(1) Astonishing Architect Achievement

802 124 18
                                    

Aku mengadu ujung sendok silver pada gelas wine di tangan kanan, dalam sekejap semua orang berhenti bicara dan memandangku.

"I wanna make a toast to all of you, for the loyalty and the passion that you all put together everyday," ujarku sambil berdiri mengangkat gelas.

Semua orang mengukuti langkahku dan mengangkat gelas mereka masing-masing.

"To our newest achievement, and to the next achievement we would make together."

Linda berdeham, bangkit dari duduknya, kemudian melanjutkan kalimatku, "To the best CEO and senior architect who always remind us about passion and determination. To our newest project, and to the next payment."

Aku tertawa, begitu pula semua orang. Ditektur keuangan sekaligus sahabatku itu memang paling jago mengaitkan segalanya dengan uang.

"To AA Architettura," tutupku sebelum mengadu gelasku dengan milik Linda yang berdiri di sebelah kiriku.

"To AA Architettura," sahut semua orang.

Denting yang bersahutan terus terdengar, disambung tawa bahagia yang tak henti-hentinya kulihat dari wajah-wajah tumpuan perusahaanku.

Dua puluh lima orang yang ada di sepanjang sisi meja ini adalah mereka yang membersamaiku setiap hari di AA Architettura. Mereka yang membantuku mewujudkan setiap desain hingga pencapaian terbaik yang bisa dibayangkan oleh seorang pemilik biro arsitektur lokal. Sebuah bisnis yang dulu kubangun hanya bersama dua arsitek, dua drafter, dan dua orang keuangan merangkap admin, kini memiliki hampir seratus pegawai berbagai jenjang dan divisi.

Siapa yang menyangka putri dan penerus Mahendra Atmadja justru akan berdiri dengan bisnisnya sendiri dan tidak menjadi bagian dari perusahaan keluarga?

Bukan! Aku bukan tak mau menjadi bagian dari bisnis keluarga. Aku juga tidak akan mengelak bahwa suatu hari nanti bisnis keluarga Atmadja akan diwariskan kepada aku dan Odit, kembaranku. Namun, hingga saat itu terjadi, aku tak bisa hanya berdiam diri dan menjadi benalu di tengah keluarga. Justru dengan menyandang nama Adinata Atmadja sudah sepantasnya aku menciptakan pencapaian-pencapaianku sendiri.

Papi pernah bilang, "Sejauh apapun kamu melangkah, nama Adinata Atmadja akan selalu dapat membantumu mendapatkan hal-hal yang kamu inginkan. Tapi, kamu akan merasakan kepuasan yang jauh lebih daripada itu kalau kamu dikenal dengan namamu sendiri, bukan hanya nama Adinata Atmadja yang tersemat di belakang namamu."

Kata-kata Papi adalah kebenaran yang tak bisa disangkal. Sejak kecil, aku tahu bahwa nama belakangku, yang merupakan gabungan dari dua nama keluarga besar terpandang di negara ini, menciptakan banyak privilege. Tidak hanya itu saja, nama belakangku juga membawa terlalu banyak pujian untuk hal-hal kecil yang kulakukan, bahkan orang tak segan memberi selamat atas hal-hal yang tidak kulakukan. Aku tak pernah nyaman atas keadaan itu. Aku tak pernah suka menjadi perhatian karena hal-hal yang tidak kulakukan. Aku jauh lebih bangga jika pujian itu datang karena pencapaianku sendiri. Karena itulah aku selalu berusaha melakukan sesuatu untuk membuktikan diri, bahkan sejak kecil.

Lulus sebagai Master of Urban Design dari University of California, Berkeley, di usia ke 24 tahun merupakan kebanggan pertama yang kuraih, dan tentunya turut membuat Papi bangga. Setelah itu, dengan izin Papi, aku membangun AA Architettura. Berawal dari sebuah proyek renovasi interior, kemudian desain rumah, desain kantor, hingga masterplan kawasan milik grup-grup perusahaan besar kini sudah menjadi portofolio yang kumiliki bersama biro arsitekturku. Penghargaan arsitektur berskala lokal, nasional, dan internasional turut berdatangan seiring semakin dikenalnya desain-desain ciptaan AA Architettura.

Setiap pencapaian itu selalu kubagi bersama mereka yang terus membersamai langkahku. Mereka yang hari ini berada di ruangan ini.

"Gue bayar makanan dulu, ya," bisik Linda.

Aku menahan tangannya agar tetap duduk.

"Tadi gue udah ngasih kartu ke kasir. This one is on me," ujarku.

Perempuan itu memperbaiki letak kacamatanya sebelum mengangguk.

"Syukurlah gue nggak kebagian pusing soal pengeluaran malam ini," ucapnya.

Aku tertawa. Meski liburan di Bali kali ini dibayar oleh uang kantor, Linda tetap saja menggerutu melihat pengeluaran yang kubuat selama dua hari terakhir. Padahal aku hanya ingin membuat semua orang sedikit bersantai dan menikmati pencapaian AA Architettura yang merupakan kerja keras semua orang. Tentunya semua itu tidak murah, tapi kurasa sangat pantas untuk didapatkan oleh mereka.

"Lo tenang aja, kantor kita libur setahun juga semua orang masih bisa gajian."

"Yeah... Semacam lo bisa aja libur setahun," cibirnya.

Aku kembali tertawa. Linda benar. Bersahabat dengannya hampir satu dekade membuat perempuan cantik bersuku Batak ini begitu memahamiku. Aku dan AA Architettura memang hampir memiliki segala yang mungkin hanya bisa diimpikan oleh banyak orang. Namun, tak ada satu hal pun yang mampu membuatku berhenti.

 Namun, tak ada satu hal pun yang mampu membuatku berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Haii...
Akhirnya hari ini datang juga! Dan part pertama dari tulisan duetku bersama iammrsred akhirnya publish!
Eh, tapi yang di sini hanya versi POV Thea. Kalian haris baca juga versi Odit di lapaknya Mamak Merah. Biar keseruan hidup anak-anak konglomerat ini bisa kalian nikmati secara utuh.
Jangan lupa tinggalin like dan komen juga ya kalau kalian suka cerita ini. Doain dan semangatin kita juga biar cerita ini bisa tamaaaatt. Karena yang satu itu penting banget! TAMAT! Karena aku tahu kalian juga sebel kan sama naskah-naskah hiatusku yang belum juga tamat. Hahahah...
Oke deh, selamat menunggu!
Besok aku update lagi yaaa... 💛💛💛

Kisskiss,
KWP

Beauty, Brain & Bond "Alpha Angel" [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang