Part 5

6.2K 258 7
                                    

Bukan hal yang sulit bagi Azura untuk mematikan dan membekukan hatinya untuk Reino. Selama ini, hatinya memang sudah mati dan beku untuk laki-laki itu. Untuk sebuah janji yang tidak pernah dia tepati. Untuk sebuah janji yang selalu ditunggu-tunggu oleh Azura selama ini. Hanya demi bertemu kembali dengan laki-laki itu. Tapi kenyataannya, Reino tidak pernah kembali dan baru datang sekarang. Seharusnya, laki-laki itu datang tujuh tahun yang lalu! Karena begitulah janjinya. Dan sekarang, ketika Reino berkata bahwa dia menyayangi dirinya, Azura merasa ada sesuatu yang menggelitik hatinya. Memintanya untuk mendekat ke arah laki-laki itu. Memintanya untuk memeluk tubuh laki-laki itu yang kini terlihat sangat berantakan dan babak belur akibat pukulan-pukulan Finn beberapa saat yang lalu. Tapi, cekalan Reza pada tangannya dan ucapan laki-laki itu membuat Azura mengurungkan niatnya.

            Dia tidak boleh lemah dan terpengaruh!

            Dia sudah dipermainkan oleh Reino selama ini! Dia sudah disakiti oleh Reino selama ini! Kemana Reino disaat dia membutuhkan laki-laki itu? Tidak ada, kan? Tidak ada, kan?! Yang menemaninya selama ini hanyalah sepi dan sunyi.

            Bukan karena ucapan Reza sepenuhnya, tetapi karena rasa kecewa itu memang masih ada. Tersimpan rapi dan rapat dalam relung hatinya. Rasa kecewa yang selalu menggerogoti hatinya dengan penuh semangat, menciptakan amarah, rasa sesak, dan sakit yang begitu mendalam. Rasa kecewa yang selalu membuatnya bertanya-tanya selama ini.

            Tidak pantaskah dia untuk dicintai? Tidak pantaskah dia untuk disayangi?

            Pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya membenci semua orang. Pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya menutup rapat-rapat pintu hatinya dari semua orang, dari semua janji-janji yang diucapkan untuknya. Janji yang hanya akan menyakitinya di akhir. Karena Azura yakin, tidak ada orang yang bisa dia percaya lagi di dunia ini. Kecuali Finn. Bahkan, untuk sekedar mempercayai dirinya sendiri, gadis itu merasa takut. Takut akan dikecewakan oleh dirinya sendiri.

            Aneh?

            Benarkah?

            Coba rasakan bagaimana rasanya menjadi Azura. Gadis itu akan dengan senang hati bertukar tempat dengan siapa saja asalkan dia bisa kembali mempercayai orang-orang disekitarnya.

            “Nggak usah lo ingatin,” ucap Azura dengan nada dingin. Dia masih membiarkan Reza mencekal lengannya. Tatapannya berubah datar. Berubah dingin dan kosong. Tatapan yang membuat Reino merasa hatinya teriris. Membuat hatinya berdarah. Dia benar-benar tidak mengenali sosok gadis di hadapannya. Kemudian, Reino melihat tatapan Azura beralih pada Reza. “Toh, bagi gue, dia sudah lama mati. Karena dia yang lebih dulu mematikan gue.”

            Kalian bertanya bagaimana perasaan Reino ketika dia mendengar ucapan bernada dingin yang keluar dari mulut Azura barusan?

            Jawabannya... dia terbunuh!

            Dia terbunuh secara perlahan oleh perubahan sikap Azura.

~~~

Didalam mobilnya, Finn menyaksikan semua kejadian yang terjadi diantara Azura, Reino dan seorang laki-laki yang mencekal lengan Azura, yang Finn yakini adalah laki-laki bernama Reza, dengan tatapan datar. Amarah itu rupanya masih menggelora dalam dadanya. Magma dalam dadanya sudah sangat bergejolak dan siap tumpah keluar kapan saja. Rasanya hanya melihat Reino babak belur akibat pukulannya belum cukup melegakan hati Finn. Pukulan yang diterima oleh Reino barusan sama sekali tidak sebanding dengan sakit hati yang diterima oleh adik sepupunya itu. Sakit  hati yang sudah mengubah gadis kecilnya menjadi gadis berhati dingin. Mungkin kalau Finn bisa membuat nyawa Reino meregang atau bahkan melayang, barulah rasa lega itu akan membanjiri dadanya.

COME BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang