(10) Major Mad Morning

498 63 7
                                    

Aku benar-benar dibuat sakit kepala! Jika berumah tangga dan punya keluarga semerepotkan ini, sepertinya aku memilih untuk tidak ingin memilikinya.

Maksudku, yang benar saja! Odit punya cukup banyak warisan keluarga Adinata Atmadja dan bersuamikan keturunan taipan perbankan Indonesia, masa dia masih harus mengurusi sendiri sarapan pagi untuk anak dan suaminya. Bahkan aku tak ingat Mami pernah melakukan hal itu untuk aku dan Odit. Mami punya sederet asisten rumah tangga, baby sitter yang siap mengurus segala keperluan anak-anaknya, juga koki setara bintang lima, sehingga dia tidak harus capek-capek turun ke dapur setiap pagi. Tapi tatap mata penuh keheranan malah dilemparkan oleh para asisten rumah tangga Odit ketika aku meminta sarapan disajikan.

"Kenapa?" tanyaku ketus menjawab tatap-tatap itu.

"Maaf, Bu. Biasanya kan ibu yang bikin sarapan buat Bapak dan Den Ardi," jawab salah satu asisten rumah tangga Odit yang bahkan tak kutahu namanya.

"Saya lagi nggak mau masak hari ini. Terserah kalian mau buatkan apa, yang pasti sarapan harus sudah ada di meja makan sebelum Arya dan Ardi berangkat."

Aku tahu! AKu sejuta persen sadar! Aku sama sekali tidak mampu menjiwai tubuh yang bukan milikku ini. Mungkin para asisten rumah tangga itu akan berpikir bahwa Odit sedang kesetanan atau PMS, aku tak cukup peduli. Yang kubutuhkan sekarang adalah Odit mengangkat teleponku.

Sudah puluhan kali aku mencoba menghubungi Odit, mungkin juga sudah ada ratusan pesan yang masuk ke ponselnya, ponselku, ponselku yang kini berada di tangannya. Aduh! Ini benar-benar bencana!

Lelucon macam apa yang membuat jiwaku berada di dalam tubuh Odit dan terpaksa menjalani hidupnya?

Tulisan 1 April terpampang di layar iPhone 12 Pro Max milik Odit yang menggunakan case Gucci.

This April Fool is so damn fool!

Kepalaku kian pusing ketika Arya yang sudah berjas lengkap dan Ardi dalam setelan seragam biru mudanya bergabung denganku di meja makan. Sarapan memang sudah tersaji, jelas tak bercela, bahkan memenuhi standar makan ala hotel. Namun, sepertinya kedua laki-laki ini dapat mencium ketiadaan sentuhan tangan Odit dalam sarapan mereka. Arya tidak berkomentar apapun, meski aku tetap curiga. Ardi juga sebenarnya biasa saja karena pria kecil itu bahkan hanya meminta sarapan dengan susu dan sereal warna-warni. Hanya saja rengekan langsung terdengar setelah Ardi tahu kalau bekal sekolah tidak dibuatkan mamanya.

"I am so sorry, Ardi. Mommy just too tired after last night party," ujarku dengan gaya Odit yang kubuat-buat.

"Hey, Superhero, how about Daddy drive you to the school today?" rayu Arya.

Ardi langsung berhenti merajuk mendengar kata-kata Arya. Senyumnya mengembang.

"Yes! YES! Let's go, Daddy!" teriaknya ceria.

Bocah itu langsung melompat dari kursi makan dan menarik tangan Yuli, baby sitter-nya, yang sedari tadi sudah menunggu sembari memegangi tas sekolah si bos kecil.

Sebuah kecupan basah diberikan Ardi untukku. "Bye, Mommy."

"Bye," balasku pelan.

Dengan lompat-lompat bahagia, Ardi menghilang dari ruang makan. Suaranya masih terdengar begitu nyaring meski wujudnya tak terlihat lagi dari tempatku duduk.

"Kamu istirahat aja kalau masih capek. Jangan terlalu dipikirin soal Thea semalam."

Aku hanya mengangguk karena tak tahu harus membalas kata-kata itu dengan jawaban apa.

"Nanti malam aku makan di rumah, tapi setelah itu aku berangkat ke Semarang. Aku sudah bilang kan minggu ini kita nggak bisa date night?"

"It's okay. Sana berangkat, nanti Ardi kelamaan nunggu."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Beauty, Brain & Bond "Alpha Angel" [HIATUS]Where stories live. Discover now