02

121 23 1
                                    

"Kau tumbuh lebih baik dari pada tiga tahun lalu, Park Jiyeon."

Suara berat yang sudah lama tidak mengalun di telingaku akhirnya kembali terdengar. Aku takut, takut jika pertahanan yang selama ini sudah aku bangun kembali runtuh seperti dulu. Dia sangat tau untuk mengirim seseorang agar membuat hari-hari kepulangan diriku semakin sulit. Park Jiyeon kau cukup mengerti jika dia memang menginginkan kehancuran bagi hidup mu, jadi jangan menunjukan betapa lemahnya dirimu di hadapan pria suruhan nya yang sialan ini .

Ngomong-ngomong soal pria yang telah duduk manis di hadapanku ini adalah salah satu dari dua orang yang dipercayai oleh dia. Aku tidak mengerti mengapa Kim Taehyung ingin terbang jauh-jauh dari Korea menuju Sacramento–California—tempat aku di asingkan sekarang.

Aku lihat netra kelam milik Taehyung yang sekarang masih tetap berdiam sambil memandangi diriku, apa ada yang salah? Dia tidak berbicara sesuatu yang penting sampai detik ini.

"Berdiam seperti ini tidak membuat aku tau apa maksud kedatangan kau, Kim Taehyung."

Aku mulai bosan sudah 30 menit berlalu, Taehyung membuat diriku membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak beguna. Lebih baik aku pergi bersama Krystal tadi dari pada hanya diam bagaikan patung.

"Jiyeon, sepertinya kau harus mepersiapkan diri."

"Untuk apa? Pulang ke neraka keluarga Jeon? Ahh aku lupa jika aku menjual hidupku kepada keluarga iblis itu."

"Jungkook bermaksud baik kepadamu Jiyeon jang–"

"Apa aku salah? Kau tau betul bagaimana dia dan keluarganya terus menekanku untuk bisa membuat citra keluarga mereka lebih bersih dan baik. Mereka bahkan tidak perduli jika telah menipu seorang anak kecil yang sekarat!"

Aku berdiri dari tempat duduk dan mengambil langkah menjauh dari Taehyung, ini sangat menyakitkan mengingat 15 tahun kehidupan buruk yang aku jalani sebagai calon putri palsu mereka dan tekanan agar aku harus menjadi sempurna.

Harus bisa bermain semua alat musik sebagai sebuah hobi bukan impian, bisa menguasai banyak bahasa dari bermacam negara dan harus belajar mati-matian agar semua nilaiku memuaskan tidak boleh keluar dari peringkat satu.

Aku di selamatkan untuk menjadi anak yang sempurna tanpa kekurangan atau keburukan.

"Jika ingin marga Jeon melekat padamu, kau harus bisa membuktikan bahwa kau layak mendapatkanya. Jika orang-orang bisa dapat 100 kau harus bisa meraih 1000, paham Park Jiyeon."

Aku sangat ingat perkataan pria tua itu yang sialnya orang yang telah aku raih tangannya, berharap akan kebahagiaan tapi bukan malah mendapatkan kebahagiaan dan kasih sayang melainkan mendapat kesengsaraan.

Untuk apa menikmati harta yang berlimpah jika aku harus merasakan tekanan batin tidak bahagia, lebih baik aku hidup di jalanan dan bisa bebas menentukan masa depan juga langkah yang dapat aku pilih sendiri.

"Jungkook menyuruhku untuk menjagamu sebelum kembali ke Korea, kau tau Jungkook mengkhawatirkan mu Jiyeon." Tangan Taehyung mencekal bahuku, ada sengatan listrik yang aku rasakan saat bersentuhan dengan Taehyung membuat aku lagi-lagi harus menghempaskan perasaan konyol yang selama ini dilarang. Di larang oleh Jeon Jungkook.

Memberanikan diri untuk menatap tepat pada kelamnya iris yang mungkin aku rindukan. Aku membuka suara penuh kebencian yang aku lemparkan untuk orang yang Taehyung hormati—sebagai seorang atasan atau pun sahabatnya.

"Dan kau tau jika aku membenci Jungkook. Hidupku baik-baik saja selama tiga tahun tanpa penjagaan darimu atau suruhan Jungkook Yang lainnya."

[2] Fake PrincessWhere stories live. Discover now