Bab 5

314 26 1
                                    

Author : CreedBakkara

- Tersedia di PE untuk membaca langsung TAMAT -

***


"Dimana tuan Rood?!" untuk yang kesekian kalinya Sin menanyakan hal itu kepada para maid yang sedikitpun tidak membuka suara untuknya. Mereka malah membawa tubuh kecil Sin masuk ke dalam kamar mandi. Sigap mereka memandikan Sin. Merawat Sin seolah seperti dialah sang tuan rumah.

Mereka juga tak luput merawat luka Sin. Saat ini, ia dirawat begitu baik bak seorang raja. Bagaikan sebuah mimpi. Hal seperti ini bisa terjadi padanya. Sin hanya mampu diam dan memperhatikan apa yang sebenarnya tengah terjadi. Meski para maid dan berapa orang butler selalu tersenyum kepadanya, berbicara ramah dan bersikap sangat sopan, Sin tetap berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Aku ingin bertemu dengan tuan Rood..." ucap Sin lirih. Seorang maid yang sedang memakaikannya kaos kaki mendongak dan tersenyum.

"Maaf, saat ini anda belum bisa bertemu dengan tuan Rood. Beliau mengatakan, jika kesehatan anda sudah pulih, barulah anda diperbolehkan bertemu dengan beliau."

"Mengapa?"

"Beliau hanya ingin anda sehat secepatnya. Anda mengerti?"

Sin lemah menggeleng. Maid itu pun entah mengapa malah tersenyum dan mengusak sayang surai rambutnya.

"Jangan dipikirkan. Hari ini anda cukup bersenang-senang bersama kami." salah seorang butler mendekat kemudian mengulurkan tangannya. Sedikit ragu, Sin menyambut uluran tangan itu. Tangan yang cukup besar menggenggamnya. Membawanya bangkit dari duduknya, lalu membawanya melangkah keluar kamar.

Dalam genggaman butler milik tuan Rood, Sin hanya diam mengikuti. Melewati lorong panjang dan megah. Terdapat banyak sekali lukisan dengan keindahan yang tak ternilai. Para maid mengikuti langkah kecil Sin dibelakang. Sesekali Sin memalingkan wajah ke belakang dan senyum hangat selalu Sin dapatkan dari mereka.

Seperti mimpi.

Berulang kali Sin mengucapkan hal itu dalam hati.

Sin tidak tahu mengapa tuan Rood melakukan hal seperti ini padanya. Ia tetap memasang dinding waspada kepada siapapun disini.

"Kami bukan orang jahat. Jangan takut." Butler disampingnya menyadari. Ia tertawa karena sikap Sin.

"Anda harus makan terlebih dahulu. Ingat, anda harus secepatnya sehat"

Sin tidak membalas sedikitpun. Ia hanya terus mengikuti langkah sang butler. Langkah yang membawanya kepada sebuah tempat yang selama ini tidak pernah ia datangi. Hanya sebuah ruang makan, yang nampak normal dan damai.

Tangisnya pecah ketika sang butler mengangkat tubuhnya lalu didudukannya ia pada sebuah kursi makan yang cantik. Diatas meja di depannya, telah tersedia begitu banyak jenis makanan yang selama ini tak pernah ia dapatkan.

Genangan air matanya menutupi pemandangan mengharukan ini.

"Aku boleh memakan ini?" suara Sin terdengar seperti berbisik. Maid dan butler yang mendengar ucapan pilu bocah didepannya segera mengangguk dan menyiapkan sepiring makanan penuh untuk Sin.

"Makanlah. Apapun yang ada disini anda bisa memakannya hingga puas"

Bocah omega malang itu hanya bisa mengangguk dalam rasa yang tak bisa ia jelaskan. Perutnya memang sudah menahan lapar sejak semalam. Wajar jika ia langsung mengambil makanan itu dan mulai menghabiskannya.

Nampak pilu. Seorang bocah cantik seperti ini, tidak dirawat dengan baik. Mengapa mereka malah menyiksa dan memperkerjakan bocah seperti ini yang bahkan jauh lebih berharga menjadi seorang manusia normal daripada harus menjadi seorang pelacur?

Mereka tahu, jika bocah malang ini adalah seorang penghibur. Gossip akan Sin sebenarnya sudah menyebar kemana-mana. Ada seorang bocah omega cantik yang diperkerjakan di rumah pelacuran dimana mereka khusus melayani para alpha.

Ketika tuan mereka pulang dengan membawa seorang penghibur, diluar dugaan yang dibawa sang tuan adalah bocah yang selama ini sedang hangat diperbincangkan.

Gossip akan bocah omega memang sudah lama namun akhir-akhir ini gossip itu semakin menghangat di kalangan para alpha dan beta. Mereka tak menyangka jika semua itu ternyata benar adanya. Akan seorang bocah omega yang terlahir dengan fisik sempurna.

Begitu menawan dan menggoda.

Bocah yang belum memiliki pheromone namun, telah memiliki wangi yang khas dimana mampu menarik para alpha mendekat dan ingin segera menyentuhnya.

Hidupnya seperti sebuah keberuntungan yang dibelenggu dalam kuatnya kesialan.

----

Sementara di waktu yang sama, Rood sedang bersama Xenon sang pemilik utama bocah omega malang. Wajah tenang Xenon sangat mengganggu Rood. Bagaimana bisa ada manusia seperti Xenon di dunia ini?

Mereka saling diam sejak Rood datang. Xenon sama sekali tidak membuka suara sedikit pun. Dua sahabat sejak masa kecil itu hanya saling menatap dalam alam pikir masing-masing. Tapi, sepertinya hanya Rood yang berpikir. Karena, nampaknya Xenon tenang-tenang saja sembari merokok.

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan, lebih baik pulang." Setelah sekian lama, akhirnya suara rendah Xenon terdengar. Rood mengerutkan dahi, sebelum membalas tenang.

"Aku akan membeli bocah omega milikmu"

"Sepertinya aku baru saja mendengar suara yang nampaknya telah jatuh cinta dengan barang dagangan milikku." Nampak Xenon tersenyum simpul. Dilain sisi, ia juga nampak meremehkan perkataan Rood.

Tentu Rood sangat mengerti itu. Satu sahabatnya ini memang selalu seperti itu. Sikapnya menyebalkan meski wajahnya nampak mendamaikan.

Padahal, Xenon jauh lebih iblis daripada dirinya.

"Katakan saja berapa uang yang kau mau. Aku akan dengan senang hati membayar"

"Kau sudah tidur dengannya?"

"Apa kau sungguh tidak tahu dengan keadaan bocah omega milikmu?"

"Mengapa? Dia baik-baik saja."

"Aku pikir kau tidak akan mungkin setega itu"

"Apa dia mengeluhkan sesuatu padamu?"

"Apa kau pikir anak itu akan mengeluh?"

"Lalu apa masalahnya?"

"Mengapa kau terus saja memaksanya melayani para alpha brengsek padahal dia sedang terluka parah."

"Luka?"

"Jadi, kau benar tidak tahu? Para alpha bodoh itu dengan seenaknya memakai tubuhnya dan bahkan melukainya"

"Itu hak mereka. Mereka sudah membayar dan itu pantas mereka dapatkan"

"XENON!"

"Mengapa kau menjadi emosi seperti ini? Jadi, benar kau jatuh cinta pada bocah omega itu?"

"......." Tidak ada yang dapat dikatakan Rood. Namun, ia memang marah ketika Xenon menjawab pertanyaannya dengan sesuatu yang memang benar adanya.

Bocah omega itu adalah sebagian kecil dari bagian bisnis Xenon. Dan ia hanyalah salah seorang dari banyaknya pembeli sang bocah omega.

"Bocah omega itu milikku. Aku tidak akan menjualnya pada siapapun"

"Mengapa? Aku akan membayarmu sebanyak yang kau mau"

"Uangmu itu akan tergantikan hanya dengan bocah omega itu bekerja selama beberapa jam"

"XENON!"

"Kau tidak ada hak untuk marah padaku. Sudahlah, lebih baik kau pulang. Dan, pulangkan bocah itu padaku sekarang"

"Tidak"

"Aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu. Jadi cepatlah menyingkir"

"Aku tidak akan mengembalikkan bocah omega itu padamu"

"Hahah kau lihat saja siapa disini yang lebih berkuasa"

Rood diam. Tanpa kata, ia meninggalkan ruangan kerja milik Xenon. Hatinya panas terbakar karena ia kalah. Tentu, saat ini memang ia tidak memiliki sedikitpun kuasa atas bocah omega malang itu.

"BRENGSEK"

BL - The Darker, The Better (Original Indonesia)Där berättelser lever. Upptäck nu