04

112 26 1
                                    

Aku memejamkan mata sesaat ada angin yang terhembus kearah wajahku, berusaha untuk mengalihkan pikiran dari presensi pria di sampingku sekarang. Dapat aku rasakan jika dia tidak mengalihkan barang sedetik pun netranya dariku, tentu saja membuat aku sangat tidak menyaman jika terus di perhatikan olehnya, apa lagi jenis tatapan yang di keluarkan Jungkook begitu tajam dan sorotnya err sedikit gelap?

Aku tidak sendiri. Sekarang kami sudah berada di mobil Pagani Huayra Tricolore. Mobil yang hanya di buat sebanyak tiga unit saja di dunia, bayangkan saja harganya pasti selangit, sangat mahal. Ahh aku lupa jika ada sosok Cha Eunwoo juga Kim Taehyung bersama kami—Aku dan Jungkook, dengan aku dan Jungkook duduk di kursi penumpang mereka—Eunwoo menyetir mobil, juga Taehyung yang duduk di samping Eunwoo.

"Jiyeon, sepertinya kabarmu sangat baik setelah tidak bertemu Jungkook tiga tahun lamanya." Sudah pasti Cha Eunwoo, pria satu ini tidak berubah, masih saja memancing api permusuhan dari Jungkook, dia tau bagaimana Jungkook dulu menahan aku untuk tidak pergi tiga tahun lalu.

"Menurut mu? Cha Eunwoo?"

"Wahh lihat? Kau sudah tidak sopan pada kakak mu, Jiyeon." Kakak apanya! Cukup satu saja sudah ingin aku bunuh. Apa lagi dua di tambah Eunwoo begitu? Mungkin saja aku sudah menjadi orang gila.

"Diamlah kepalaku pusing." Aku tidak bohong benar jika kepalaku sangat sakit sekarang, belum lagi aura mematikan di sebelahku menambah denyutan pada kepala ini.

Aku bergerak menyamankan posisiku mencoba untuk tidur, mungkin karna perjalanan panjang dan beban yang mengganjal dalam benak akibat Daniel, membuat sakit kepala ini muncul. Ahh ini sungguh sakit.

"Jiyeon, apa kita perlu ke rumah sakit?" Terlalu berlebihan. Aku tidak membalas pertanyaan Taehyung dan dia pasti mengerti bahwa yang aku inginkan hanya istirahat juga tidur, itu lebih dari sekedar cukup bagiku.

Lama sekitar 15 menit mataku masih saja terpejam tetapi tidak juga membawa aku menuju alam mimpi. Entah kenapa perjalanan untuk ke rumah begitu panjang, tubuhku sudah sangat lelah.

"Jiyeon." Suaranya lembut. Aku membuka sedikit mataku melihat suara siapa yang memanggil namaku lembut.

"Oppa kepalaku sakit, tubuhku juga lelah sekali."

"Sakit sekali hmm? Kemari biar oppa peluk supaya lebih baik." Jungkook? ini yang membuat aku kesal ketika sakit. Sikap manja kepada Jungkook itu tidak bisa aku hilangkan, sialan memang ketika aku kecil Jungkook yang merawatku jadi aku sudah terbiasa bersikap manja kepadanya. Tetapi karena aku sudah jarang atau dapat di katakan tidak pernah merasakan sakit atau pun terserang penyakit lagi, jadi sikap seperti sekarang sudah sangat jarang aku tunjukan kepada Jungkook, apa lagi memanggilnya oppa wahh aku bahkan lupa kapan terakhir kali menyebut kata itu.

Apa aku sudah berada di dekapan Jungkook? Kenapa nyaman sekali, tangan nya, aku dapat merasakan jika Jungkook mengelus kepalaku pelan menyalurkan rasa sayangnya.

Sayang? Pasti hanya kepalsuan darinya untuk membutakan mataku lagi.

"Sabar ya? Sebentar lagi kita sampai, Park Jiyeon."

Bisikan ringan terakhir yang aku dengar sebelum kenyamanan ini membuat aku terlelap damai. Tidak memperdulikan bagaimana ekspresi Jungkook dan yang lainnya. Karna ini begitu menenangkan dan nyaman untuk di lepaskan.

"Eunwoo bisa lebih cepat tidak, lihat gadisku sangat letih."

"Eunwoo kau boleh sedikit lebih cepat tapi jangan seperti ini, bahaya! Lihat Jiyeon tidak nyaman."

"Cha Eunwoo sialan kapan sampai jika kau lambat seperti keong!"

"Kenapa kau memilih jalan kotor dan berbatu seperti ini Cha Eunwoo."

[2] Fake PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang