00

246 33 1
                                    

Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi di masa depan.

Kita tidak akan pernah mengerti garis kehidupan dalam dunia ini pada masing-masing manusia, contohnya adalah aku.

Aku hidup seorang diri saat usiaku 5 tahun, orang tua ku pergi meninggalkan aku dengan banyak luka yang mereka berikan di tubuh mungil juga batin ku saat itu. Bermodal baju kebesaran yang sudah usang dan robek, hidup ku hanya mengandalkan sisa-sisa roti dan makanan basi bekas orang-orang yang sudah berada di tempat sampah.

Menderita, kelaparan dan ketakutan saat tiba malam hari, juga menahan rasa sakit akibat pukulan orang-orang yang membenci keberadaan ku dan menggap diriku bagaikan sebuah kotoran yang harus di singkirkan.

Membuat ku memilih jalan yang salah. Yaitu kematian.

Tetapi sesaat satu langkah kaki ku menyentuh kematian, sebuah tangan hangat menggenggam erat tangan kecil ku yang kotor. Mereka—sepasang suami istri menatap binar kehidupan pada diriku yang sudah berputus asa akan kehidupan kelam ini.

"Jadilah anak kami dan hidup bahagia."

Deretan kalimat itu menggoyahkan hati kecilku. Tatapan memohon dan iba dari sorot perempuan dewasa ini membuat secercah cahaya yang aku harapkan dari mereka.

Tampa tau akibat nya tangan kecil ku membalas uluran mereka.

Menggenggam kuat seolah takut untuk di buang kembali.

Dan mengambil langkah baru, bukan untuk kematian melainkan ikut dalam langkah mereka untuk memulai kehidupan baru.

Tidak tau semua itu hanyalah kepalsuan mengerikan untuk menutupi kesalahan mereka.

. . .






Parkjee, Diajengtrw.
26/juli/2020.

[2] Fake PrincessWhere stories live. Discover now