COME BACK

24.3K 472 6
                                    

Tahun 2002

“Kamu nggak usah sedih, ya, Azura... pokoknya, Rei bakalan selalu ingat sama Azura, kok. Rei akan pulang lagi ke Indonesia.”

            Gadis kecil berambut panjang sepunggung yang bergelombang dengan indah itu masih saja menundukkan kepalanya. Kedua matanya yang berwarna cokelat terang mulai terlihat berkaca. Hidung mancungnya pun terlihat sedikit memerah. Wajah putih itu terlihat mendung, semendung hatinya saat ini.

            Dia sudah berteman dengan anak laki-laki di depannya itu sejak tiga tahun yang lalu. Saat itu, dia baru pindah ke kompleks perumahannya yang sekarang. Anak laki-laki itu, Reino Daniswara, adalah tetangganya. Rumah Reino hanya berjarak tiga rumah dari samping rumahnya. Bunda Reino, Tante Novi, sangat memanjakan dirinya. Tante Novi selalu menyuruh Reino untuk selalu menjaga dan bermain bersamanya.

            Tapi kini, dia akan kehilangan sosok seorang teman yang sudah dianggapnya seperti kakak kandungnya sendiri. Oom Farhan, Ayah Reino, harus pindah ke Amerika untuk meneruskan pekerjaannya disana. Dia membawa serta Tante Novi dan Reino.

            “Tapi... Kak Reino janji bakalan pulang, kan?” tanya Azura seraya mendongak. Gadis kecil itu menatap Reino dengan tatapan sedih. Sementara itu, dari kejauhan, kedua orangtua Reino dan Azura menatap anak-anak mereka dengan seulas senyum tipis. Mereka paham, kedekatan antara Azura dan Reino selama ini pasti membuat keduanya sulit untuk menerima perpisahan ini.

            Reino memegang kedua bahu mungil Azura dengan tegas dan mengangguk mantap. “Pasti! Aku pasti pulang. Nanti, aku akan melanjutkan SMA ku disini. Sama kamu. Lalu, kita akan main sama-sama lagi.” Reino menarik napas panjang dan tersenyum. Dilepasnya topi berwarna hitam yang sedang dikenakannya dan dipakaikannya benda tersebut ke kepala mungil Azura.

            “Apa ini?” tanya Azura heran. Gadis kecil itu menyentuh topi yang dikenakannya dengan sebelah tangan. Keningnya berkerut dan matanya menatap Reino dengan tatapan bingung. Ekspresi yang sangat lucu, membuat Reino mengulum senyum.

            “Topi kesukaan dan kesayangan aku. Topi ini aku beli dari uang tabungan aku sendiri.” Reino membenarkan topi yang berada di kepala Azura. “Kamu jaga baik-baik, ya? Ini benda keberuntunganku. Kalau kamu kangen sama aku, kamu liat aja topi ini. Pasti, rasa kangen kamu akan terobati.”

            “Semudah itu?” tanya Azura dengan nada tidak percaya. Reino mengangguk tegas.

            “Semudah itu!”

            Azura dan Reino tertawa bersama. Keduanya lalu saling mengulurkan jari kelingking mereka dan menautkannya.

~~~

Jakarta, 2013

 

Hujan tampak masih semangat melaksanakan tugasnya. Cuaca menjadi sangat dingin karena hari juga sudah beranjak sore. Beberapa mahasiswa dan mahasiswi lebih memilih untuk menerobos derasnya hujan ketimbang harus menunggu lebih lama lagi di kampus. Selain akan menunggu waktu yang kemungkinan besar cukup lama, mereka juga sudah membayangkan makanan hangat yang disiapkan oleh Ibu mereka di rumah. Setelah itu dilanjut dengan naik ke atas kasur dan menarik selimut sampai sebatas leher. Menghangatkan tubuh disana sampai hujan benar-benar sudah bosan untuk melaksanakan tugasnya atau bisa jadi sampai besok hari.

            Lain halnya dengan gadis berambut panjang sebahu yang saat ini sedang duduk di atas lantai di lobby kampus. Gadis itu sedang membaca sebuah novel yang cukup tebal. Dia memakai kacamata berbingkai tipis. Pipinya sedikit bersemu merah, mungkin karena cuaca yang sangat dingin. Di telinganya terpasang headset yang tersambung dengan BlackBerry miliknya. Sedang asyik membaca, tahu-tahu sebuah jaket jeans berwarna biru dongker melayang dan mendarat tepat di kepalanya, hingga membuat wajahnya sedikit terhalangi. Langsung saja, gadis itu menarik jaket tersebut dengan kasar dan mendongak. Matanya bertemu dengan sepasang mata yang menyorot tajam dengan kening yang berkerut tidak senang.

COME BACKWhere stories live. Discover now