(7) Busy Birthday Begin

217 49 0
                                    

Ada tumpukan pekerjaan yang masih harus aku kerjakan, tapi ada gangguan sebenarnya yang sedari tadi menganggu konsentrasiku. Odit, kembaranku yang ribetnya mengalahkan mata kuliah stupa 7 saat kuliah sarjana, menghubungiku sejak jam makan siang. Dan di hari ulang tahun yang seharusnya bisa kunikmati dengan tenang ini, dia benar-benar pantang menyerah. Tidak mampu membuatku mengangkat telepon, dia menghubungi sekretarisku. Entah sudah berapa kali Cici mondar-mandir ke ruanganku hanya untuk menyampaikan informasi yang sudah kuketahui sejak kemarin. Apa dia tidak bisa duduk diam dan tak mengangguku sebentar saja?

Aku tahu hari ini ada perayaan besar, tapi aku tidak seperti Odit yang bisa bersantai dan berpesta karena tak punya tanggung jawab dengan karyawan ataupun pekerjaan. Aku punya perusahaan yang menjadi tumpuan hampir seratus karyawan. Hari ulang tahun bukan alasan agar aku lalai dengan tanggung jawab utamaku. Hal lain yang kurang pentinf seperti pesta bisa menunggu. Lagipula acaranya kan masih nanti malam. Kenapa juga Odit harus ribet sejak siang?!

"Permisi, Kak. MUA yang katanya dipesan oleh Ibu Aphrodita sudah datang. Apa Kak Thea mau dandan sekarang?" tanya Cici ragu-ragu dari celah pintu ruanganku.

"Suruh tunggu saja dulu."

"Baik, Kak. Mereka saya suruh tunggu di ruang meeting ya, Kak."

Aku mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer. Ada 3D desain yang baru selesai dikerjakan oleh render artist-ku, ini lebih penting kulakukan dibanding harus mulai berdandan untuk acara yang bahkan baru akan dimulai lima jam lagi!

Gosh! Manusia macam apa yang sudah berdandan lima jam sebelum acara dimulai?! Aku bukan model, apalagi selebritis!

Ponselku berdering. Mungkin sudah yang keseratus kalinya hari ini. Tanpa perlu kutengok lagi, aku bahkan sudah tahu nama siapa yang terpampang di layar.

Aku mendengus kesal.

Jika saja aku tak cukup menyayanginya sebagai adik kembarku, mungkin sudah sejak tadi aku mematikan ponsel atau memblokir nomernya. Aku butuh ketenangan agar dapat segera menyelesaikan tumpukan pekerjaanku hari ini, dan teleponnya yang bertubi-tubi sama sekali tidak membantu. Bagaimana bisa dia berharap aku keluar dari kantor sebelum jam kerja usai, padahal sejak tadi Odit justru menjadi lebah penganggu yang memperlambat kerja dan membuyarkan konsentrasiku?!

Sebuah pesan masuk.

Odit: Thea, I hope you arrange your schedule accordingly for tonight's celebration. Aku bener-bener minta tolong kamu untuk prioritasin keluarga kali ini. Mami dan Papi nunggu banget acara ini. We are the stars who everybody's been waiting. Semoga kamu tergerak untuk datang lebih awal. Aku tahu kamu punya anak buah yang bisa diandalkan untuk delegasi pekerjaan sementara. Please, Thea. Show me how much you care and love this family.

Aku hanya membacanya, lalu bergerak menyimpan ponsel ke dalam laci. Sejurus kemudian aku menghubungi Cici lewat telepon kantor untuk memastikan tidak ada pesan apapun yang disampaikan padaku atau gangguan lainnya di luar pekerjaan. Aku menyuruhnya mencatat pesan Odit, Vita, atau siapapun yang berhubungan dengan urusan ulanh tahun, dan memberikannya padaku hanya ketika aku meminta.

"Why so mad?" tanya Fabio yang sedang memangku laptopnya di sofa ruang kerjaku.

"Odit is really pain in the ass!" semburku.

"Dia hanya mau memastikan kamu datang ke acara malam ini, Mi Amore."

"Jika dia terus mengangguku, maka pekerjaanku tidak akan pernah selesai, dan dia harus terima jika aku datang terambat atau bahkan tak datang sama sekali!"

"Two headstrong female. You should've know better."

"Baby, please shut up. I need to work. Berdandan, mengganti pakaian pesta, dan berangkat ke Grand Adinata bisa menunggu setelah semua pekerjaanku selesai."

Beauty, Brain & Bond "Alpha Angel" [HIATUS]Where stories live. Discover now