lima

1.6K 222 5
                                    

Hari ini adalah senin kedua di sekolah. Rutinitas setiap senin, upacara bendera sekaligus dengan pemeriksaan rutin atribut sekolah. Jadi bukan hal aneh lagi kalau ada guru yang mencari murid untuk menjadi mangsanya. Guru yang gak pernah bosen mencari mangsa yaitu Pak Roma. Bercanda deh, bukan cari mangsa melainkan hal tersebut adalah tugas dia.

Setelah senin pertama kemarin gue di hukum karena rambut berwarna biru. Gue pun memperbaiki kesalahan. Pulang sekolah minggu kemarin, gue diantar ke salon oleh Taniya untuk mewarnai kembali rambut gue seperti rambut standar anak sekolah. Hitam! Warna paling aman untuk anak sekolah. Jadi, udah gak ada lagi rambut biru Akansa. Besoknya di hari selasa juga ada pemeriksaan di gerbang. Selamat dan sehat sentosa gue dari ocehan Pak Roma. Begitu pun dengan si sepatu biru, kayanya dia juga gak kena hukum. Saat gue lihat dia di depan kelasnya, sepatu hitam sudah menghiasi kakinya.

Itu adalah sedikit cerita tentang minggu kemarin. Minggu kedua gue sekolah, kali ini gue mau menikmati upacara bendera secara normal. Gue mulai memasuki barisan kelas 10 yang berurutan  sambil merapikan seragam serta rambut hitam gue. Gue keliatan excited banget gak sih? Upacara pertama jadi anak SMA. Ganti rok ternyata sebahagia ini. Gue jadi penasaran, gimana sih kisah anak SMA yang katanya seru banget?

Murid-murid tiap kelas sudah mulai kumpul berbaris di lapangan. Kelas gue bersebelahan dengan kelas lain. Kelas lain juga sama bersebelahan dengan kelas lainnya. Kadang, dari sebuah upacara ini kita bisa tau wajah-wajah anak kelas lain. Atau bisa kenalan sama anak kelas lain yang ada di sebelah barisan sebelum upacara di mulai. Saat gue SMP, gue suka melakukan cara itu untuk memperbanyak teman. Gue melihat sekitar, murid-murid ini berisik banget. Belum berhenti kalo belum ada guru yang marah. Sebuah kebiasaan jelek. Untuk gue pribadi sih sesuai mood aja, kalau lagi pengen ngobrol ya nimbrung, kalau lagi menghargai guru ya diam.

Saat ini teman-teman gue masih bisik-bisik untuk  ngobrol, berbanding terbalik sama gue yang hanya diam. Entah apa yang membuat gue gak berkutik saat ini. Mood gue yang emang lagi menghargai guru atau cowok di sebelah gue yang beberapa kali terlintas di pikiran gue selama seminggu dari senin kemarin sampai senin sekarang yang saat ini berada persis di sebelah gue.

Senin kedua di sekolah, gue mengalami kebetulan yang tidak disengaja lagi. Yaitu bertemu dengan si sepatu biru yang sekarang sudah diganti menjadi hitam tapi masih lengkap dengan papan nama bertuliskan Maliqi Ikram.

Sepatu Biru IkramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang