Sky Ann Rivera

15 3 0
                                    

Hari ini gue boleh cerita? Sedikit aja. Janji.

Kalian pernah nggak sih terlintas, kalau nama kita itu berpengaruh dengan hidup? Personality? Nasib? Mungkin kalian bisa bilang "Sky nggak banget deh, itu kuno." Yes I know, but I'm that epic. Ayah selalu jadi pemilih nama, dari kak Sean, kak Samantha terus gue dan terakhir Star.

Dan gue sejatuh cinta itu sama nama gue sendiri. Ayah pernah cerita, kalau Ayah sama Ibu selalu pengen kalau gue nantinya bisa sukses - seperti mereka, dan gue gagal memberikan sukses seperti yang mereka inginkan, gue tetap selalu jadi orang yang ramah, yang bisa buat selalu banyak orang bahagia, penyayang. Makanya Ayah selalu masukin nama "Ann" untuk anak perempuannya.

Dan ya, here we go Sky Ann Rivera yang di dalam hidupnya selama hampir 26 tahun selalu hanya ingin melihat orang lain di sekitarnya bahagia, tanpa disadari dirinya tidak terlalu "bahagia".

Ok ok, terlihat bodoh, tapi jadi orang baik bukan paksaan, bukan latihan, tapi takdir Tuhan.

Hmm, sebenernya nggak tahu alur ceritanya mau kemana. Tapi kayanya kita langsung bahasa, kenapa gue terlalu takut sama "jatuh cinta".

Mungkin banyak orang mikir, "Sky lu cantik, udah sukses, bahkan lu udah masuk circle beauty Vlogger nya amerika, nggak cuma brand kecil tapi semua mata make up tertuju sama lo. Kenapa sih nggak punya cowok?"

Gue bahkan akan nanya balik "apakah punya cowok disaat gue se sukses ini itu hal paling penting?". Karena, gue nggak pernah merasa sendiri. I mean, ketika semua orang di sekliling gue nyari jodoh atau nyari pacar kaya dikejar setan, ya gue mah santai aja. Toh, kalau dikejar ujungnya disakitin, ngapain?

Alasan gue nggak ngejar dan takut akan jatuh cinta adalah masa lalu. Bukan masa lalu gue, tapi orang tuaku. Mungkin nggak banyak atau banyak dari kalian yang "phobia" dengan cerita masa lalu. Yes that's me.

Gue nggak bilang kalau Ayah adalah orang jahat, tapi semua memang bisa terjadi dalam hubungan. Tapi Ayah pernah jahat ke Ibu. Selingkuh. Sekali sih, tapi lama, ketahuan dua kali, dan akhirnya Ayah yang mundur dari "perselingkuhan" dan balik ke Ibu dengan alasan "Ayah cuma seorang bajingan yang bisa nyakitin wanita sebaik Ibu mu."

Yes, Ibu bisa dibilang adalah gue. Marah aja nggak bisa. Bahkan kak Sean sempet nggak lulus ujian terpenting dia dunia aja, Ibu nggak marah. Gue ingat Ibu cuma bilang "nggak apa-apa mas nanti kan bisa ikut lagi,". Orang tua gue emang obsesi banget sama "dokter" tapi mereka nggak pernah bikin anaknya kaya orang gila kaya di film-film yang....ya gitu deh macem Sky Castle. Tapi.... giliran gue yang nggak jadi dokter, itu moment dimana mereka akhirnya bisa marah, ya nnggak marah besar, cuma sempet nggak enak aja. 

Tenang-tenang, batu aja kalau kena air terus bisa bolong. So, nothing is impossible.

Ok lanjut.

Mungkin, kalian mikir "Sky apa yang lu liat kan ketika lu masih kecil, jadi ngapain sih dipikirin, emang lu udah ngerti?"

Bener sih. Tapi pada akhirnya momen cerita-cerita di atas tadi terjadi (seperti membuka luka lama Ayah dan Ibu, tapi mereka nggak pernah malu untuk menceritakan ini semua sama anak-anaknya) , dan disitulah laki-laki yang paling gue percaya cuma Ayah, kak Sean, Uncle ice cream dan Abyaz. Nggak ada lagi.

Kalian bisa tanya Abyaz dan Ine, gue itu primadona di SMA (ini bukan sombong ya), apa lagi di kampus (ketua club arts, asisten pelatih club baseball, bahkan satu-satunya pemain baseball yang gabung sama cowok, salah satu brand ambassador UN se asia, tapi jomblo.), rasanya waktu kuliah itu hidup gue kaya "WOWWWW" too much. Padet banget, sampe pernah hampir drop out. Nilai kacau, jarang ngampus, ah sudahlah, intinya aku semacam terlalu terbawa angin.

REMINESS.Where stories live. Discover now