6

6 0 0
                                    

Suara angin mulai terdengar membuat suasana disekitar Nao dan Haku pun sejuk seketika. Nao berpikir sejenak memperdalam jawabannya Haku sebelumnya.

"Lancer Evo 8 putih, yang mana ya? Tadi banyak sepertinya Lancer Evo putih," gumam Nao.

"Kalau kamu bingung, yang selalu mengikutiku di belakang. Lancer Evonya memang terlihat standar dari luar. Namun, mobil itu bisa kompetitif untuk disini," kata Haku menambahkan deskripsi mobilnya Narumi yang disebut oleh Haku.

Nao hanya bisa kagum mendengar perkataannya Haku. Namun, pertanyaan lainnya pun muncul.

"Tapi, mobilnya jarang terdengar di jejaring pembalap gunung ya. Kenapa?"

Haku pun tertawa kecil mendengar pertanyaan Nao. Sesaat kemudian, Haku pun memulai menjawab Nao.

"Kamu memang menarik ya. Salah satu alasannya kenapa dia jarang ikutan balap di gunung, karena, dia lebih sibuk berada di kota Tokyo. Spesialisasinya balapan di tengah kota. Walau, memang, harus kucing-kucingan."

Sweatdrop di kepala Nao pun muncul mendengar jawaban dari Haku.

"Maa, kucing-kucingan dengan polisi merupakan makanan sehari-hari buat Narumi. Tapi, karena Lancernya sangat tidak mencolok dari tampilan dan suaranya. Dia sering lolos."

"Hee ...." Sweatdropnya Nao pun semakin gede mendengarnya.

Suara mesin melaju kencang pun semakin mendekat ke mereka berdua. Bukan hanya satu mobil, namum, berbagai mobil pun terdengar mendekati mereka.

Yang pertama rupanya sebuah kupe merah, yang membuat sweatdropnya Nao kembali muncul. Disusul oleh sedan berwarna putih dan sebuah kupe berwarna hitam dengan bodykit ala kelinci roket.

"FTO itu..."

Ketiga pengemudi mobil tersebut pada keluar disaat bersamaan. Salah satu dari mereka, yang berambut panjang pun mendekati Nao. Kemudian, tangannya Nao pun digenggam dengan erat sehingga Nao pun merasa sedikit kesakitan.

"Hoshikawa Nao, kenapa kamu ga kembali lagi ke sirkuit padahal aku dengar keadaanmu sudah mendingan?"

Nao pun menatap bingung sosok yang menggenggam tangannya itu. Haku yang melihatnya pun hanya bisa sweatdrop dikarenakan tidak paham dengan situasi saat ini.

"Anu, kamu siapa?"

Pertanyaan dari Nao pun sukses membuat perempuan itu pun terjengkal karena kaget. Sehingga Rin yang terakhir datang pun hanya bisa geleng-geleng sambil menepok jidatnya.

"Taniguchi Kaede! Dulu kamu tuh sering duel sama aku pas lagi gokart dulu!"

Nao pun butuh beberapa detik untuk memproses jawaban Kaede. Sesaat kemudian, mukanya merah begitu menyadari sosok rambut pendek yang selalu ia harap bisa menjadi pacarnya ternyata seorang perempuan.

"Haa, kamu mah gitu... eh bentar, dulu aku pernah bilang ga ya kalau aku juga perempuan?" tanya Kaede yang berusaha mengingat-ingat.

"Emangnya aku pernah dengar? Tidak tahu! Kalau aku ga diingetin ama ayah juga ga bakal tau kalau kamu tuh perempuan!" sahut Nao yang masih memerah mukanya.

Haku dan yang lain kecuali Kaede pun hanya bisa sweatdrop mendengar sahutannya Nao. Sampai akhirnya, Rin pun mulai bertanya kepada Kaede.

"Anu, kalian terakhir kali bertemu sejak kapan ya?"

Kaede pun membusungkan dadanya sambil menatap Rin dengan tatapan yakin sekali sambil menjawab...

"9 tahun yang lalu!"

Tentu saja, jawaban itu malah membuat Nao menepok jidatnya. Rasa ingin tsukkominya Nao sangat besar. Sementara Haku dan yang lainnya pun sweatdrop.

"Banyak hal yang terjadi selama itu juga!"

"Eh? Banyak? Aku ga banyak loh yang terjadi denganku..."

"Kalau emang ga banyak, kenapa kamu ga coba tanya ke badanmu itu!" sahut Nao yang geregetan dengan badannya Kaede.

Kaede pun tersadar dengan apa yang dimaksud oleh Nao beberapa detik kemudian. Dia pun buru-buru menutup dadanya dikarenakan rasa malunya naik.

"Kamu jangan liat bagian yang nonjol ini dong!"

"Bukan bagian itu! Tapi pahamu itu... nampaknya nyaman kalau ditidurin," jawab Nao.

"Apalagi bagian itu juga, Hoshikawa Nao!" Mukanya Kaede pun semakin memerah mendengar jawaban Nao.

Selagi Kaede dan Nao lagi adu mulut, pengendara LanEvo pun mendekati Haku, sosoknya yang lebih pendek dengan rambut seleher dengan ikatan seperti ekor dua biji pun memegang bajunya Haku.

"Senpai, aku masih takut kalau kejadian itu terjadi lagi..." katanya.

Haku pun menatapnya sesaat kemudian. Kemudian tangannya pun mengelus kepala sang pengendara LanEvo itu sambil dielus pelan.

"Walau memang sakit pas kejadian, tapi, ini tidak akan terjadi seperti enam tahun yang lalu, Narumi."

Pengendara LanEvo yang dipanggil Narumi pun mulai merasa lega tetapi ekspresinya masih saja khawatir. Sepertinya dia benar-benar khawatir dengan Haku yang merupakan senior dia dulu.

"Senpai, please..."

Kemudian, Nao pun melihat jam di HPnya dan tersadar suatu hal.

"Mamfuuusss!! Udah jam segini pula! Kapan sampe di Haruna kalo belom jalan juga?!"

Jam di hpnya terlihat angka 20:06. Sekitar jam 8 lewat memang. Hal ini membuat Haku dan yang lain melihat ke Nao.

"Oh iya, bagaimana abis ini kita duel lagi di Haruna. Tapi, kali ini kita bolak-balik naik dan turun di Haruna sampai kecapaian?" tanya Kaede sekaligus memberikan sugesti.

Sweatdrop pun semakin besar di kepala Haku dan yang lain, termasuk Nao.

"Kenapa kalian malah diam saja?" Kaede pun ga percaya dengan respon mereka.

"Ga... tapi..."

"Jadi pada mau battle?" tanya Narumi.

"... bukannya kita ke Haruna tujuannya nemenin Haku-san ya?" Nao pun memastikan apa yang seharusnya dilakukan.

"Eh? Oh iya. Bener juga. Yuk lah kita berangkat." ajak Haku kepada yang lainnya.

Haku memang masuk duluan ke Roadsternya. Kemudian disusul oleh Rin dan Kaede. Hanya Nao dan Narumi yang masih di luar mobil mereka masing-masing. Ekspresi wajah Narumi lah yang membuat Nao belum masuk ke Accordnya.

"Kenapa?"

Narumi kaget mendengar pertanyaannya Nao. Dia pun menggeleng cepat untuk menawarkan perasaannya. Namun, Nao pun langsung menggenggam tangan Narumi.

"Kamu ketakutan jika kejadian itu terjadi lagi kan? Atau kamu takut jika Haku-san malah kehilangan jati dirinya habis ini?" tanya Nao yang membuat Narumi mengangguk pelan.

"Aku memang kurang tahu apa yang kamu takutkan, tapi, semuanya akan baik-baik saja."

Perkataan Nao pun membuat Narumi sedikit lega.

"Memang, harusnya begitu, cuma aku memang takut," ucap Narumi.

"Yuk, kita jalan... yang lain udah menunggu loh," ajak Nao sambil bimbing Narumi ke mobilnya. Yang kemudian dibalas dengan ekspresi ngambek.

"Moo, aku bukan anak kecil!"

Nao pun tertawa kecil melihat kelakuan Narumi itu. Dengan rambut yang dikuncir kecil menyerupai ekor babi di kedua sisi rambutnya, membuat dia terlihat seperti anak SMP walau posturnya memang lebih tinggi.

Kemudian, Narumi masuk ke dalam dan begitupun juga dengan Nao. Sesaat kemudian suara mesin dinyalakan pun terdengar dan kelima mobil itu pun jalan bagaikan konvoi meninggalkan tempat mereka parkir, walau di belakang mereka ada beberapa mobil berusaha mengejar mereka.

Koraibu : I'm just delivering stuff and I have to drive like this!Where stories live. Discover now