Part 4

6.7K 278 5
                                    

Mimpi yang baru saja dialaminya membuat Reino tidak bisa terlelap lagi. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang sambil meremas rambutnya dengan kuat. Kepalanya tertunduk dan kedua matanya tertejam. Pikirannya masih tertuju pada mimpi buruk yang baru saja didapatnya. Didalam mimpi tersebut, Reino melihat Azura sedang berusaha melarikan diri dari kejaran tiga pria berwajah sangar. Kemudian, saat Azura sedang terpojok, salah satu dari ketiga pria tersebut menghunuskan pisau yang dibawanya. Membuat Azura terbelalak dan memegang perutnya yang sudah bersimbah darah. Saat itu, dia datang untuk menyelamatkan Azura, tetapi semuanya sudah terlambat. Ketika Reino berniat untuk membawa Azura ke suatu tempat yang dia sendiri tidak tahu dimana, seorang laki-laki datang dan langsung merebut Azura begitu saja. Meskipun dia sudah memanggil nama gadis itu berulang kali dengan suara yang sangat keras, namun, laki-laki itu tidak peduli dan tetap membawa Azura pergi. Kemudian, semuanya menghilang dan dia terbangun.

            Perasaan tidak enak yang dialaminya saat ini semakin membuncah. Dia harus tahu keadaan Azura saat ini. Dia tidak akan bisa tenang sebelum yakin dan melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri bahwa Azura baik-baik saja. Bahwa gadis itu tidak terluka atau semacamnya. Bahwa gadis itu sedang tertidur nyenyak di atas ranjangnya yang empuk dengan ditemani boneka-bonekanya atau benda lainnya. Tapi, dia sama sekali tidak bisa melakukan hal itu karena dia tidak memiliki nomor ponsel Azura, juga karena dia tidak tahu dimana Azura tinggal sekarang. Setelah sampai di Indonesia tempo hari, Reino sempat mengunjungi kompleks perumahannya yang lama, berniat mencari tahu apakah Azura masih tinggal disana atau tidak. Namun, keterangan yang dia dapatkan dari seseorang yang tinggal disana membuat Reino membeku dan terdiam cukup lama.

            “Azura, ya? Dia sudah tidak tinggal disini lagi. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dunia, gadis itu ikut bersama sepupunya dan tinggal disana.”

            Ketika mendengar hal tersebut, hal yang melintas dalam benak Reino saat itu adalah bagaimana caranya agar dia bisa menyakiti dirinya sendiri. Dia tidak pernah tahu bahwa Azura akan ditinggal kedua orangtuanya secepat itu, karena menurut kesaksian orang tersebut, orangtua Azura meninggal saat gadis itu lulus SD. Pasti saat itu Azura merasa sangat sedih dan kesepian. Gadis itu pasti membutuhkannya. Namun, Reino tidak ada disaat Azura mengalami hari-hari yang menyedihkan itu.

            Dia benar-benar brengsek!

            Wajar saja kalau Azura bersikap seolah tidak mengenal dirinya. Wajar saja kalau gadis itu bersikap dingin padanya. Mereka telah mengucapkan janji saat di bandara hari itu. Hari ketika Reino akan berangkat ke Amerika. Janji dimana keduanya akan tetap saling mengingat sampai kapanpun. Tetapi sepertinya, dia sendiri yang sudah menghancurkan janji tersebut.

            Dia bisa menerima kemarahan dan kebencian Azura saat ini. Demi Tuhan, dia bisa menerima semua itu. Tetapi, dengan catatan Azura mengungkapkan saja semua kemarahan dan kebenciannya. Apapun boleh gadis itu ucapkan pada Reino. Memakinya, mencacinya, mengatainya brengsek, tidak punya hati, mengeluarkan kata-kata kasar, apa saja, asalkan gadis itu membuka mulut dan berbicara padanya. Jangan hanya diam, menatapnya dingin dan menganggapnya tidak kasat mata.

            Itu membunuhnya perlahan!

            “Azura... maafin aku....” Reino menggumam pelan sambil terisak. Isakan pertama yang keluar dari mulutnya selama dia hidup dua puluh tiga tahun ini.

            Reino menangis!

~~~

Didalam kamarnya yang cukup luas, Finn berjalan mondar-mandir layaknya setrikaan rusak. Laki-laki itu bersedekap dan terus saja berdecak. Sesekali, dia akan menggumamkan sebuah makian yang ditujukan untuk Reino. Kalau bukan karena telepon dari seseorang yang bernama Reza barusan, yang mengatakan bahwa Azura terserang demam dan terus mengigau itu, mungkin Finn tidak akan mengotori mulutnya untuk terus mengumpat Reino dan mengutuki laki-laki itu.

COME BACKWhere stories live. Discover now