, makan!

Bangunan café itu terlihat tidak terlalu besar dari luar. Bergaya modern minimalis dengan jendela kaca besar berbinkai serta cat tembok berwarna kombinasi cokelat dan putih tulang, nampak mencolok di antara beberapa ruko dan bangunan yang ada di kanan kirinya. Saat pintu kacanya terbuka, mata kita disambut oleh papan menu di belakang sebuah meja bar berlapis kayu yang menyatu dengan meja kasir, juga harumnya kopi serta aroma kelezatan kue yang baru keluar dari oven. Sebuah sambutan yang pasti membuat pelanggan betah duduk berlama-lama di situ menikmati berbagai jenis minuman dan kudapan pembangkit selera.

Papan yang bertuliskan menu beberapa minuman yang sebagian berbahan dasar kopi juga aneka pastry snack yang fancy dan hidangan pasta itu menutup hampir separo temboknya. Tulisannnya dibuat dengan fontasi dan warna-warni yang eye-catching. Harga yang tertera sangat sesuai dengan kantong mahasiswa sebagai pelanggan utamanya. Sementara, di lemari display tampilan pastry snack dan mini cake terlihat sangat menggiurkan.

"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu, Pak?" Sapaan dan senyum hangat pegawai yang ada di belakang meja kasir menyambutku.

"Secangkir black coffee sepertinya cocok untuk pembangkit semangat hari ini," sahutku membalas senyumnya sesaat.

"Baik, Pak. Secangkir black caffe akan segera terhidang. Ada yang lain, Pak? Untuk teman si hitam ada beberapa pilihan pastry atau cake. Silakan memanjakan mata sebelum menjatuhkan pilihan," kata gadis berusia akhir duapuluhan di belakang meja kasir itu dengan senyuman di bibir seraya menunjukkan pastry dan cake yang ada di meja display.

"Apa saran Mbak untuk teman kopi pahit pesanan saya?"

"Untuk panawar pahitnya kopi, saran saya sih red velvet atau cinnamon roll. Tapi, pilihan tetap ada di tangan Bapak."

"Saya ambil cinnamon roll saja kalau begitu," sahutku sambil merogoh dompet di saku belakang celana panjangku.

Aku dengar kasir itu menyebutkan total yang harus aku bayar. Setelah menyelesaikan urusan, aku edarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Meja-meja terbuat dari kayu berpelitur mengkilap dengan kursinya yang bercat putih itu beberapa sudah terisi pelanggan. Ada banyak tanaman hijau yang menempel atau digantung di dinding café, dengan pencahayaan yang tepat, membuat café lebih 'cozy'. Suasana hangat mengundang itu mengingatkan kita pada beranda rumah yang sejuk dan asri di sore hari dengan sepoci teh atau kopi, beserta cookies atau makanan kecil buatan bunda.

"Maaf, Pak, kopinya ingin dihidangkan di meja yang mana? Atau mungkin Bapak ingin duduk di meja bar sini saja?" Pertanyaan kasir itu membuatku menoleh lagi ke arahnya.

"Kayaknya lebih enak di meja bar sini saja, Mbak. Lagian saya juga sendirian."

"Baik, Pak."

"Tempat yang nyaman, tidak terlalu ramai," kataku setelah puas menjelajah ruangan dengan mataku.

"Pertama kali ke sini ya, Pak?" Aku hanya mengangguk merespon pertanyaannya.

Tidak sampai sepuluh menit kemudian, kopi pesananku datang. Cairan hitam yang masih mengepul dalam cangkir itu di temani sepotong cinnamon roll yang hangat beraroma kayu manis dengan topping sugar-glaze yang tampak menggiurkan. Semuanya dihidangkan di hadapanku oleh seorang barista berwajah simpatik dengan baju seragam cokelat berapron hitam. Laki-laki muda itu segera berlalu setelah mempersilakan aku menikmati hidangan yang kupesan.

"Sudah lama kerja di sini, Mbak?" tanyaku pada gadis di belakang meja kasir setelah menyeruput kopi hitamku dan mencicipi sepotong cinnamon roll yang terasa lezat dan lumer di mulut. Suasana café kecil itu belum terlalu ramai. Belum ada pelanggan yang datang lagi sejak aku tiba.

"Lumayan lama, sejak cafe ini berdiri."

"Kalau begitu, Mbak kenal baik dengan ownernya?"

Begitu mendengar pertanyaanku, gadis yang duduk di meja kasir itu mengerutkan keningnya yang indah. Kedua bola matanya menatapku dengan tajam dan waspada. Aku tidak berusaha menghindari tatapannya. Aku memang menginginkan informasi tentang pemilik tempat ini. Sesaat kemudian, tatapan gadis itu kembali ramah seperti semula. Seolah dia sadar kalau sedang berhadapan dengan seorang pelanggan potensial.

"Kenapa, Pak? Emang Bapak ada perlu sama pemiliknya?"

Kini, giliran aku yang kelimpungan. Tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, kalau aku sedang mencari anak biologisku yang kemungkinan besar adalah bosnya! Otakku berputar cepat, mencari cara supaya aku mendapatkan informasi yang kuinginkan.


(bersambung)


*************

Hai semua, apa kabar? Semoga kalian selalu sehat, yang sedang berpuasa tetap lancar sampai Lebaran. Aku update sampai bab 6 yaa, semoga kalian masih suka dengan kisah Bastian yang masih berusaha menemukan anak biologisnya. Apakah bapak dan anak itu akan segera berjumpa? Nah, yang penasaran ikuti saja kelanjutannya. Jangan lupa vote dan kasih komentar.

Ok, happy reading.

Love you all!

LUKISAN TERAKHIR Where stories live. Discover now