[siapapun]hei
tuan
nona
siapa
pun,berhenti
membuang-
buang
sangkala
yang
tinggal
sepertigahanya
untuk
bercerai-
berai
usik
mengusik,berhenti
jangan
berlakon
laiknya
si dungu,mustabab,
siapapun
kamu,
agamis
maupun
non
agamisperempuan
maupun
laki-lakijikalau
sudah
terlanjur
gelap
matabenci
memuncak
dendam
menggerogoti
jantungtamatlah
engkau,amis
darah
bercecer
abstrak,
problematik
bertahtasesat,
kacau,
lebur,undang
samsara
yang
berpesta
pora
di bilik
mata,jikalau
terjadi
maka
lahirlah
;duka
yang
merdeka
tatkala
raga
telah
tertelan
butala,
sedang
nisan
telah
menjadi
mahkota
yang
bertengger
apik
di kepala
serta,
atma
yang
sedang
berkelana
di neraka
jahanam.menjerit-
jerit
mohon
ampun,¡ m a m p u s !
[]
sebenarnya beberapa hari ini, saya berpikir untuk menyudahi terasing, karena itu pula frekuensi update-an saya jauh lebih rajin dari biasanya. Tapi setelah saya pikirkan kembali, saya merasa enggan untuk menamatkannya secepat ini, lembarannya juga masih terlampau sedikit:(. Jadi untuk sekarang saya hanya akan membiarkannya berjalan sebagaimana mestinya, sampai saya menemukan waktu yang tepat untuk menyudahi sehimpun puisi-puisi yang terasingkan ini.
(with lub, mi-casa)
YOU ARE READING
terasing
Poetry[antologi puisi] duduklah, kan ku suguhkan kidung-kidung yang terasingkan. mi-casa, 2018 [] start : 2018/11/11 finish : 2019/08/25 pict from Pinterest