Bab 8

6 1 0
                                    

All our dreams can come true if we have the courage to persue them. (Walt Disney)


Tak kan ada batas waktu bagi seseorang untuk mewujudkan impiannya. Bahkan kematian pun hanya akan menghentikan usaha dan kerja kerasnya, akan tetapi tidak niat dan semangatnya. Entah itu quotes dari siapa, aku lupa. Tapi kata-kata itu terpatri dalam benakku. Apalagi sejak kematian mulai membayangiku dalam wujud virus yang menginvansi tubuh dan berusaha memusnahkan kekebalan tubuhku hingga penyakit apa pun bisa menyerangku kapan saja. Itulah sebabnya aku harus tetap fokus pada tujuanku dan sabar menghadapi kondisi tubuhku yang semakin buruk.

Mewujudkan impian, itulah yang sedang kulakukan saat ini. Aku berusaha keras semaksimal mungkin sebelum ajal menjemputku. Wujud impianku itu berupa sebuah galeri seni pribadi milikku sendiri. Tempatku menyimpan dan memajang hasil kerjaku selama bertahun-tahun, juga hasil karya bermutu dari beberapa seniman dan perupa koleksiku. Tidak banyak jumlahnya tapi merupakan koleksi yang cukup layak untuk diapresiasi juga dipamerkan pada khalayak.

Sebuah galeri seni yang juga akan menampung karya beberapa seniman dan perupa berbakat muda usia. Aku memang sudah memutuskan kalau galeri seni milikku bukan untuk mengejar provit atau keuntungan. Galeri milikku akan menjadi tempat untuk memamerkan karya-karya seniman muda dan perupa yang sedang berjuang keras menuangkan bakat agar bisa diapresiasi oleh masyarakat dan para pecinta seni.

Aku sudah merasakan susahnya berjuang untuk sekadar bisa mengikutkan satu atau dua karya kita pada sebuah pameran bergengsi. Dengan menyediakan fasilitas berupa sebuah galeri seni non profit paling tidak aku sudah berbuat sesuatu untuk sedikit membantu perjuangan para seniman itu.

Karya-karya seniman muda yang sudah terseleksi akan mendapatkan tempat di galeriku untuk dipamerkan dalam periode waktu tertentu. Dengan begitu masyarakat dan para pecinta seni akan mengenal hasil kerja dan kreatifitas mereka. Syukur-syukur bila ada di antara mereka para kolektor yang berminat untuk membeli karya seni tersebut.

Rancananya, aku juga akan membuka galeriku untuk penyelenggaraan event-event yang berhubungan dengan kesenian, pagelaran dan pameran untuk amal dan penggalangan dana. Itu merupakan salah satu strategi mengundang khalayak agar mengunjungi galeriku dimana mereka bisa menikmati dan mengapresiasi koleksi barang-barang seni yang sedang dipamerkan.

Saat ini aku sedang mengawasi pengerjaan renovasi tahap akhir dari bangunan bekas gudang dan kantor dua lantai di kawasan Kota Tua. Sebuah lokasi yang kini sudah menjadi tujuan wisata kota Jakarta. Hal itu menjadi salah satu pertimbanganku dalam menentukan lokasi galeri seni impianku. Untuk renovasi itu, aku menggunakan dana hasil keuntungan perkebunan milik keluarga Firdausi.

Renovasi yang membutuhkan waktu hampir tiga bulan itu menghasilkan sebuah ruang pamer yang memfasilitasi beberapa bentuk karya seni rupa dengan dinding dan sekat bercat putih serta langit-langit kayu berwarna hitam dengan beberapa lampu display di lantai dasar. Untuk Lantai dua sebagian ditata tanpa sekat dengan beberapa bangku panjang dari batang kayu glondongan yang diukir dan dipernis sebagai tempat duduk.

Rencananya, dalam waktu satu dua hari ke depan setelah bangunan bersih dan rapi, beberapa jenis lukisan akan terpasang di dinding yang bercat putih itu. Lukisan karya beberapa pelukis muda berbakat hasil seleksi yang kulakukan bersama Mbak Anna, kurator yang kupekerjakan untuk mengurus koleksi lukisan dan barang-barang seni yang akan dipamerkan di galeri ini.

Sementara itu, aktivitas yang kulakukan sejak kemarin hingga hari ini tidak mampu mengenyahkan pikiranku dari hasrat dan keinginan untuk segera bertemu anakku, untuk lebih mengenalnya. Anak itu terlahir dari rahim perempuan asing yang menggunakan sperma donor milikku. Kini, aku sudah tahu identitas ibu dan anak itu termasuk lingkungan dan orang-orang yang ada di sekekitarnya. Hanya saja, aku belum menemukan waktu dan kesempatan yang tepat untuk hadir di hadapan mereka.

LUKISAN TERAKHIR Where stories live. Discover now