(2) Best Beddable Boyfriend

474 98 14
                                    

Apa yang biasa diharapkan perempuan dari sosok pria yang mendampinginya? Keindahan rupa? Ketulusan cinta? Kemampuan untuk memahami?

Semua yang kusebutkan tadi ada pada diri Fabio.

Tak bisa kusangkal bahwa pria berdarah Itali-Bali itu memiliki ketampanan yang mampu menyihirku sejak pertemuan pertama kami hampir empat tahun lalu. Matanya yang mampu berbicara semanis bibirnya menjadi pelengkap yang sempurna. Bukan hanya itu, Fabio adalah orang yang mampu mencintaiku apa adanya, bukan karena nama belakangku, bukan karena silsilah keluargaku, bukan pula karena karierku yang cemerlang. Kekasih blasteranku tak pernah membicarakan hal-hal itu. Pria itu seperti kebanyakan orang asing yang memperlakukan setiap orang dengan setara, tak peduli tentang berapa uang di rekeningku, siapa orang tuaku, dan apa nama keluargaku. Fabio juga sangat mengerti tentang kebutuhanku mendahulukan pekerjaan dan profesionalitas di atas segalanya. Kariernya yang juga kian menanjak membuat kami saling memahami kesibukan masing-masing. Tak pernah sekali pun dalam sejarah hubungan kami ada keributan yang hadir karena waktu yang kami habiskan untuk pekerjaan masing-masing. Dan itulah yang membuatku jatuh hati padanya.

Dan siang ini, seolah semua yang dimilikinya belum cukup, Mr. Italia membuat senyumku merekah atas kado kecil yang dikirimkannya langsung ke meja kantor.

"Hallo, Mi Amore!" sapanya di seberang telepon.

"Apa yang kamu lakukan dengan kotak biru dan sekuntum mawar oranye di atas mejaku?" tanyaku seraya mendekatkan mawar untuk menghidu aromanya. "Mawar menyedihkanmu hampir layu karena aku baru sampai di kantor setelah tadi site visit. Sepertinya dia akan segera berakhir di tempat sampah."

"Ah! Pantas saja kamu baru meneleponku sekarang. Kupikir seseorang mencurinya," sahutnya.

"Dari atas mejaku? Tak mungkin!" Aku tergelak. "Come on, Fabio. You don't have to do this to me. It's not even Saturday yet, Baby."

"I don't have to wait until Saturday to spoil my girl," elaknya. "You deserve it."

"May i open this box?"

Aku mengelus kotak biru itu dan berusaha menduga-duga isinya. Menurut perkiraanku di dalamnya tak mungkin sebuah cincin atau sepasang anting. Kotak ini terlalu besar untuk perhisan kecil semacam itu.

"Ah, Mi Amore. What are you waiting for? I thought you already see the gift."

Aku membuka kotak beledu di hadapanku dan langsung dikejutkan dengan seutas kalung berlian.

"Oohh..." Sejenak aku kehilangan kata-kata.

"You like it?"

"Baby! You really don't have to give me this kind of gift. Aku bahkan tidak sesering itu menggunakan perhiasan."

"Mungkin kamu bisa mulai menggunakan perhiasan lebih sering, atau kamu bisa menggunakannya di pesta ulang tahunmu," ujar Fabio. "Dengar, aku sedang dalam perjalanan menuju kantor klien. Can i call you back later?"

"Sure."

"Okay. Enjoy your achievement gift, Mi Amore."

"Thank you. It's really sweet of you."

Fabio mematikan sambungan telepon dan aku pun segera meletakan ponsel ke atas meja. Mataku masih tak mampu mempercayai hadiah pemberian Fabio kali ini. Bukan karena pria itu tak pernah memberiku barang-barang mahal, tapi ini kali pertama dia memberiku kado berupa perhiasan. Yeah, i know. There is always a first time of everything, right? Kali ini dia benar-benar membuatku tertegun.

Kalung berlian yang dia pilihkan sama sekali tidak mencolok. Benar-benar seperti seutas tali yang di setiap titiknya diisi berlian-berlian mini. Tak ada batu-batu besar yang membuatku merasa malas melihat atau menggunakannya. Sederhana, tapi sangat memukau, dan justru membuatku tergelitik untuk menggunakannya.

"That's one pretty necklace," puji Linda yang entah sejak kapan bersandar di sisi pintu ruanganku.

"You think so?"

"The simplicity of beauty," sahutnya. "Mau gue bantu pasang?"

Aku ragu. Untuk beberapa saat aku masih sibuk memandangi kalung itu, tapi kemudian aku mengangguk.

"Why not!" ujarku.

Linda melangkah mendekat dan meraih kalung pemberian Fabio. Dalam waktu beberapa detik saja kalung itu sudah berhasil terpasang di leherku.

Rasanya janggal. Namun, aku tak bisa menyangkal bahwa kalung ini indah.

"You look amazing for today's lunch meeting!"

Belum sempat aku menyahuti kata-katanya, sebuah telepon menginterupsi. Nama Mami terpampang di layar, dan aku segera menyapanya.

"Thea, kamu di kantor, kan?" tanya Mami di tengah suara bising yang muncul dari entah tempat apa mamiku itu sedang berada.

"Iya. Baru sampai kantor. Ada apa, Mam?"

"Bagus! Mami dan Papi tunggu kamu di Gaia, ya. Kita makan siang bareng." Ajakan makan siang yang lebih seperti penetapan hukuman itu meluncur dengan mudah.

"Tapi aku ...," kilahku terputus.

"Mami sudah kirim Pak Dadang . Seharusnya dia sudah stand by di depan kantor kamu sekarang. Sampai ketemu di Gaia," tutupnya.

Aku menghela napas panjang. Mamiku memang tak pernah memahami batas-batas privasi orang lain. Kartika Adinata adalah perempuan mungil paling bengis dalam hidupku. Ucapannya seperti titah yang sulit di bantah. Mungkin karena itu aku tumbuh menjadi anak perempuan pembangkang yang jauh dari ekspektasinya.

"Pak Dadang udah dateng dari satu jam yang lalu, gue ke sini tadi mau ngasih tahu elo."

"Belinda Ester Sinaga! You are a traitor!" celaku. "Kenapa nggak lu usir aja kalau tadi dia dateng sebelum gue balik ke kantor? Or even better kalau elo tadi ngabarin ke gue biar gue bisa melarikan diri dulu ke proyek lain dan nggak terjebak makan siang sama nyokap gue!"

Aku memicingkan mata. Memandang sebal pada Linda yang malah melemparkan cengiran nakal.

Dari jendela ruangan aku bisa melihat mobil Mami yang terparkir dengan angkuh. Bagaimana bisa aku melewatkan pemandangan itu saat datang tadi? Sial!

 Bagaimana bisa aku melewatkan pemandangan itu saat datang tadi? Sial!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Yay, part dua sudah selesai!
Selamat membaca, jangan lupa tinggalin like dan komen. Share juga boleh biar teman-temanmu ikut baca. Hehehehe...

Jangan lupa nanti baca juga ya updatean punya Mamak Merah iammrsred.

💛💛💛

Beauty, Brain & Bond "Alpha Angel" [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang