(8) Bad Birthday Bash

256 57 0
                                    

Ah... seharusnya aku sudah bisa menduga. Mami dan Odit akan membuat pesta ini terlalu berlebihan untuk seleraku. Namun apa kuasaku? Bukankah memang pesta-pesta seperti ini selalu dibuat demi kepuasan Mami dan Odit saja?

Seorang greeter membukakan pintu untukku. Red carpet menyambut sejak kakiku keluar dari mobil. Seorang petugas valet parking dengan cekatan langsung menggantikan Fabio, tentunya tanpa perlu menanyakan siapa pemilik mobil Mercy C-Class putih itu. Jika ada karyawan di Hotel Grand Adinata yang tak tahu siapa aku, sepertinya orang itu harus siap angkat kaki dari daftar pekerja di sini.

"Mari, Kak Thea, Tuan Fabio," ujar greeter semberi sedikit merunduk dan mempersilakan kami menyusuri red carpet.

Tepat sebelum kami memasuki ballroom sekumpulan orang, yang kuduga adalah wartawan, keluar.

Seorang perempuan muda dengan rambut bob rapi menyapaku, "Kak Athenia, saya Karina Tjakra."

Aku mengambut uluran tangannya dan memasang senyum ramah.

"Salam kenal, Karina. Terima kasih sudah menyempatkan datang. Maaf saya agak terlambat, banyak pekerjaan yang harus di dahulukan," ujarku.

"Saya mengerti," sahutnya ramah meski aku tidak benar-benar yakin dia memaklumi alasan itu. "Apa Kak Athenia tidak keberatan jika kami wawancara sebentar? Beruntung sekali kita sempat bertemu, karena kami masih ada liputan di tempat lain setelah ini."

"My pleasure," jawabku.

Kulepaskan tangan yang sedari tadi berada dalam genggaman Fabio. Dengan pengertian kekasihku itu mengangguk dan melangkah menjauh. Beberapa kru televisi dengan logo Vista Media di kemeja segera memasang tiang lampu dan tripod kamera. Begitu juga Karina Tjakra yang melakukan briefing singkat untukku sebelum seseorang memberi kode bahwa kamera sudah siap.

"Selamat malam, Kak Athenia Adinata Atmadja. Sebuah kehormatan bagi saya dapat bertemu langsung dengan salah satu arsitek terbaik tanah air saat ini. Saya mewakili seluruh Vista Media mengucapkan selamat atas International Young Design Entrepreneur Award yang Anda dapatkan baru-baru ini." Aku melihat Karina Tjakra melirik sekilas pada kertas di tangannya. Mungkin memastikan bahwa nama penghargaan yang aku dapatkan itu tidak salah dilafalkannya. "Untuk Anda sendiri, bagaimana perasaannya dapat menerima penghargaan berskala international yang bergengsi tersebut?"

"Terima kasih sekali. Saya merasa bangga dapat menjadi perwakilan nama Indonesia dalam penganugerahan sebesar itu. Semoga award yang saya dapatkan juga dapat menjadi penyemangat bagi kawan-kawan arsitek ataupun generasi muda untuk menciptakan karya-karya yang lebih baik lagi dan mampu mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional."

"Untuk selanjutnya apa kiranya proyek yang akan Athenia kerjakan? Atau adakah terobosan baru di bidang arsitektur yang sedang direncanakan?"

Aku tersenyum dan menjelaskan beberapa proyek desain yang sedang dikerjakan oleh AA Architettura. Tentunya aku juga menyelipkan beberapa pujian dan terima kasih kepada papiku tercinta yang pasti akan bahagia melihat liputan ini besok pagi. Setelah obrolan yang cukup panjang tentang perkembangan dunia arsitektur dalam dan luar negeri, Karina Tjakra menjabat tanganku kembali sebagai tanda berakhirnya sesi wawancara.

"Saya yang seharusnya berterima kasih karena tim Vista Media berkenan meliput acara yang tak seberapa ini," ujarku.

"Sebuah kehormatan bagi kami diundang oleh keluarga Adinata Atmadja, Kak."

"Apa tidak mau melanjutkan makan malam dulu?" tanyaku.

"Tadi kami sudah ikut makan, Kak. Tapi masih ada pekerjaan di tempat lain. Sekali lagi terima kasih atas wawancaranya. Saya menunggu undangan lainnya, atau mungkin kapan-kapan Kak Athenia yang mau datang ke Vista Media?"

Beauty, Brain & Bond "Alpha Angel" [HIATUS]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ