Bab 7 - Mimpi Tetap Saja Mimpi

245 20 0
                                    

Author : CreedBakkara

- Tersedia di PE untuk membaca langsung TAMAT -

***


Malam kelabu Sin kembali datang. Ia harus bersiap melayani seorang Alpha tua yang terburu nafsu. Sin tak lagi mengerti dengan Swan maupun Xenon. Ia hanya meminta sedikit waktu hingga luka di bagian belakang tubuhnya pulih, namun mereka tak mengizinkan. Bagi mereka satu jam dengan ketiadaan Sin adalah membuang uang dengan pasti.

Sekarang Sin sudah berada di dalam sebuah kamar khusus untuk melayani para pelanggan. Ia sudah tak berpakaian sementara seorang Alpha tua di depannya sedang berusaha mengoleskan sesuatu pada alat kenikmatannya.

Kasar. Saliva Sin tertelan. Setelah sehari lalu ia diperlakukan baik oleh seseorang yang bahkan telah membelinya dengan harga yang sangat tinggi, namun sekarang ia harus kembali berusaha dengan sangat keras untuk memuaskan hasrat dari seorang Alpha tua.

Ia ingin menangis. Ia ingin tidak melakukannya. Ia ingin hidup normal dengan memakan puding seperti saat di rumah tuan Rood.

"Waahh, tubuhmu benar-benar mulus..." Sebuah suara rendah dibarengi sentuhan nakal di pantatnya sontak membuat Sin terkejut bukan main. Ia sedang melamun memikirkan nasibnya tanpa menyadari Alpha tua ini sudah sangat lapar akan tubuhnya.

Melihat reaksi kaget Sin, Alpha tua ini malah terkekeh keras kemudian menunjukan batang kenikmatannya yang sudah berdiri tegak.

Dengan pelan ia meraih tangan kecil Sin dan diletakkannya pada batang kenikmatannya. Meski takut, Sin berusaha melakukan tugasnya dengan baik.

Ia berusaha menetralisir perasaannya agar ekspresi wajahnya pun berubah seolah ia bahagia dapat dinikmati oleh para kaum Alpha.

Dengan lembut Sin mulai memijat alat kenikmatan sang Alpha tua. Menekan-nekan lembut jemari kecil lentiknya pada ujung kepala batang kenikmatan itu. Tidak lupa, Sin juga mengocoknya dengan tempo yang lembut. Alpha tua itu mulai mendesahkan sebuah rasa nikmat. Tangannya tak hentinya menyentuh wajah Sin. Sesekali memasukkan jemari besarnya yang sudah nampak keriput itu ke dalam mulut mungil Sin. Meminta Sin untuk menyesapnya.

Setelah dirasa jemarinya sudah cukup sangat basah, segera Alpha tua ini beralih ke bagian belakang tubuh Sin. Meraba dan mencari lubang kecil yang akan sangat membantunya dalam mencapai klimaks.

Ketika jemari besar dan keriput itu berhasil menemukan titik lubang milik Sin, rintihan kecil dan perih segera terlontar dari mulut manis Sin. Tentu Alpha tua ini tidak mendengar.

Ia hanya fokus pada lubang kecil itu dan terus meminta Sin untuk tidak berhenti memijat alat kenikmatannya.

Semakin jemari itu dimasukkan ke dalam lubang kecilnya, semakin rasa sakit dan perih Sin rasakan. Sedikitnya linangan air mata sudah mengalir di sudut mata Sin.

Namun ia harus menahannya. Ia harus tetap kuat dan mencoba seolah hal itu adalah rasa nikmat yang tak tertandingi. Karena itulah yang diajarkan Swan padanya dan ia harus menuruti itu semua.

"Lubangmu sempit sekali, mengapa dari dulu aku tidak kemari untuk menikmati tubuh semenarik ini?" Alpha tua itu berbicara sendiri. Ia sedang menikmati tubuh seorang bocah omega yang pasrah akan perbuatannya.

"Aahh, Tuan..."

Sin hanya bisa mendesah dengan kepalsuan untuk menarik lebih hasrat sang pelanggan. Nipple pink kecil miliknya sudah tak memiliki rasa meski Alpha tua ini berulang kali mencubit dan mengulumnya.

Sin jijik, mengapa ada orang tua seperti ini yang mau menyetubuhi seorang bocah dengan sangat buasnya. Mulut dan lidahnya tak pernah berhenti untuk mengecupi dan menjilati setiap bagian dari tubuh Sin. Bahkan alat kenikmatannya yang masih berukuran sangat kecil itu tetap pada ukurannya meski sang Alpha terus menerus mencoba merangsangnya dengan gerakan jari dan mulutnya.

Sin tidak tahu, selama ini ia memang tidak pernah melakukan apapun pada alat kenikmatannya itu. Ia memang sering kali melihat milik para pelanggan, ketika ia menyentuhnya maka alat kenikmatan itu akan berubah ukuran dan semakin membesar. Tidak dengan miliknya. Swan pernah menjelaskan hal itu padanya. Swan mengatakan suatu saat jika usianya sudah mencapai pada batasnya Sin juga akan mengalami hal yang sama dan semua itu akan terasa nikmat.

Swan menjelaskan dengan baik, tapi bagi Sin tak akan pernah ada rasa nikmat seperti yang pernah dikatakan Swan maupun seperti yang selalu para Alpha itu desahkan.

Saat ini pun ia harus menahan sakit dan perih yang teramat sangat. Lubang kecilnya harus bekerja keras terbuka lebar untuk sang alat kenikmatan milik Alpha tua itu.

"Brengsek! Sempit sekali ini. Aahhh..."

"Ngh...Tuan, mungkin Tuan kurang cair.. Ahh.. Ran..."

"Tidak sayang. Ini sudah pas. Bagaimana? Kau merasakannya bukan? Lubangmu berkedut karena nikmatnya penis milikku."

"Nnggh... Ya..."

Bukan karena nikmat, melainkan karena rasa perih luar biasa yang Alpha tua itu berikan pada lubangnya. Dengan banyaknya cairan pelumas itu akan sedikit membantu mengurangi rasa sakit dan dengan tidak adanya cairan pelumas itu maka lukanya akan semakin melebar.

Sungguh Sin sudah sangat tidak kuat menahannya namun ia harus menyelesaikan tugasnya. Ia harus melakukan drama ini hingga sukses. Hingga sang pelanggan mencapai klimaksnya.

Bahkan setelah inipun, ia masih harus melayani beberapa orang pelanggan lagi.

Batinnya menangis. Untuk mengurangi rasa sakitnya, Sin terus saja mengingat bagaimana bentuk lucu dan warna warni dari puding yang ia makan saat di rumah tuan Rood. Jujur saja, ia sangat ingin kembali ke sana tapi ia sadar tak selamanya sikap baik tuan Rood juga ada untuknya.

Setidaknya jika malam ini ia berhasil melayani semua pelanggan, ia akan mendapat sebuah puding enak dari Swan.

"Aahhh, terus masukkan Tuan... Nghh.. Yang dalam.. Ahhhh... Iya, itu enak sekaliihhh..."

Sebuah kalimat candu dan ekspresi nakal yang diajarkan oleh Swan telah ia praktekan kepada semua pelanggan.

Itulah hebatnya Sin yang hanya diketahui oleh Swan dan Xenon. Dua orang dewasa yang memanfaatkan bakat terpendam dari seorang bocah Omega dan menjadikannya alat pencetak uang tercepat.

"Aahhhhh...Brengsek ini enak sekalii. Bahkan lebih enak dari miliknya di rumah. Ohhh, sial. Lubangmu menjepit penisku.. Aahhh."

Teriakan nikmat sang Alpha tua terus menerus memenuhi kamar bernuansa putih itu. Ia terus menggoyang tubuh kecil Sin tanpa peduli ada sedikit darah yang mulai mengalir dari lubang kecilnya.

Dengan posisi menungging seperti ini, alat kenikmatan itu malah semakin bisa melesat masuk dan menguasai lubangnya.

Mengoyak dan mendominasi segala hal yang ada di sana.

Cepatlah selesai. Hanya itu yang berulang kali Sin ucapkan dalam hati. Ia berdoa semoga Alpha tua ini secepatnya akan mengeluarkan sebuah cairan kental berwarna putih karena setelah cairan itu keluar, maka kegiatan ini akan berakhir.

Berapa posisi harus Sin lakukan. Hingga akhirnya cairan kental putih milik sang Alpha tua itu keluar. Mengucur bebas mengenai wajah Sin. Alpha tua itu sengaja mengeluarkannya di luar. Sengaja meminta Sin untuk menelan cairan kental menjijikkan itu yang dirasanya asin dan berbau tidak sedap.

Bagaimana berat tenggorokannya bergerak untuk segera menelan hal menjijikkan itu. Namun tak ada yang bisa ia perbuat selain menelannya dengan bereskpresi nakal dan bahagia.

"Aahhh,nanti Tuan datang lagi, bukan?"

"Ahahahahah tentu sajaa! Aku akan dengan sangat senang mengeluarkan berapapun uangku untuk membelimu,Nak!"

Sin tersenyum. Senyum palsu dan Alpha tua itu membalasnya dengan sebuah senyum yang lebih manis darinya. Sebelum Alpha itu berlalu untuk membersihkan diri, dia melemparkan beberapa lembar uang pada Sin.

"Ambillah. Itu untukmu. Jangan berikan pada atasanmu itu."

Ya, Sin memang seorang lacur. Wajar jika ia diperlakukan seperti itu.

Ya, wajar.

Meski seperti itu, tangisnya tetap pecah. Rasa sakitnya tak akan pernah bisa digantikan dengan apapun.

Sekalipun itu uang yang berlimpah ruah. 

BL - The Darker, The Better (Original Indonesia)Where stories live. Discover now