Hygge

59 12 14
                                    

Hygge ; (hue-gah)

Sebuah ritual, untuk dapat menikmati kesederhanaan hidup.

***

Kalau orang bilang, kita harus punya cita-cita setinggi langit,

tidak dengan diriku.

Ya cita-citaku hanya bisa dapat membahagiakan orang lain.

Perkara menjadi apa, seberapa yang didapat, apa yang didapat,itu urusan belakangan.

Yang terpenting, orang disekitarku bisa bahagia.

Lebih dari cukup.

***

Bukan Sky namanya, kalau nggak takut masuk dapur. Bukan karena males masak, tapi emang lebih nggak bisa masak. Makanya dia paling nggak suka tinggal jauh dari orang tuanya, apa lagi Ayahnya yang paling banget hobi masak. Yang dia bisa masak nggak jauh-jauh dari mie instan dan apapun yang bisa dimasukin ke oven atau tinggal rebus.

Sky selalu berpikir kalau masak itu males beres-beresnya. Jadi kalau harus bantuin Bunda pun tugas Sky bagian menggoreng, merebus, ya pokoknya yang nggak banyak bersih-bersihnya.

Tapi kali in, karena ia baru lagi ketemu Abyaz semenjak 3 tahun lalu, Sky merelakan diri masuk dapur, menyiapkan sarapan dan makan siang untuk sahabatnya itu. Ada rendang, ada kering kentang, dan masih banyak lagi titipan makanan dari Bunda Sky dan juga orang tua dari Abyaz.

"BYYYYY! Bangun!" Teriak Sky dari dapur. Abyaz nggak pernah nggak terbangun denger panggilan pertama dari Sky. Suaranya ngelengking.

Abyaz keluar dengan muka yang bengep banget, karena semalem abis cerita dan nonton sedih-sedihan sama Sky, "wihhhhh gila! semenjak kapan temen gue jadi emak-emak?"

"Sialan! Cuma tinggal angetin, sama masak nasi gue mah masih bisa, By." jawab Sky sambil masih sibuk menyiapkan nasi ke piring untuk temannya sang suka dibilang kembarannya itu, "kerja sampai jam berapa?"

"Lo nggak mau ikut aja? abis itu lo bisa pake mobil gue jalan-jalan sendiri." jelas Abyaz, "gue mau kenalin lo ke temen gue, si Zendra, inget kan?" Iya bener. Baik hati, wajahnya kayanya nggak capek buat senyum, tapi sayang terlalu cuek sampai-sampai dia punya prinsip "ya kalau itu orang nggak guna-guna banget buat hidup gue, why should I pay attention to them?" dan karena itulah, dia jadi sering banget lupa sama orang-orang yang dia pernah ketemu.

Seketika Sky teringat nama Zendra yang tadi disebutkan. "kaya pernah denger," pikirnya. Tapi didetik itu juga dia lupa dengan apa yang dia sedang pikirkan, "lupa gue, udah lama kayanya nggak ketemu ya?"

"Dia tinggal disini juga, di lantai atas, terus..." Abyaz teringat sesuatu yang membuat dia langsung berhenti nyendok makanannya, "lah?! Dia juga baru dari Singapur, jangan-jangan kalian satu pesawat?"

"Nggaklahl, pesawat yang terbang tadi pagi ke Los Angeles kan nggak cuma 1,"

"Kayanya satu pesawat deh, dia juga baru sampe kemarin siang." Abyaz tetap memaksa. "Kalau ketemu jodoh sih."

Sky paling kesel kalau Abyaz sudah mulai jodoh-jodohin gini. Ia langsung mengambil mangkok berisikan rendang, dan tidak membiarkan lelaki didepannya itu mendapatkan bagian. Kaya anak kecil.

Ting Tong.....Ting Tong....

Bel Apartment Abyaz berbunyi. "Nah itu orangnya dateng!"

Entah kenapa, Sky mulai merasa jantungnya berdegup cukup cepat. Otaknya berusaha tidak memikirkan sosok lelaki yang membantunya kemarin.

"Baru dari Singapur, ketemu nyokap gue, masih aja sarapan mampir kesini." seru Abyaz.

Ddang!!

Benar saja, lelaki yang sudah Sky usahakan untuk tidak hadir di kepalanya, malah hadir dengan gagahnya pakai celana bahan dan kemeja putih tangan panjang, yang dilipat sampai siku. Itu Zendra. Zendra yang menemani dirinya sepanjang perjalanan sampai tepat ada didepan Apartment Abyaz.

REMINESS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang